Strktur Virus Influenza

Diposting pada

Pengertian Influenza

Influenza atau lebih dikenal dengan flu adalah suatu infeksi virus yang menyebabkan demam, hidung meler, sakit kepala, batuk, tidak enak badan (Malaise) dan peradangan pada selaput lendir hidung dan saluran pernafasan1.

Sementara yang dianggap sebagai flu di Negara Tropis adalah common cold atau infeksi akut nasofaring (saluran nafas atas) yang disebabkan virus, tepatnya picornavirus, rhinovirus atau coronavirus. Setidaknya ada 100 jenis virus penyebab common cold ini. Penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya karena virus-virus ini adalah self limiting yang artinya akan mati dengan sendirinya bila masa inkubasi telah berakhir.2


Penyebab Influenza

Flu disebabkan oleh tiga tipe (strain) virus influenza A, B, dan C. Tipe A bertanggung jawab atas pandemik influenza mematikan (epidemi seluruh dunia) yang menyerang setiap 10 sampai 40 tahun, sedangkan penyebab tipe B yang lebih kecil dan terlokalisasi wabah. Tipe C kurang umum dan hanya menyebabkan gejala ringan.


Penularan Influenza

Virus influenza diduga ditularkan dari orang ke orang melalui batuk atau bersin dari orang yang menderita influenza. Kadang-kadang orang dapat terinfeksi dengan tidak sengaja menyentuh sesuatu yang sudah terkena virus flu di atasnya (misalnya ketika seseorang berjabat tangan dengan orang lain dan kemudian mereka secara tidak sengaja menyentuh mulut atau hidung mereka sendiri. Kebanyakan orang dewasa yang sehat mungkin dapat menularkan influenza ke orang lain mulai 1 hari sebelum gejala berkembang dan sampai 5-7 hari setelah menjadi sakit. Ini berarti bahwa mereka dapat menyebarkan flu ke orang lain sebelum mereka tahu bahwa mereka sedang sakit, dan ketika sakit


Gelala Influenza

Gejala-gejala influenza biasanya timbul satu sampai tiga hari setelah terinfeksi dan bisa timbul secara tiba-tiba, seperti : demam, sakit kepala, sakit otot dan sendi, sakit tenggorok, batuk, hidung beringus atau tersumbat, dan perasaan lelah yang parah. Kadang-kadang dapat terjadi diare, mual dan muntah, terutama pada anak-anak. Setelah 2-3 hari sebagian besar gejala akan menghilang dengan segera dan demam biasanya mereda, meskipun kadang demam berlangsung sampai 5 hari. Bronkitis dan batuk bisa menetap sampai 10 hari atau lebih, dan diperlukan waktu 6-8 minggu untuk terjadinya pemulihan total dari perubahan yang terjadi pada saluran pernafasan.


Faktor Resiko Influenza

Setiap orang dapat terkena influenza. Kaum lanjut usia, penderita penyakit lain misalnya penyakit jantung, penyakit paru-paru atau diabetes dan anak-anak kecil lebih mungkin mengalami komplikasi.4,7

Kelompok yang akan mengalami peningkatan risiko untuk terkena flu yang serius, atau dalam kontak dengan orang-orang beresiko tinggi, dan harus menerima vaksin yaitu 3:

  • Semua orang usia 50 tahun atau lebih
  • Orang dewasa dan anak-anak dengan penyakit jantung atau paru-paru (termasuk asma) yang diderita sudah lama
  • Orang-orang yang memiliki penyakit ginjal, cystic fibrosis, diabetes, anemia, kanker atau gangguan imunologi dan kondisi medis lainnya dimana mereka berada di bawah pengawasan yang ketat dari dokter, termasuk orang-orang dengan HIV infleksi;
  • Anak-anak berumur 6 bulan sampai 18 tahun yang sedang menggunakan terapi aspirin dalam jangka panjangdan, karena itu, mungkin berada pada risiko mengalami sindrom Reye setelah infeksi influenza dan
  • Wanita yang memasuki trimester kedua atau trimester ketiga kehamilan selama musim influenza.

Komplikasi Influenza

Influenza merupakan penyakit serius, tetapi sebagian besar penderita akan kembali sehat dalam waktu 7-10 hari. Komplikasi bisa memperberat penyakit ini. Resiko tinggi terjadinya komplikasi ditemukan pada penderita yang sangat muda, usia lanjut dan penderita penyakit jantung, paru-paru atau sistem saraf. 

Kadang-kadang influenza menyebabkan peradangan saluran pernafasan yang berat disertai dahak berdarah (bronkitis hemoragik). Komplikasi yang paling berat adalah pneumonia virus; yang bisa berkembang dengan segera dan menyebabkan kematian dalam waktu 48 jam. Pneumonia virus kemungkinan akan terjadi selama wabah influenza A.

Komplikasi lainnya dalah pneumonia bakteri yang terjadi karena adanya ganguan dalam kemampuan paru-paru untuk melenyapkan atau mengendalikan bakteri di dalam saluran pernafasan.

Meskipun sangat jarang terjadi, virus influenza juga dihubungkan dengan peradangan otak (ensefalitis), jantung (miokarditis) atau otot (miositis). Ensefalitis bisa menyebabkan penderita tampak mengantuk, bingung atau bahkan jatuh dalam keadaan koma. Miokarditis bisa menyebabkan murmur jantung atau gagal jantung.

Sindroma Reye merupakan komplikasi serius dan bisa berakibat fatal, yang terjadi terutama pada anak-anak selama wabah influenza B.
Sindroma Reye terutama terjadi jika anak-anak mendapatkan aspirin atau obat yang mengandung aspirin.


 Pengobatan Influenza

Tujuan terapi influenza yaitu meredakan gejala flu dan mencegah komplikasi, menghindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu, meminimalkan reaksi yang tidak dikehendaki (ROTD)


Macam Obat Influenza

Obat-obat influenza yang menghentikan virus untuk memasuki atau meninggalkan sel tuan rumah antara lain  8,10,11 :


  1. Amantadin dan Rimantadin

Amantadin dan rimantadin bekerja dengan mengganggu replikasi influenza A melalui penghamatan protein M2 transmembran yang penting untuk pelepasan selubung virus. Amantadin mempunyai spectrum sempit dan biasanya lebih dipilih vaksin influenza. Spektrum antivirus amantadin dan rimantadin hanya terbatas pada virus influenza A.

Efek samping amantadin berkaitan dengan SSP, seperti insomnia, pusing dan ataksia, efek yang lebih berat lagi seperti halusinasi dan kejang. Sedangkan untuk rimantadin jarang dilaporkan efek samping yang serius. Akan tetapi kedua obat tersebut  harus digunakan hati-hati pada wanita hamil dan menyusui karena terbukti bersifat embriotoksik dan teratogenik pada tikus.


  1. Zanamivir

Zanamivir adalah obat baru yang secara spesifik menghambat neuraminidase influenza A dan B, suatu enzim yang penting untuk pelepasan virus dari sel yang terinfeksi. Obat ini mengurangi durasi gejala bila diberikan dalam 48 jam sejak dimulainya gejala. Zanamivir juga efektif dalam pencegahan influenza pada orang dewasa sehat.


  1. Ribaravin

Ribaravin efektif terhadap virus RNA dan DNA. Mekanisme kerjanya yaitu  ribaravin diubah menjadi derivate 5’-fosfat, hasil utama berupa senyawa ribavirin trifosfat (RTP), yang dipostulasikan bersifat antivirus dengan menghambat sintesis mRNA virus. Ribaravin digunakan untuk mengobati bayi dan anak-anak dengan infeksi virus sinsitial pernafasan (RSV) yang berat dan juga virus hepatitis dan influenza A dan N.


  1. Zanamivir

Zanamivir termasuk kelompok zat baru neuramidase-inhibitors yang ternyata efektif untuk mencegah dan menangani influenza. Obat ini menghambat enzim neuramidase pada permukaan virus. Dengan demikian, pelepasan partikel virus ke luar sel tuan rumah dihindarkan, sehingga sel-sel berdekatan di dalam saluran nafas tidak ditulari. Digunakan inhalasi 1-2 dd 10 mg.

Obat-obat lain yang dapat mempengaruhi jalannya infeksi adalah vitamin C, Seng dan antibiotika


  1. Vitamin C

Dalam dosis tinggi (3-4 dd 1000 mg) berkhasiat meringankan gejala dan mempersingkat lamanya infeksi, berdasarkan stimulasi perbanyakan serta aktivitas limfosit-T dan makrofag pada dosis diatas 2,5 g sehari.


  1. Seng-glukonat

Dalam bentuk tablet hisap dengan 13,3 mg Zn yang digunakan sedini mungkin pada permulaan infeksi 5-6 x sehari dapat mempersingkat lamanya masa sakit dari rata-rata 7,6 menjadi rata-rata 4,4  hari. Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan blockade dari tempat-tempat di permukaan virus yang dapat mengikat pada sel-sel tubuh. Atau, juga atas dasar daya ion Zn untuk menghambat pembelahan polipeptida virus serta aktivasi limfosit.


  1. Antibiotika

Antibiotika hanya digunakan  pada orang yang beresiko tinggi dengan daya tahan tubuh lemah, seperti penderita bronchitis kronis, jantung atau ginjal. Penderita tipe ini mudah diserang infeksi sekunder dengan bakteri, khususnya radang paru (pneumonia), yang tak jarang berakhir fatal. Oleh karena itu, di Eropa orang yang beresiko tinggi dianjurkan untuk melakukan vaksinasi influenza pada permulaan musim dingin tiap tahunnya.


Gambar Dan Struktur Virus Influenza

strktur-virus-influenza


 Pemilihan Terapi Influenza

Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan virus flu, ada banyak obat over the counter (OTC) dan resep tersedia untuk membantu meredakan gejala. Banyak obat flu mengandung lebih dari satu obat, sehingga pemilihan produk harus sesuai dengan gejala yang akan diobati. Komposisi obat flu yang umumnya terdapat dalam  obat flu OTC antara lain; analgesik, antihistamin, dan dekongestan.

Produk lainnya menambahkan obat untuk gejala batuk pilek yang biasanya menyertai flu  yaitu antitusif dan ekspektoran. Obat analgetika contohnya asetaminofen atau parasetamol, aspirin atau ibuprofen. Obat ini berfungsi untuk meredakan nyeri otot dan mengurangi demam. Antihistamin contohnya klorfeniramin atau CTM, difenhidramin, feniramin dan tripolidin. Obat ini berfungsi mengatasi gangguan alergi. Pada saat alergi, tubuh mengeluarkan histamin yang menyebabkan hidung meler dan bersin.

Antihistamin membantu menghentikan hidung meler, bersin dan mata berair, tetapi dapat menyebabkan ngantuk. Dekongestan menyusutkan jalan hidung dan mengurangi sumbatan. Contohnya pseudoefedrin, efedrin, fenilefrin dan fenilpropanolamin. Antitusif dan ekspektoran bekerja dengan menghentikan batuk dan mengencerkan dahak. Contohnya guaifenesin dan dekstrometorfan. Penggunaan obat tersebut harus sesuai anjuran dokter atau label yang terdapat pada produk.

Penanganan influenza terdiri atas istirahat (bedrest) dan analgetikum untuk mengatasi rasa nyeri seperti parasetamol, asetosal atau ibuprofen dan antibiotik dan antivirus jika perlu berdasarkan resep dokter. Pada orang sehat, infeksi sembuh dengan sendirinya dalam waktu tidak lebih dari 1 minggu.

Pengobatan flu yang utama adalah istirahat dan berbaring di tempat tidur, minum banyak cairan dan menghindari kelelahan. Istirahat (bedrest) sebaiknya dilakukan segera setelah gejala timbul sampai 24-48 setelah suhu tubuh kembali normal.

Untuk penyakit yang berat tetapi tanpa komplikasi, bisa diberikan asetaminofen, aspirin, ibuprofen atau naproksen. Obat lainnya yang biasa diberikan adalah dekongestan hidung dan penghirupan uap.

Jika segera diberikan pada infeksi influenza A yang belum mengalami komplikasi, obat rimantadin atau amantadin bisa membantu mengurangi lama dan beratnya demam serta gejala pernafasan. Ribavirin dalam bentuk obat hirup atau tablet mampu memperpendek lamanya demam dan mempengaruhi kemampuan virus untuk berkembangbiak, tetapi pemakaiannya masih bersifat eksperimental. Ribavirin bisa diberikan untuk meringankan gejala pneumonia virus. 

Infeksi bakteri sekunder diobati dengan antibiotik. Pneumonia bakteri karena pneumokokus, bisa dicegah dengan memberikan vaksin yang mengandung pneumokokus. Tetapi vaksin ini tidak diberikan kepada seseorang yang telah menderita influenza. 


Pencegahan Influenza

Seseorang yang pernah terkana virus influenza, akan membentuk antibodi yang melindunginya terhadap infeksi ulang oleh virus tertentu.
Tetapi cara terbaik untuk mencegah terjadinya influenza adalah vaksinasi yang dilakukan setiap tahun. 1

Vaksin influenza mengandung virus influenza yang tidak aktif (dimatikan) atau partikel-partikel virus. Suatu vaksin bisa bersifat monovalen (1 spesies) atau polivalen (biasanya 3 spesies). Suatu vaksin monovalen bisa diberikan dalam dosis tinggi untuk melawan suatu jenis virus yang baru, sedangkan suatu vaksin polivalen menambah pertahanan terhadap lebih dari satu jenis virus. 1

Amantadin atau rimantadin merupakan 2 obat anti-virus yang bisa melindungi terhadap influenza A saja. Obat ini digunakan selama wabah influenza A untuk melindungi orang-orang yang kontak dengan penderita dan orang yang memiliki resiko tinggi-yang belum menerima vaksinasi.

Pemakaian obat bisa dihentikan dalam waktu 2-3 minggu setelah menjalani vaksinasi. Jika tidak dapat dilakukan vaksinasi, maka obat diberikan selama terjadi wabah, biasanya selama 6-8 minggu. Obat ini bisa menyebabkan gelisah, sulit tidur dan efek samping lainnya, terutama pada usia lanjut dan pada penderita kelainan otak atau ginjal.


Demikianlah artikel dari dosenpendidikan.co.id mengenai Infeksi bakteri sekunder diobati dengan antibiotik. Pneumonia bakteri karena pneumokokus, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.