Perbedaan Cuaca dan Iklim

Unsur Cuaca dan Iklim – Pengertian, Proses, Klasifikasi, Perubahan, Dampak & Perbedaan – Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai Cuaca dan Iklim yang dimana dalam hal ini meliputi unsur, pengertian, proses, klasifikasi, perubahan, dampak dan perbedaan, untuk lebih memahami dan mengerti simak ulasan dibawah ini.

Pengertian Cuaca

Baca Cepat  tampilkan 

Cuaca adalah keadaan udara pada suatu saat dan pada suatu tempat/daerah yang sempit. Misalnya: cuacanya cerah, banyaknya awan, tekanan angin yang tinggi, panas atau sejuk. Cuaca terdiri dari seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer bumi atau sebuah planet lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena ini dalam waktu beberapa hari. Cuaca rata-rata dengan jangka waktu yang lebih lama sebagai iklim. Aspek cuaca ini diteliti lebih lanjut oleh ahli klmatologi untuk tanda-tanda perubahan iklim.

Cuaca (weather) dan iklim (climate) dinyatakan dengan besaran unsur fisika atmosfer yang selanjutnya disebut unsur cuaca atau unsur iklim yang terdiri dari penerimaan radiasi matahari (kerapatan fluks pada permukaan datar di permukaan bumi) lama penyinaran matahari suhu udara kelembaban udara tekanan udara kecepatan dan arah angin penutupan awan, presipitasi (embun, hujan, salju) evaporasi/evapotranspirasi.

Nilai unsur-unsur cuaca saat demi saat selama 24 jam di suatu tempat akan menunjukkan pola siklus yang disebut perubahan cuaca diurnal (pukul 00:00 hingga 24:00). Nilai tiap unsur cuaca tersebut dapat dirata-ratakan dan menghasilkan cuaca pada tanggal tersebut.

Cuaca dicatat terus menerus pada jam-jam pengamatan tertentu secara rutin, menghasilkan suatu seri data cuaca yang selanjutnya dapat diolah secara statistika menjadi data iklim.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : 5 Pengertian, Dampak Dan Proses Terjadinya Hujan Asam

Data cuaca terdiri dari data discontinue karena mudah kembali bernilai nol (0) dan data continue karena tidak mudah turun mencapai nol. Data unsur cuaca yang sifatnya diskontinyu antara lain penerimaan radiasi matahari dan lama penyinarannya, presipitasi (curah hujan, embun, dan salju) dan penguapan.

Penyajian dan analisisnya dalam bentuk nilai akumulasi sedangkan penyajian grafiknya dalam bentuk kurva histogram. Data cuaca yang bersifat kontinyu antara lain: suhu, kelembaban dan tekanan udara serta kecepatan angin. Analisis dan penyajiannya dalam bentuk angka rata-rata atau angka sesaat (instantaneous) sedangkan grafiknya dalam bentuk garis/kurva.

Proses Terjadinya Cuaca

Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu (Winarso, 2003).

Menurut Rafi’i (1995) Ilmu cuaca atau meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu dan ruang terbatas, sedangkan ilmu iklim atau klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang juga mengkaji tentang gejala-gejala cuaca tetapi sifat-sifat dan gejala-gejala tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi.

Trewartha and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iklim bukan hanya sekedar cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup memadai tanpa ada apresiasi atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman serta suksesi episode cuaca yang ditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang bersifat selalu berubah, meski dalam studi tentang iklim penekanan diberikan pada nilai rata-rata, namun penyimpangan, variasi dan keadaan atau nilai-nilai yang ekstrim juga mempunyai arti penting.

Trenberth, Houghton and Filho (1995) dalam Hidayati (2001) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang merubah komposisi atmosfer yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode yang cukup panjang. Menurut Effendy (2001) salah satu akibat dari penyimpangan iklim adalah terjadinya fenomena El-Nino dan La-Nina. Fenomena El-Nino akan menyebabkan penurunan jumlah curah hujan jauh di bawah normal untuk beberapa daerah di Indonesia. Kondisi sebaliknya terjadi pada saat fenomena La-nina berlangsung.

Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi dari variabel-variabel atmosfer yang sama yang disebut unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim ini terdiri dari radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara dan angin. Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang disebabkan oleh adanya pengendali-pengendali iklim (Anon, ? ).

Pengendali iklim atau faktor yang dominan menentukan perbedaan iklim antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain menurut Lakitan (2002) adalah (1) posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi lintang), (2) keberadaan lautan atau permukaan airnya, (3) pola arah angin, (4) rupa permukaan daratan bumi, dan (5) kerapatan dan jenis vegetasi.

Cuaca dan iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu (Winarso, 2003).

Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya. Eksploitasi lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan serta pertambahan jumlah penduduk bumi yang berhubungan secara langsung dengan penambahan gas rumah kaca secara global akan meningkatkan variasi tersebut. Keadaan seperti ini mempercepat terjadinya perubahan iklim yang mengakibatkan penyimpangan iklim dari kondisi normal.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Proses Singkat Terjadinya Hujan Beserta Penjelasannya

Menurut Winarso (2003) berdasarkan kajian dan pantauan dibidang iklim siklus cuaca dan iklim terpanjang adalah 30 tahun dan terpendek adalah10 tahun dimana kondisi ini dapat menunjukkan kondisi baku yang umumnya akan berguna untuk menentukan kondisi iklim per dekade. Penyimpangan iklim mungkin akan, sedang atau telah terjadi bila dilihat lebih jauh dari kondisi cuaca dan iklim yang terjadi saat ini.

Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim

Berikut ini terdapat beberapa unsur-unsur cuaca dan iklim, terdiri atas:

  1. Suhu Udara

Suhu udara diukur dengan termometer, kertas yang berisikan catatan suhu disebut termogram. Macam-macam termometer dan dapat digunakan untuk mengukur suhu udara, yaitu termometer air raksa, maksimum, miminum, maksimum dan minimum. Tipe six belani, binetal, bourdan, dan termometer tahanan, di bawah ini digambarkan termometer maksimum-minimum tipe six belani.

Pengukuran suhu udara dilakukan secara terus menerus selama 24 jam sehingga didapatkan suhu rata-rata harian. Ini digunakan untuk menentukan suhu bulanan, suhu rata-rata bulanan digunakan untuk menentukan suhu tahunan dan suhu rata-rata bulanan diambil selama satu tahun dan suhu rata-rata tahunan diambil selama beberapa tahun.

  1. Tekanan Udara

Adalah udara yang mempunyai massa sehingga dapat menekan permukaan bumi. Alat untuk mengukur tekanan udara disebut barometer. Barometer ditemukan oleh Torricelli pada tahun 1644, hasil penemuan alat pengukur tekanan udara y lain adalah barometer anaroid, barometer ini mudah dibawa ke lain tempat dan dapat juga digunakan untuk mengukur tinggi tempat di atas permukaan air laut. Garis-garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tekanan udara yang sama disebut Isobar.

  1. Angin

Adalah aliran udara dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Angin dapat terjadi jika ada faktor-faktor yang menyebabkan angin mempunyai arah dan kecepatan. Biasanya untuk menentukan arah angin, digunakan bendera angin, dan kantong angin. Arah bendera angin selalu menunjuk arah angin tersebut datang, kecepatan angin diukur dengan anemometer dan hasil catatannya disebut anemoram. Satuan kecepatan angin adalah km per jam atau knot (1 knot = 1,854 per jam).

  1. Kelembaban Udara

Ada 2 macam yaitu kelembaban absolut (multak) dan kelembaban relatif (nisbi). Kelembaban absolut adalah banyaknya uap air yang terdapat dalam 1 meter kubik udara. Sedangkan kelembaban relatif adalah perbandingan antara jumlah uang air yang ada dalam udara pada volume dan suhu, alat pengukur kelembaban relatif disebut higrometer.

Rumus untuk menghitung kelembaban relatif :

 

  1. Curah Hujan

Adalah banyaknya air hujan yang jatuh sampai ke permukaan tanah, banyaknya curah hujan diukur dengan alat ukur curah hujan (fluviometer) yang disebut ombiometer. Ombiometer ini dipasang di tempat yang tidak dilindungi oleh pohon atau bangunan. Ada beberapa tempat di permukaan bumi yang mempunyai curah hujan yang sama, tempat-tempat yang mempunyai curah hujan yang sama sering digambarkan pada peta dalam bentuk garis-garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai curah hujan yang sama disebut isohiet.

  1. Awan

Adalah kumpulan titik air atau kristal es yang terjadi karena adanya kondensasi uap air yang terdapat pada atmosfer, awan terjadi karena udara yang mengandung uap air naik sehingga suhunya turun sampai di bawah titik embun, awan ini dapat berupa benda padat atau gas.

Secara garis besar awan mempunyai tiga bentuk, yaitu :

  • Awan sirus (cirrus) atau awan bulu adalah awan yang tipis seperti serat atau seperti bulu. Sangat tinggi dan biasanya terdiri dari kristal-kristal air.
  • Awan stratus atau awan berlapis adalah awan yang rata, hampir tidak mempunyai bentuk Biasanya berwarna kelabu dan menutup langit pada daerah yang luas.
  • Awan kumulus atau awan bergumpal adalah awan tebal dengan gerakan vertikal. Di bagian atas berbentuk setengah bulatan  (dome) atau seperti kubis dan di bagian bawahnya rata.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Pengertian Dan Proses Terjadinya Pelangi Menurut Para Ilmuan

Pengertian Iklim

Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah yang relatif luas dan waktu yang relatif lama (puluhan tahun), ilmu yang mempelajarinya adalah meteorologi dan ilmu yang mempelajari iklim adalah klimatologi.

Iklim perlu dipelajari dan dijadikan ilmu pengetahuan agar manusia dapat beradaptasi dengan lingkungan alam. Sebagai contoh, orang-orang yang berada di daerah lintang tinggi mengenakan pakaian tebal dan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak. Sebaliknya, orang- orang di daerah lintang rendah mengenakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat. Mereka membuat rumah dengan banyak jendela agar sirkulasi udara bisa lancar sehingga suhu udara yang panas bisa berkurang.

Di Bumi, tidak ada dua tempat yang memiliki karakteristik cuaca dan iklim yang sama persis. Keduanya hanya memiliki kemiripan-kemiripan iklim, sehingga dapat dikelompokkan menjadi zona-zona iklim utama.

Klasifikasi Iklim

Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi iklim, terdiri atas:

Iklim suatu wilayah ditentukan lima faktor utama, yaitu garis lintang, angin utama, massa daratan atau benua, arus samudra, serta topografi. Berdasarkan faktor-faktor itu, para ahli iklim mengklasifikasikan iklim di Bumi menjadi beberapa tipe, antara lain sebagai berikut.

1. Iklim Matahari

Klasifikasi iklim Matahari didasarkan pada faktor garis lintang. Perbedaan garis-garis lintang di permukaan Bumi berpengaruh terhadap jumlah energi sinar matahari yang ditemuinya. Keadaan ini menyebabkan suhu udara di wilayah lintang rendah (khatulistiwa) lebih panas dibanding wilayah lintang tinggi (kutub).

2. Iklim Menurut Koppen

Pada tahun 1900, Wladimir Koppen, seorang ahli klimatologi Jerman mengklasifikasikan iklim dunia menjadi lima kelompok. Klasifikasi iklim yang dilakukannya berdasarkan curah hujan dan suhu udara. Selain itu, juga mempertimbangkan vegetasi dan penyebaran jenis tanah. Sistem klasifikasinya disusun dengan menggunakan huruf besar dan kecil. Setiap kelompok menggunakan simbol satu huruf besar. Sedang subkelompok menggunakan dua huruf, yaitu gabungan huruf besar dan kecil. Klasifikasi iklim menurut Koppen, yaitu kelima kelompok iklim tipe A, B, C, D, dan E.

  • Iklim Tipe A (Iklim Hujan Tropis)

Wilayah beriklim tipe A memiliki curah hujan tinggi, penguapan tinggi (rata-rata 70 cm3/tahun), dan suhu udara bulanan rata-rata di atas 18° C. Curah hujan tahunan lebih dari penguapan tahunan, tidak ada musim dingin. Wilayah beriklim tipe A dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut.

  • Iklim tipe Af memiliki suhu udara panas dan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Di wilayah beriklim tipe A terdapat banyak hutan hujan Contoh: wilayah Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Wilayah beriklim tipe Af memiliki ciri:
  1. hutan sangat lebat dan heterogen (bermacam-macam tanaman);
  2. terdapat banyak tumbuhan panjat; serta
  3. terdapat jenis tumbuhan seperti pakis, palem, dan
    • Iklim tipe Am, memiliki suhu udara panas, musim hujan, dan musim kemarau yang Batas antara musim hujan dan kemarau tegas. Wilayah beriklim tipe Am antara lain terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian selatan. Wilayah beriklim tipe Am memiliki ciri:
  4. curah hujan tergantung musim;
  5. jenis tanaman pendek dan homogen; serta
  6. hutan homogen yang menggugurkan daunnya ketika
    • Iklim tipe Aw, memiliki suhu udara panas, musim hujan, dan musim kemarau yang lebih panjang dibandingkan dengan musim Wilayah beriklim tipe Aw terdapat di wilayah Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Kepulauan Aru, dan Papua bagian selatan. Wilayah beriklim tipe Aw memiliki ciri:
  7. hutan berbentuk sabana (savana);
  8. jenis tumbuhan padang rumput dan semak belukar; dan
  9. pohonnya berjenis

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Iklim – Pengertian, Ciri, Unsur, Komponen, Macam dan Dampak

  • Iklim Tipe B (Iklim Kering)

Ciri Iklim tipe B adalah penguapan tinggi dengan curah hujan rendah (rata-rata 25,5 mm/tahun) sehingga sepanjang tahun penguapan lebih besar daripada curah hujan. Tidak terdapat surplus air. Di wilayah beriklim tipe B tidak terdapat sungai yang permanen. Wilayah beriklim tipe B dibedakan menjadi tipe Bs (iklim stepa) dan tipe Bw (iklim gurun).

  • Iklim Tipe C (Iklim Sedang Hangat)

Iklim tipe C mengalami empat musim, yaitu musim dingin, semi, gugur, dan panas. Suhu udara rata-rata bulan terdingin adalah (–3)°C – (–8)°C. Terdapat paling sedikit satu bulan yang bersuhu udara rata-rata 10° C. Iklim tipe C dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut.

  • Iklim tipe Cw, yaitu iklim sedang basah (humid mesothermal) dengan musim dingin yang
  • Iklim tipe Cs, yaitu iklim sedang basah dengan musim panas yang
  • Iklim tipe Cf, yaitu iklim sedang basah dengan hujan dalam semua
  • Iklim Tipe D (Iklim Salju Dingin)

Iklim tipe D merupakan iklim hutan salju dengan suhu udara rata-rata bulan terdingin < – 3° C dan suhu udara rata-rata bulan terpanas > 10° C. Iklim tipe D dibedakan menjadi dua:

  • Iklim tipe Df, yaitu iklim hutan salju dingin dengan semua bulan
  • Wilayah beriklim tipe Dw, yaitu iklim hutan salju dingin dengan musim dingin yang
  • Iklim Tipe E (Iklim Kutub)

Wilayah beriklim tipe E mempunyai ciri tidak mengenal musim panas, terdapat salju abadi dan padang lumut. Suhu udara tidak pernah melebihi 10° C. Wilayah beriklim tipe E dibedakan atas tipe Et (iklim tundra) dan tipe Ef (iklim kutub dengan salju abadi). Iklim tipe E terdapat di daerah Arktik dan Antartika.

3. Iklim Menurut Schmidt–Ferguson

Schmidt–Ferguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu bulan terjadi curah hujan kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya lebih dari 100 mm.

Iklim Schmidt dan Ferguson sering disebut juga Q model karena didasarkan atas nilai Q. Nilai Q merupakan perbandingan jumlah ratarata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah. Nilai Q dirumuskan sebagai berikut:

Q=((Rata-rata bulan kering):(Rata-rata bulan basah)) x 100%

Nilai Q ditentukan dari perhitungan rata-rata bulan kering dan bulan basah selama periode tertentu, misalnya 30 tahun.

4. Iklim Menurut Oldeman

Penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan penentuan iklim menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curah hujan. Bulan basah dan bulan kering dikaitkan dengan kegiatan pertanian di daerah tertentu sehingga penggolongan iklimnya disebut juga zona agroklimat. Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah.

Sedang untuk membudidayakan palawija, jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Selain itu, musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah selama satu musim. Dalam  metode ini, dasar penentuan bulan basah, bulan lembap, dan bulan kering sebagai berikut.

  1. Bulan basah, apabila curah hujannya > 200
  2. Bulan lembap, apabila curah hujannya 100–200
  3. Bulan kering, apabila curah hujannya < 100

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Lapisan Atmosfer

5. Iklim Menurut Junghuhn

Junghuhn mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian tempat dan mengaitkan iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal sesuai suhu di habitatnya. Junghuhn mengklasifikasikan iklim menjadi empat

  • 0-700 m, zona panas, contoh- karet, kopi, tebu, jagung, kelapa
  • 700-1500 m, zona sedang, contoh- teh, kina
  • 1500-2500 m, zona sejuk, contoh- pinus
  • > 2500 m, zona dingin, contoh- lumut

Pengaruh Cuaca Dan Iklim Terhadap Kehidupan

Klimatologi adalah bagian kecil dari Meteorologi. Dalam mempelajari klimatologi terlebih  dahulu perlu diketahui definisi dari cuaca dan iklim. Cuaca adalah keadaan atmosfer di suatu tempat dan waktu tertentu.

Jadi pada tempat dan waktu yang berbeda cuaca akan berbeda pula. Adapun iklim adalah jalannya keadaan cuaca atau keseluruhan dari gejala-gejala cuaca di daerah tertentu dalam periode yang lama. Iklim di suatu tempat ditentukan oleh sejumlah unsur iklim seperti suhu, lengas udara, curah hujan, kecepatan angin, lama penyinaran matahari, dan sebagainya.

Sebenarnya beberapa unsur iklim tersebut merupakan interaksi antara sejumlah faktor iklim yaitu penyebab-penyebab yang menentukan corak iklim, seperti letak lintang, arah angin, relief, tipetanah, dan vegetasi.

Pengaruh iklim terhadap kehidupan sangat besar, namun demikian ini tidak berarti antara iklim dan kehidupan selalu ada kaitan “sebab-akibat”. Manusia tidak bisa merubah iklim, yang bisa dilakukan manusia hanyalah mempengaruhi pengaruh iklim itu.Misalnya dengan menciptakan rumah kaca, membuat hujan buatan, dan lain-lain. Ada tiga wujud pengaruh iklim terhadap kehidupan :

  • Pengaruh apabila suhu tetap, tetapi jumlah hujan berubah
  • Pengaruh apabila suhu berubah dan jumlah hujan memadai
  • Pengaruh iklim dalam waktu atau musim

Pengaruh iklim tersebut tanpa disadari bisa membawa anomali iklim maupun bencana mikro bagi kehidupan. Pada musim pancaroba, arah angin di Kepulauan Indonesia tidak jelas dan tidak ada daerah yang perbedaan tekanan udaranya jelas.

Oleh karena itu arah angin senantiasa berubah. Selain itu karena perbedaan pemanasan setempat, tidak jarang angin itu bergerak “berputar” seperti halnya gerakan angin “siklon” atau lebih akrab dikenal dengan istilah angin “puting beliung” atau angin “puyuh”. Kejadian angin puting beliung atau angin puyuh pada musim pancaroba dapat sedikit diterangkan sebagai berikut :

Pada saat dimana suhu di belahan bumi di sebelah utara seimbang dengan suhu di belahan bumi selata, tekanan udara diatasnya pun tidak akan jauh berbeda. Kejadian tersebut akan terjadi dua kali selama setahun. Musim-musim itulah yang disebut dengan musim pancaroba di Indonesia. Musim pancaroba ini berlangsung kira-kira pada bulan Maret-April dan Oktober-November. Adanya keseimbangan itu membuat gerakan angin baik kekuatannya maupun arahnya menjadi tidak menentu. Karena suhu antara kedua belahan bumi berimbang, tekanan udaranya pun berimbang dan hampir tidak ada perbedaannya. Satu-satunya arah yang ada bagi gerakan angin itu adalah “ke atas”, maka musim pancaroba itu ditandai juga dengan banyaknya kejadian “angin berputar” sebagai akibat dari perbedaan tekanan udara setempat.

Berikut di atas adalah sedikit penjelasan mengenai iklim dan pengaruhnya terhadap kehidupan, dan sebagai contoh kasus dewasa ini ialah perubahan musim yang begitu mencolok dan munculnya “puting beliung” yang sedikit banyak merugikan manusia. Semoga sedikit penjelasan tersebut semoga dapat menambah pengetahuan kita untuk menyikapi permasalahan dalam kehidupan tentang iklim. Curah hujan yang tinggi akan berdampak pada berlimpahnya air di banyak tempat. Air yang berlimpah ini bisa saja menyebabkan banjir.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Makalah Pemanasan Global (Global Warming)

Kalaupun tidak sampai menimbulkan banjir, curah hujan tinggi akan membuat aktivitas manusia sedikit tersendat. Itu baru salah satu pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan. Masih banyak pengaruh lainnya yang disebabkan oleh cuaca dan iklim di suatu tempat.

  1. Desain Rumah

Cuaca dan iklim juga mempengaruhi jenis tanah. Jenis tanah yang berawa-rawa akan membuat orang membangun rumah panggung, seperti yang banyak ditemui di wilayah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Rumah panggung ini selain menghindarkan diri dari banjir juga dari binatang buas yang menghuni rawa-rawa.

Banyaknya angin ribut membuat orang-orang yang ada di wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta membangun rumah dengan atap yang rendah. Atap rumah yang rendah membuat pergerakan angin tidak bisa menerbangkan atap rumah yang sebagian terbuat dari daun kelapa.

  1. Sumber Daya Alam

Pengaruh cuaca dan iklim terhadap sumber daya alam juga tidak bisa dikatakan kecil. Ada beberapa jenis tumbuhan dan hewan yang tidak bisa hidup di alam Indonesia yang beriklim tropis. Kalaupun memaksakan diri memelihara atau menanam jenis tumbuhan atau hewan tertentu, maka harus ada perlakuan khusus dan hasilnya pun belum tentu sama dengan tumbuhan yang ada di daerah asalnya.

Misalnya tanaman kurma. Kurma mungkin bisa tumbuh, seperti yang ada di Taman Buah Mekarsari, Jakarta. Tapi perlakuan khusus terhadap tanaman kurma itu harus dengan seksama dilakukan. Jagung dan gandum dengan kualitas bagus bisa tumbuh subur di wilayah Amerika dan Eropa. Peternakan sapi dengan kualitas daging yang prima ada di New Zealand dan Australia. Cukup sulit bagi Indonesia untuk menyaingi kualitas daging apalagi susu dari kedua negara tersebut.

  1. Penyakit

Penyakit malaria sangatlah berkaitan dengan negara-negara beriklim tropis dan yang masih memiliki banyak hutan. Tapi ada jenis penyakit yang sulit berkembang di wilayah yang udaranya tidak memungkinkan jenis virus, bakteri, atau fungi berkembang. Tidaklah mengherankan bahwa di negara tropis dengan udara yang lembab seperti Indonesia, penyakit asma dan penyakit kulit berkembang dengan pesat di negara kepulauan ini.

  1. Pekerjaan dan Produktivitas

Orang-orang di negara-negara yang mempunyai cuaca dan iklim ekstrim seperti Alaska, Islandia, kehidupannya pasti berbeda dengan orang-orang yang ada di Indonesia. Orang-orang di negara bercuaca ekstrim tidak mungkin bisa bertani.

  1. Bentuk Fisik

Percaya tidak percaya bahwa bentuk fisik dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Perhatikanlah orang-orang yang berasal dari daerah beriklim dingin, tubuh mereka besar-besar dan berpostur tinggi.  Tubuh besar penuh simpanan lemak akan sangat bermanfaat bagi mereka untuk melawan hawa dingin yang menusuk tulang. Orang-orang di wilayah pegunungan China dan Jepang, cenderung pendek tapi bertubuh kekar dan sangat kuat.

  1. Pakaian

Bangsa Eskimo tidak akan memakai bikini pada siang bolong seperti yang banyak dipakai oleh para turis di Bali dan Hawaii. Bangsa Eskimo menutupi tubuhnya dengan baju tebal yang terbuat dari bulu hewan.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Siklus Hidrologi (Daur Air)

Perubahan Iklim

Iklim didefininisikan sebagai keadaan rata-rata cuaca di tempat yang luas dalam waktu yang sangat lama. Sedangkan definisi perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektorkehidupan manusia.

Indonesia mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun keberadaanya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut. Namun sekarang, iklim di Indonesia menjadi lebih hangat. Iklim tersebut telh berubah sejak abad 20.

Suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekitar 0,3oC sejak 1900. Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia dalam abad ini. Curah hujan di beberapa bagian wilayah Indonesia ini dipengaruhi kuat oleh kejadian El-Nino.

Di lain hal, IPCC juga mengungkapkan bahwa selama 100 tahun terakhir (1906-2005) temperatur permukaan bumi rata-rata telah naik sekitar 0,74oC dengan pemanasan yang lebih besar pada daratan dibandingkan dengan lautan. Tingkat pemanasan rata-rata selama 50 tahun terakhir hampir dua kali lipat dari yang terjadi pada 100 tahun terakhir.

Salah satu hal yang mempengaruhi adanya perubahan iklim tersebut adalah Efek Rumah Kaca yang merupakan hasil dari penyerapan energi oleh gas-gas tertentu yang terdapat di atmosfer dan meradiasikan kembali sebagian dari paanas tersebut ke bumi.

Tanpa adanya efek rumah kaca yang alami, suhu di permukaan bumi aka berada pada angka -18oC, bukan seperti suhu saat ini. Setiap gas rumah kaca mempunyai efek pemanasan global yang berbeda. Pemanasan global merupakan peningkatan rata-rata temperatur atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi dan troposfer, yang dapat berkontribusi pada perubahan pola iklim global.

Perubahan iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan dampak terhadap berbagai sektor kehidupan. Indonesia beresiko mengalami kerugian yang signifikan terhadap perubahan iklim tersebut. Karena keberadaannya pulasebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Kekeringan yang semakin panjang, frekuensi peristiwa cuaca ekstrem yang semakin sering, dan curah hujan tinggi yang berujung pada bahaya banjir besar; -semuanya merupakan contoh dari dampak perubahan iklim.  Terendamnya sebagian daratan negara, -seperti yang terjadi di TelukJakarta-, telah mulai terjadi.  Demikian pula, keberagaman spesies hayati yang sangat kaya dimiliki Indonesia juga berada dalam resiko yang sangat besar.

Pada gilirannya, hal ini akan membawa efek yang merugikan bagi sektor pertanian, perikanan dan kehutanan, sehingga berujung kepada terciptanya ancaman atas ketersediaan pangan dan penghidupan.

Perubahan iklim tersebut, salah satunya pemanasan global juga akan menaikkan level permukaan air laut, sehingga menggenangi daerah pesisir produktif yang sekarang digunakan sebagai lahan pertanian.  Misalnya, di daerah Karawang, Jawa Barat, suplai beras lokal akan mengalami reduksi besar sebagai dampak dari penggenangan tersebut.

Juga, kerugian dari sektor produksi ikan dan udang di daerah yang sama dapat mencapai angka sebesar lebih dari 7.000 ton.  Jika prediksi ini menjadi nyata, beribu-ribu petani di kawasan tersebut harus mencari sumber penghidupan yang lain.

Tak hanya itu, perubahan iklim juga akan meningkatkan dampak buruk dari wabah penyakit yang ditularkan melalui air atau vektor lain seperti nyamuk.  Pada akhir dekade 1990an, El Nino dan La Nina diasosiasikan dengan wabah malaria dan DBD.

Akibat dari meningkatnya temperatur, malaria kini juga mengancam daerah yang sebelumnya tak tersentuh karena suhu dingin, seperti dataran tinggi Irian Jaya (2013 m. di atas permukaan laut) pada tahun 1997 (Climate Hotmap).  Riset juga telah mengkonfirmasi hubungan antara peningkatan temperatur dan mutasi virus DBD.  Ini berarti kasus-kasus DBD yang ada menjadi lebih sulit ditangani dan menimbulkan lebih banyak korban jiwa.

Masalah  kesehatan lainnya juga dapat diperparah karena perubahan iklim.  Contohnya, manusia dengan penurunan fungsi jantung sangat mungkin menjadi lebih rentan dalam cuaca yang panas karena mereka membutuhkan energi lebih untuk mendinginkan tubuh mereka.  Suhu panas juga dapat mencetuskan masalah pernapasan.  Konsentrasi zat ozone di level permukaan tanah akan meningkat karena pemanasan suhu.  Ini akan menyebabkan kerusakan pada jaringan paru-paru manusia.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : “Efek Rumah Kaca” Pengertian & ( Penyebab – Dampak – Cara Mengatasi )

Dampak Perubahan Iklim

Berikut ini terdapat beberapa dampak perubahan iklim, terdiri atas:

  1. Ekosistem

  • Kemungkinan punahnya 20-30 persen spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,5-2,5 derajat Celcius.
  • Bertambahnya CO2 di atmosfer akan meningkatkan tingkat keasaman laut. Hal ini berdampak negative pada organisme-organisme laut seperti terumbu karang dan spesies-spesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut.
  1. Pangan dan hasil hutan

  • Diperkirakan produktivitas pertanian didaerah tropis akan mengalami penurunan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara1-2 derajat Celcius, sehingga meningkatkan resiko bencana kelaparan.
  • Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir akan memberikan dampak negative pada produksi local terutama pada penyediaan pangan di subtropics dan tropis.
  1. Pesisir dan dataran rendah

  • Daerah pantai akan semakin rentan terhadap erosi pantai dan naiknya permukaan air laut. Kerusakan pesisir akan diperparah oleh tekanan manusia didaerah pesisir.
  • Diperkirakan tahun 2080, jutaan orang akan terkena banjir setiap tahun karena naiknya permukaan air laut. Resiko terbesar adalah dataran rendah yang padat penduduknya dengan tingkat adaptasi yang rendah. Penduduk yang paling terancam adalah yang berada di delta-delta Asia dan Afrika, namun yang paling rentan adalah penduduk di pulau-pulau kecil.
  1. Sumber dan Manajemen air tawar

  • Rata-rata aliran air sungai dan ketersediaan air didaerah subpolar dan daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat 10-40 persen.
  • Sementara didaerah subtropics dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang 10-30 persen, sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya.
  1. Industri, permukiman dan masyarakat

  • Industri, permukiman dan masyarakat yang paling rentan umumnya berada didaerah pesisir dan bantaran sungai, serta mereka yang ekonominya terkait erat dengan sumber daya yang sensitive terhadap iklim, serta mereka yang tinggal didaerah-daerah yang sering dilanda bencana ekstrem, dimana urbanisasi berlangsung dengan cepat.
  • Komunitas miskin sangat rentan karena kapasitas beradaptasi yang terbatas,serta kehidupan mereka sangat tergantung kepada sumberdaya yang mudah terpengaruh oleh iklim seperti persediaan air dan makanan.
  1. Kesehatan

  • Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan.
  • Meski tingkat emisi GRK terus meningkat, ada banyak peluang untuk menguranginya. Salah satu cara melalui perubahan gaya hidup dan pola konsumsi. IPCC memberikan rekomendasi kebijakan dan instrument yang dinilai efektif menurunkan emisi GRK, seperti :

Sektor Energi

  1. Mengurangi subsidi bahan bakar fosil.
  2. Pajak karbon untuk bahan bakar fosil.
  3. Kewajiban menggunakan energi terbarukan.
  4. Penetapan harga listrik bagi energi terbarukan.
  5. Subsidi bagi produsen

Sektor Transportasi

  • Kewajiban ekonomi bahan bakar, penggunaan biofuel dan standar CO2 untuk alat transportasi jalan raya.
  • Pajak unstuck plebeian endbrain, STNK, bahan bakar serta tarif penggunaan jalan dan parker.
  • Merancang kebutuhan transportasi melalui regulasi penggunaan lahan serta perencanaan infrastruktur.
  • Melakukan investasi pada fasilitas angkutan umumdan transportasi tak bermotor.

Sektor Gedung

  1. Menerapkan standard dan pemberian label pada berbagai peralatan.
  2. Sertifikasi dan regulasi gedung
  3. Program-program demand side management.
  4. Percontohan oleh kalangan pemerintah termasuk pengadaan.
  5. Insentif untuk energy services company.

Sektor Industri

  • Pembuatan standar
  • Subsidi, pajak untk kredit.
  • Izin yang dapat diperjualbelikan
  • Perjanjian sukarela.

Sektor pertanian

  • Insentif financial serta regulasi-regulasi untuk memperbaiki manajemen lahan, mempertahankan kandungan karbon didalam tanah, penggunaan pupuk dan irigasi yang efisien.

Sektor kehutanan

  1. Insentif financial (nasional dan internasional) untuk memperluas area hutan, mengurangi deforestasi, mempertahankan hutan, serta manajemen hutan.
  2. Regulasi pemanfaatan lahan serta penegakan regulasi tersebut.

Sektor manajemen limbah

  • Insentif financial untuk manajemen sampah dan limbah cair yang lebih baik.
  • Insentif atau kewajiban meggunakan energi terbarukan.
  • Regulasi manajemen limbah.

Selain itu kita sebagai masyarakat dapat melakukan upaya pengurangan emisi seperti :

  1. Gunakan penerangan secara efisien dan efektif. Penggunaan lampu hemat energi dan jadwal penerangan rumah yang tepat
  2. Gunakan peralatan elektronik, seperti komputer,TV, radio dan AC, seperlunya saja.
  3. Kurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi.
  4. Maksimalkan penggunaan kendaraan umum dan jika terpaksa menggunakan kendaraan pribadi, upayakan untuk berbagi dengan mereka yang memiliki tujuan sama.
  5. Berjalan kaki maupun memanfaatkan angkutan tak bermotor untuk jarak dekat.
  6. Jika harus memiliki kendaraan pribadi, pilih yang penggunaan bahan bakarnya lebih hemat dengan jenis bahan bakar yang lebih bersih.
  7. Kejelian dalam memilih produk merupakan bantuan besar dalam mengendalikan emisi GRK. Secara keseluruhan, produk lokal akan memberikan emisi GRK yang lebih kecil dibandingkan produk impor. Sebab produk impor akan mengemisikan GRK dalam proses transportasinya dari negara asal ke negara tujuan.
  8. Jangan lupa, tanamlah pohon di sekitar lingkungan anda tinggal. Selain berguna untuk menyegarkan udara di sekitarnya, pepohonan juga berfungsi untuk menyerap emisi GRK.

Perubahan iklim jelas menyengsarakan kehidupan umat manusia. Kerugian materi dan juga korban nyawa adalah akibat yang harus kita terima. Oleh karena itu, sudah saatnya kita, pemerintah, industri dan masyarakat, bahu-membahu berupaya untuk menghambat terjadinya perubahan iklim.


Perbedaan Cuaca dan Iklim

Daftar Pustaka:

  1. Anna Lia chan. 24 Februari 2011. http://rubynamie.blogspot.com/2011/02/musim-di-dunia.html Biro Pusat Statistik .1992. Statistika Indonesia. Jakarta : BPS.
  2. Biro Pusat. 1994. Statistika Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta : BPS. Biro Pusat. 1995. Statistika Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta : BPS.
  3. Hartono. 2007. Geografi Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: Citra Raya http://www.masbied.com/2010/06/03/cuaca-dan-iklim/#more-2955
  4. Sani. 15 Oktober 2006. http://bumiindonesia.wordpress.com/2006/10/15/iklim-cuaca-dan- perubahannya/
  5. 28 Mei 2010. http://idedunia.blogspot.com/2010/05/klasifikasi-iklim.html

Demikianlah pembahasan mengenai Unsur Cuaca dan Iklim – Pengertian, Proses, Klasifikasi, Perubahan, Dampak & Perbedaan semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya.