Pengertian Tanah Gambut
Tanah Gambut ialah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tanaman yang membusuk setengah; Oleh karena itu, kandungan bahan organik tinggi. Tanah terutama terbentuk di lahan basah disebut dalam bahasa Inggris sebagai gambut; dan lahan gambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan berbagai nama seperti rawa, moor, Muskeg, Pocosin, lumpur, dan lain-lain. Gambut istilah itu sendiri diserap dari bahasa lokal Banjar.
Sebagai bahan organik, gambut dapat digunakan sebagai sumber energi. jumlah volume gambut di seluruh dunia diperkirakan berjumlah 4 triliun m³, yang meliputi area seluas sekitar 3 juta km persegi, atau sekitar 2% dari luas daratan dunia dan mengandung potensi energi sekitar 8 juta terajoule.
baca juga : Air Tanah dan Air Laut
Pembentukan Tanah Gambut
- Bentuk gambut ketika bagian tanaman yang menumpahkan pembusukan menghambat, biasanya di tanah berawa, karena tingginya keasaman atau anaerobik kondisi di perairan setempat. Tidak mengherankan, sebagian besar tanah gambut terdiri dari serpihan dan potongan herbal sisa, daun, ranting, kulit kayu, bahkan kayu besar, yang belum sepenuhnya membusuk.
- Kadang-kadang ditemukan juga, dengan tidak adanya oksigen menghambat dekomposisi, sisa-sisa hewan yang mati dan serangga yang juga diawetkan di lapisan gambut.
- Biasanya di dunia, disebut sebagai gambut saat kandungan bahan organik di dalam tanah melebihi 30%; tapi hutan rawa gambut di Indonesia umumnya memiliki kandungan melebihi 65% dan kedalaman lebih dari 50 Cm. Tanah yang mengandung bahan organik antara 35-65%, juga disebut lumpur.
- Ditambahkan lapisan gambut dan tingkat dekomposisi (humifikasi) terutama tergantung pada komposisi gambut dan intensitas banjir. Gambut terbentuk dalam kondisi sangat basah akan kurang terdekomposisi, dan dengan demikian akumulasi telah cepat, dibandingkan dengan gambut yang terbentuk di lahan kering.
- Properti ini memungkinkan iklim untuk menggunakan gambut sebagai indikator perubahan iklim di masa lalu. Demikian pula, melalui analisis komposisi gambut, terutama jenis dan jumlah penulis bahan organik, arkeolog dapat merekonstruksi gambar ekologi di zaman kuno.
- Dalam kondisi yang tepat, gambut juga merupakan tahap awal pembentukan batubara. Gambut rawa terbaru, dibentuk di lintang tinggi pada akhir Zaman Es terakhir, sekitar 9.000 tahun yang lalu.
- Ketebalan gambut masih tumbuh dengan laju sekitar beberapa milimeter setahun. Namun gambut percaya dunia mulai terbentuk tidak kurang dari 360 juta tahun yang lalu; dan sekarang menyimpan sekitar 550 Gt karbon.
Jenis Tanah Gambut
Luas lahan gambut di Sumatra diperkirakan berkisar antara 7,3–9,7 juta hektare atau kira-kira seperempat luas lahan gambut di seluruh daerah tropika. Menurut kondisi dan sifat-sifatnya, gambut dapat dibedakan menjadi:
baca juga : Pengertian Tanah
-
Gambut Topogen
ialah lapisan tanah gambut yang terbentuk karena genangan air yang terhambat drainasenya pada tanah-tanah cekung di belakang pantai, di pedalaman atau di pegunungan. Gambut jenis ini umumnya tidak begitu dalam, hingga sekitar 4 m saja, tidak begitu asam airnya dan relatif subur; dengan zat hara yang berasal dari lapisan tanah mineral di dasar cekungan, air sungai, sisa-sisa tumbuhan, dan air hujan. Gambut topogen relatif tidak banyak dijumpai.
-
Gambut Ombrogen
lebih sering dijumpai, meski semua gambut ombrogen bermula sebagai gambut topogen. Gambut ombrogen lebih tua umurnya, pada umumnya lapisan gambutnya lebih tebal, hingga kedalaman 20 m, dan permukaan tanah gambutnya lebih tinggi daripada permukaan sungai di dekatnya. Kandungan unsur hara tanah sangat terbatas, hanya bersumber dari lapisan gambut dan dari air hujan, sehingga tidak subur.
Sungai-sungai atau drainase yang keluar dari wilayah gambut ombrogen mengalirkan air yang keasamannya tinggi (pH 3,0 – 4,5), mengandung banyak asam humus dan warnanya coklat kehitaman seperti warna air teh yang pekat. Itulah sebabnya sungai-sungai semacam itu disebut juga sungai air hitam.
Gambaran Umum Kawasan Bergambut di Kalimantan Tengah
Kawasan bergambut di Kalimantan Tengah melingkupi hamparan areal yang cukup luas, yakni diperkirakan mencakup areal seluas 3,472 Juta Ha, atau sekitar 21,98 % dari total luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah yang mencapai 15,798 Juta Ha.
Gambut hanya mungkin terbentuk apabila terdapat limpahan biomass atau vegetasi pada suatu kawasan yang mengalami hambatan dalam proses dekomposisinya. Faktor penghambat utama tersebut adalah genangan air sepanjang tahun atau kondisi rawa. Dalam konteks yang demikian, hutan sebagai penghasil limpahan biomass, yang mendominasi wilayah Kalimantan Tengah (sekitar 65,05 % dari total luas wilayah), khususnya pada areal-areal yang selalu tergenang air adalah merupakan kawasan potensial terbentuknya gambut. Tetapi sebaliknya, tidak semua areal hutan dapat membentuk lahan-lahan bergambut.
baca juga : Polusi Tanah adalah
Proses Pembentukan Tanah Gambut
Gambut terbentuk akibat proses dekomposisi bahan-bahan organik tumbuhan yang terjadi secara anaerob dengan laju akumulasi bahan organik lebih tinggi dibandingkan laju dekomposisinya. Akumulasi gambut umumnya akan membentuk lahan gambut pada lingkungan jenuh atau tergenang air, atau pada kondisi yang menyebabkan aktivitas mikroorganisme terhambat. Vegetasi pembentuk gambut umumnya sangat adaptif pada lingkungan anaerob atau tergenang, seperti bakau (mangrove), rumput-rumput rawa dan hutan air tawar.
Di daerah pantai dan dataran rendah, akumulasi bahan organik akan membentuk gambut ombrogen di atas gambut topogen dengan hamparan yang berbentuk kubah (dome). Gambut ombrogen terbentuk dari vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun dengan ketebalan hingga puluhan meter. Gambut tersebut terbentuk dari vegetasi rawa yang sepenuhnya tergantung pada input unsur hara dari air hujan dan bukan dari tanah mineral di bawah atau dari rembesan air tanah, sehingga tanahnya menjadi miskin hara dan bersifat masam.
Tahap-tahap Proses Pembentukan Endapan Gambut
- Asosiasi marin (Rhizophora)
- Asosiasi payau (Avicennia)
- Asosiasi transisi (Conocarpus)
- Asosiasi klimaks (Tropical forest)
Kecepatan pembentukan lapisan gambut:
- Proses perkembangan tanah gambut adalah Paludiasi,yaitu penebalan lapisan bahan gambut dalam lahan yang berdrainase jelek di bawah kondisi anaerob.
- Kecepatan pembentukan gambut tergantung iklim, vegetasi kemasaman, kondisi aerob dan anaerob, aktivitas mikroorganisme.
- Di pantai dekat laut pengaruh kegaraman akan mempercepat pertumbuhan tanah gambut karena proses dekomposisi BO terhambat akibat hanya mikroorganisme yang tahan kegaraman saja yang aktif.
baca juga : Tanah Gambut
Sifat Fisika Tanah Gambut
- Tingkat dekomposisi :
- Gambut kasar (Fibrist):gambut dengan BO kasar > 2/3 (sedikit atau belum terkomposisi atau bahan asal masih terlihat asalnya)warna merah lembayung (2,5 YR 3/2)-coklat kemerahan (5 YR 3/2)
- Gambut sedang (HemistaktoBO kasar 1/3-2/3 coklat kemerahan (5 YR 3/2)-coklat tua (7,5 YR 3/2)
- Gambut halus (Saprist):BO kasar<1/3,>
- Penurunan muka tanah : faktor penyebabnya:
- Drainase
- Kegiatan budidaya tanaman
- Tingkat kematangan gambut
- Umur reklainasi
- Ketebalan lapisan gambut
- Pembakaran waktu pembukaan lahan
Hasil penelitian kecepatan penurunan muka tanah: fibrik>hemik>saprik
- Kerapatan lindak (Bulk Density=BD)
- BD tanah gambut 0,05-0,2 g/cc
- BD tanah yang rendah akibatnya daya dukung tanah rendah akibatnya tanaman tahunan tumbuh condong atau tumbang
- Makin dalam BD tanah makin kecil
- Makin rendah kematangan gambut maka makin rendah nilai BD nya
- Porositas dan distribusi ukuran pori
- ditentukan bahan penyusun dan tingkat dekomposisi
- makin matang gambut maka porositas makin rendah dan distribusi ukuran pori cukup merata
- gambut tidak matang sangat porous dan tidak merata
- porositas tanah dan distribusi ukuran pori pada gambut dari rerumputan dan semak jauh baik daripada gambut kayu-kayuan
- Retesi air (daya menahan air)
- afinitas tinggi dalam meretensi air karena air bersifat dipolar dan molekul asam-asam organik sangat banyak, maka air dalam jumlah banyak akan berikatan dengan asam-asam organik bebas
- Makin matang gambut maka retensi air makin tinggi
- Daya hantar hidrolik (HC)
- Besarnya HC ditentukan oleh jenis gambut,tingkat kematangan, BD
- HC gambut serat-seratan lebih lambat dari gambut kayu-kayuan
- laju yang baik untuk pertanian <0,36>
- HC secara horisontal sangat cepat dan vertikal sangat lambat
- makin matang gambut HC makin lambat
- Kering tak balik
- berkaitan dengan kemampuan gambut dalam menyimpan,memegang dan melepas air
- gambut yang mengalami kekeringan hebat akan berkurang kemampuannya dalam memegang air
- penyebab kering tak balik adalah akibat terbentuk selimut penahan air
- Pencegahan dengan mengatur tinggi permukaan air
baca juga :bPencemaran Tanah
Manfaat Tanah Gambut
Dari beberapa usaha yang telah dilakukan untuk pemanfaatan lahan gambut dewasa ini dimanfaatkan untuk disversifikasi dari lahan rawa. Pada awalnya pemanfaatan lahan rawa dtujukan untuk menunjang usaha swasembada beras oleh karena ditujukan untuk hal tersebut maka pembukaan lahan rawa selalu diupayakan pada lahan tanah mineral atau pada lahan gambut dangkal (<1 meter). Perkembangan lebih lanjut menunjukan bahwa tanah rawa tak terkendala semakin sedikit.
Oleh karena itu pemanfaatan lahan rawa yang tebal (> 1 meter) untuk budidaya non pangan. Salah satu bentuk diversifikasi tersebut adalah pemanfaatan lahan rawa gambut untuk budidaya tanaman kelapa, baik tanaman kelapa hibrida maupun tanaman sawit. Untuk mencapai keberhasilan penanaman kelapa pada gambut, selain faktor pemupukan dan pembasmian serangga, maka faktor pengaturan tata air juga sangat penting.
Sistem pengendalian muka air pada lahan gambut untuk keperluan tanaman kelapa pada hakekatnya adalah menjaga muka air sehingga berada di bawah zona perakaran, namun kelengasan yang tersedia pada tanah harus cukup ideal bagi pertumbuhan kelapa tersebut. Kelapa sawit maupun kelapa hibrida mempunyai pertumbuhan perakaran yang hampir mirip, yakni pada usia 4 tahun mencapai kedalaman 60-80 cm.
Oleh karena itu, banyak pakar setuju bahwa “drain spacing” harus direncanakan sehingga muka air tanah berkisar antara 70-120 cm di bawah muka air tanah setempat.Berdasarkan ketebalan lapisan gambutnya, lahan gambut terbagi dalam tiga kategori lahan, yaitu :
a) gambut dangkal dengan ketebalan lapisan gambut 50-100 cm, b) gambut tengahan dengan ketebalan lapisan gambut 101 – 200 cm dan c) gambut dalam dengan ketebalan lapisan gambut > 2 m (Widjaja Adhi et al., 1992). Lahan gambut dangkal memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian, khususnya untuk tanaman sayuran (Kristijono, 2003).
Berdasarkan klasifikasi rawa, tipologi lahan, dan pola pemanfaatannya, tanaman sayuran dan hortikultura cocok diusahakan pada klasifikasi rawa lebak dengan tipologi lahan tanah aluvial gambut dangkal (R/A-G1) dan rawa pasang surut air tawar dengan tipologi lahan gambut dangkal (G1). Kedua tipologi lahan ini memiliki karakteristik kimia yang berbeda sehingga untuk memudahkan pengelolaan dalam menentukan jumlah pupuk yang diberikan, perlu diketahui karakteristik kimia tanahnya (Widjaja Adhi et al., 1993).
Karakteristik Tanah Gambut
Diantara sifat yang penting dari tanah gambut di daerah tropis adalah : bahan penyusun berasal dari kayu-kayuan, dalam keadaan tergenang, sifat menyusut dan subsidence ( penurunan permukaan gambut) karena drainase, kering tidak balik, pH yang sangat rendah dan status kesuburan tanah yang rendah. Pengembangan usaha pertanian sangat dibatasi oleh beberapa hal di atas (Andriesse, 1988).
-
Sifat Fisik
Sifat-sifat fisik gambut sangat erat kaitannya dengan pengelolaan air gambut. Bahan penyusun gambut terdiri dari empat komponen yaitu bahan organik, bahan mineral, air dan udara. Perubahan kandungan air karena reklamasi gambut akan ikut merubah sifat-sifat fisik lainnya (Andriesse, 1988). Mengingat sifat-sifat fisik tanah gambut saling berhubungan maka pembahasan sifat fisik dari tanah gambut tidak dapat dilakukan secara terpisah. Uraian tentang sifat-sifat fisik gambut ini akan dihubungankan dengan sifat-sifat kimia tanah gambut. Pemahaman akan sifat-sifat fisik akan sangat bermanfaat dalam menentukan strategi pemanfaatan gambut.
-
Sifat-sifat Kimia
Ketebalan horison organik, sifat subsoil dan frekuensi luapan air sungai mempengaruhi komposisi kimia gambut. Pada tanah gambut yang sering mendapat luapan, semakin banyak kandungan mineral tanah sehingga relatif lebih subur.
Kesuburan gambut sangat bervariasi dari sangat subur sampai sangat miskin. Gambut tipis yang terbentuk diatas endapan liat atau lempung marin umumnya lebih subur dari gambut dalam (Widjaya Adhi, 1988). Atas dasar kesuburannya gambut dibedakan atas gambut subur (eutropik), gambut sedang (mesotropik) dan gambut miskin (oligotropik).
-
Sifat Biologi
Menurut Waksman dalam Andriesse (1988) perombakan bahan organik saat pembentukan gambut dilakukan oleh mikroorganisme anaerob dalam perombakan ini dihasilkan gas methane dan sulfida. Setelah gambut didrainase untuk tujuan pertanian maka kondisi gambut bagian permukaan tanah menjadi aerob, sehingga memungkinkan fungi dan bakteri berkembang untuk merombak senyawa sellulosa, hemisellulosa, dan protein.
baca juga : Pengertian Tanah Menurut Para Ahli
Gambut tropika umumnya tersusun dari bahan kayu sehingga banyak mengandung lignin, bakteri yang banyak ditemukan pada gambut tropika adalah Pseudomonas selain fungi white mold dan Penecilium (Suryanto, 1991). Pseudomonas merupakan bakteri yang mampu merombak lignin(Alexander, 1977). Penelitian tentang dekomposisi gambut di Palangkaraya menunjukkan bahwa dekomposisi permukaan gambut terutama disebabkan oleh dekomposisi aerob yang dilaksanakan oleh fungi (Moore and Shearer, 1997).
Demikianlah artikel dari dosenpendidikan.co.id mengenai Tanah Gambut : Pengertian, Pembentukan, Jenis, Proses, Gambaran Umum, Tahapan, Sifat, Macam, Karakteristiknya, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.