Pengertian Analisis Isi

Menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia kagum atas apa yang dilihatnya, manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam kehidupan sehari-harinya manusia juga tak dapat terpisahkan dari aktivitas. Baik itu dilakukan secara individu maupun kelompok. Dalam aktivitas tersebut kadang-kadang (bahkan harus) terdokementasikan. Baik itu dalam catatan pribadi maupun media, baik cetak atau elektronik.

Analisis-Isi

Dalam mengkaji suatu hal, perlu adanya teori, metode, dan teknik. Pengkajian yang dilakukan bukan semata-mata tanpa garis pengarah, sebab dalam melakukan kajian terhadap suatu hal, perlu adanya penentuan cara dalam mengkaji. Penentuan cara pada intinya akan mengarahkan pengkaji untuk lebih mengtahui perspektif kajian yang digunakan dan kemudian akan jelaslah hasil kajian yang tentunya sesuai dengan pilihan cara pengkajian. Dalam hal ini lebih terfokus pada pengkajian karya sastra.

Banyak teori-teori yang diungkapkan oleh pakar peneliti, antara lain: formalism, strukturalisme, semiotika, strukturalisme genetik, naratologi, resepsi, enterteks, feminis, post-kolonial, dekonstruksi, postrukturalisme, analisis isi (content analysis) dan teori pendekatan lain yang memang memiliki perbedaan karakteristik. Perbedaan karakteristik dalam setiap teori bergantung pada titik  inti pengkajian setiap teori dan kiblat pengkajian.

Berlandaskan pada jumlah teori pendekatan yang tinggi, penulis ingin mengkaji satu di antara teori pendekatan tersebut. dalam kertas karya ini, penulis akan mengkaji lebih dalam mengenai pendekatan analisis  isi (content analysis).

Pengertian Analisis Isi

Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.

Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian. Holsti menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%).

Sejalan dengan kemajuan teknologi, selain secara manual kini telah tersedia komputer untuk mempermudah proses penelitian analisis isi, yang dapat terdiri atas 2 macam, yaitu perhitungan kata-kata, dan “kamus” yang dapat ditandai yang sering disebut General Inquirer Program.

Pengertian Analisis Isi Menurut Para Ahli

Analisis isi didefinisikan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi.

Berikut beberapa definisi analisis isi berdasarkan pendapat dari beberapa ahli:

  1. Menurut Krippendorff “1980:21 & 1986:8”
    Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat direplikasi “ditiru” dan sahih datanya dengan memerhatikan konteksnya.
  2. Menurut Weber “1994:9”
    Analisis isi adalah sebuah metode penelitian dengan menggunakan seperangkat prosedur untuk membuat inferensi yang valid dari teks.
  3. Menurut Riffe, Lacy dan Fico “1998:20”
    Analisis isi adalah pengujian yang sistematis dan dapat direplikasi dari simbol-simbol komunikasi, dimana simbol ini diberikan nilai numerik berdasarkan pengukuran yang valid dan analisis menggunakan metode statistik untuk menggambarkan komunikasi, menarik kesimpulan dan memberikan konteks, baik produksi ataupun konsumsi.

Syarat Pengguaan Analisis Isi

Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut.

  • Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).
  • Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.
  • Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.

Tujuan Analisis Isi

Analisis isi memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Menggambarkan Karakteristik Pesan

Analisis isi banyak dipakai untuk menggambarkan karakteristik isi dari suatu pesan. Paling tidak ada empat desain analisis isi yang umumnya dipakai untuk menggambarkan karakteristik pesan yaitu:

  1. Analisis yang dipakai untuk menggambarkan pesan dari sumber yang sama tetapi dalam waktu yang berbeda.
  2. Analisis isi dipakai untuk melihat pesan pada situasi yang berbeda, situasi disini dapat berupa konteks yang berbeda, sosial dan politik.
  3. Analisis isi dipakai untuk melihat pesan pada khalayak yang berbeda, khalayak disini merujuk pada pembaca, pendengar atau pemisa media yang berbeda.
  4. Analisis isi dipakai untuk melihat pesan dari komunikator yang berbeda.

2. Menarik Kesimpulan Penyebab Dari Suatu Pesan

Analisis isi tidak hanya dapat dipakai untuk melihat gambaran suatu pesan. Analisis isi juga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan penyebab dari suatu pesan. Dalam analisis isi yang menjadi fokus disini tidak deskripsi dari pesan, tetapi menjawab pertanyaan mengapa pesan “isi” muncul dalam bentuk tertentu.

Tahapan Analisis Isi

Sebagai metode yang sistematis, analisis isi mengikuti suatu proses tertentu. Tahapan analisis proses analisis isi adalah sebagai berikut:

  • Merumuskan Tujuan Analisis
    Apa yang ingin diketahui lewat analisis isi, hal-hal apa saja yang menjadi masalah penelitian dan ingin dijawab lewat analisis isi.
  • Konseptualisasi Dan Operasionalisasi
    Merumuskan konsep penelitian dan melakukan operasionalisasi sehingga konsep bisa diukur.
  • Lembar Coding “Coding Sheet”
    Menurunkan operasionalisasi ke dalam lembar coding, lembar coding memasukkan hal yang ingin dilihat dan cara pengukurannya.
  • Populasi Dan Sampel
    Peneliti perlu merumuskan populasi dan sampel analisis isi. Apakah populasi bisa diambil semua “Sensus”, jika tidak menentukan teknik penarikan sampel dan jumlah sampel yang akan dianalisis.
  • Traning/Pelatihan Coder Dan Pengujian Validitas Reliabilitas
    Peneliti memberikan pelatihan kepada coder yang akan membaca dan menilai isi. Peneliti menguji reliabilitas. Jika belum memenuhi syrat, dilakukan perubahan lembar coding sampai angka reliabilitas tinggi.
  • Proses Coding
    Mengkode semua isi berita ke dalam coding yang telah disusun.
  • Perhitungan Reliabilitas Final
    Peneliti menghitung angka reliabilitas dari hasil coding dengan menggunakan rumus/formula yang tersedia, seperti Holsti, Krippendorff, Cohen Kappa.
  • Input Data Analisis
    Melakukan input dari data lembar coding dan analisis data.

Jenis Analisis Isi

Terdapat dua jenis analisis isi, yaitu analisis isi kuantitatif (Quantitative Content Analysis) dan analisis isi kualitatif (Qualitative Content Analysis). Prinsip analisis isi kuantitatif adalah prinsip objektifitas yang diukur dari pembuatan atau penyusunan kategorisasi. Metode yang diterapkan dalam analisis isi haruslah tersistematisasi, dimana mulai unit analisis yang diteliti sampai pembuatan kategorisasi dan operasionalisasi tidak tumpang tindih.

Pesan-pesan yang tampak tadi haruslah dapat dihitung/dikuantifikasi untuk mendapatkan frekuensi penghitungan pesan-pesan yang dimaksudkan. Sedangkan analisis isi media kualitatif lebih banyak dipakai untuk meneliti dokumen yang dapat berupa teks, gambar, simbol, dan sebagainya untuk memahami budaya dari suatu konteks sosial tertentu. Dokumen dalam analisis isi kualitatif ini merupakan pada metode analisis yang integratif dan lebih secara konseptual untuk enemukan, mengidentifikasi, mengolah dan menganalisa dokumen untuk memahami makna, signifikansi dan relevansinya.

Tujuan dari penelitian analisis isi kualitatif ini sebenarnya adalah sistematis dan analitis, tetapi tidak kaku (rigid) seperti analisis isi kuantitatif. Dengan kata lain, analisis isi kuantitatif hanya mampu mengetahui atau mengidentifikasi manifest messages (pesan-pesan yang tampak) dari isi media yang diteliti. Sedangkan analisis isi yang sifatnya kualitatif tidak hanya mampu mengidentifikasi pesan-pesan manifest, melainkan juga latent messages dari sebuah dokumen yang diteliti.

Jadi lebih mampu melihat kecenderungan isi media berdasarkan context (situasi yang sosial di seputar dokumen atau teks yang diteliti), process (bagaimana suatu proses produksi media/isi pesannya dikreasi secara actual dan diorganisasikan secara bersama) dan emergence (pembentukan secara gradual/bertahap dari makna sebuah pesan melalui pemahaman dan intepretasi) dari dokumen-dokumen yang diteliti (Bungin, 2004 : 144-147).

1. Pendekatan Kualitatif

Analisis isi kuantitatif memfokuskan risetnya pada isi komunikasi yang tersurat (tampak atau manifest). Karena itu tidak dapat digunakan untuk mengetahui isi komunikasi yang tersirat (latent). Misalnya mengapa Tvone memberitakan berita penggerebekan teroris dengan cara berbeda dengan SCTV, ataupun dengan Global Tv, mengapa corporate blog virtual communication dan prespektif wimar berbeda dalam melihat komunikasi dan dalam membangun content untuk menjaga hubungan dengan publiknya, dan lainnya.

Karena itu diperlukan suatu analisis isi yang lebih mendalam dan detail untuk memahami produk isi media dan mampu menghubungkanya dengan konteks sosial/realitas yang terjadi sewaktu pesan dibuat. Karena semua pesan (teks, simbol, gambar dan sebagainya adalah produk sosial dan budaya masyarakat. Inilah yang di sebut analisis isi kualitatif.

Altheide (1996:2) mengatakan bahwa analisis isi kualitatif disebut pula sebagai Ethnographic Content Analysis (ECA), yaitu perpaduan analisis isi objektif dengan observasi partisipan. Artinya, istilah ECA adalah periset berinteraksi dengan material-material dokumentasi atau bahkan melakukan wawancara mendalam sehingga pertanyaan-pertanyaan yang spesifik dapat diletakkan pada konteks yang tepat untuk di analisis.


Karena itu beberapa yang harus diperhatikan oleh periset:

  1. Isi (content) atau situasi sosial seputar dokumen (pesan/teks) yang diriset. Misalnya, periset harus mempertimbangkan faktor ideologi institusi media, latar belakang wartawan & bisnis, karena faktor-faktor ini menentukan isi berita dari media tersebut.
  2. Proses atau bagaimana suatu produk media/isi pesannya dikreasi secara aktual dan diorganisasikan secara bersama. Misalnya bagaimana berita diproses, bagaimana format pemberitaan TV yang dianalisis tadi disesuaikan dengan keberadaan dari tim pemberitaan, bagaimana realitas objektif diedit ke dalam realitas media massa, dan lainnya.
  3. Emergence, yakni pembentukan secara gradual/bertahap dari makna sebuah pesan melalui pemahaman dan interprestasi. Di sini periset menggunakan dokumen atau teks untuk membantu memahami proses dan makna dari aktivitas-aktivitas sosial. Dalam proses ini periset akan mengetahui apa dan bagaimana si pembuat pesan di pengaruhi oleh lingkungan sosialnya atau bagaimana si pembuat pesan mendefinisikan sebuah situasi.

2. Pendekatan Kuantitatif

Analisis isi kualitatif ini bersifat sistematis, analitis tapi tidak kaku seperti dalam analisis isi kuantitatif. Kategorisasai dipakai hanya sebagai guide, diperbolehkan konsep-konsep atau kategorisasi yang lain muncul selama proses riset. Saat ini telah banyak metode analisis yang berpijak dari pendekatan analisis isi kualitatif. Antar lain: analisis framing, analisis wacana, analisis tekstual, semiotik, analisis retorika, dan ideological criticism. Periset dalam melakukan analisis bersikap kritis terhadap realitas yang ada dalam teks yang dianalisis.

Pendekatan kritis tersebut dipengaruhi oleh pandangan Marxis yang melihat media bukanlah kesatuan netral, tetapi media dipandang sebagai alat kelompok dominan untuk memanipulasi dan mengukuhkan kekuasaan dengan memarjinalkan kelompok yang tidak dominan. Pada dasarnya analisis isi kualitatif (kritis) memandang bahwa segala macam produksi pesan adalah teks, seperti berita, iklan, sinetron, lagu dan simbol-simbol lainnya yang tidak bisa lepas dari kepentingan-kepentingan sang pembuat pesan. Berita, misalnya bukanlah realitas sebenarnya.

Berita adalah realitas yang sudah di seleksi dan disusun menurut pertimbangan-pertimbangan redaksi, istilahnya disebut “second-hand reality”. Artinya, ada faktor-faktor subjektivitas awak media dalam proses produksi berita. Karena itu, fakta atau peristiwa adalah konstruksi awak media.

Analisis wacana adalah analisis isi yang lebih bersifat kualitatif dan dapat menjadi salah satu alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif yang selama ini banyak digunakan oleh para peneliti. Jika pada analisis kuantitatif, pertanyaan lebih ditekankan untuk menjawab “apa” (what) dari pesan atau teks komunikasi, pada analisis wacana lebih difokuskan untuk melihat pada “bagaimana” (how), yaitu bagaimana isi teks berita dan juga bagaimana pesan itu disampaikan.

Beberapa perbedaan mendasar antara analisis wacana dengan analisis isi yang bersifat kuantitatif adalah sebagai berikut. Analisis wacana lebih bersifat kualitatif daripada yang umum dilakukan dalam analisis isi kuantitatif karena analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori, seperti dalam analisis isi. Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata), sedangkan analisis wacana justru memfokuskan pada pesan yang bersifat latent (tersembunyi).

Analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan” (what), tetapi tidak dapat menyelidiki bagaimana ia dikatakan (how). Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi, sedangkan analisis isi kuantitatif memang diarahkan untuk membuat generalisasi.

Model analisis wacana yang diperkenalkan oleh van Dijk sering kali disebut sebagai “kognisi sosial”, yaitu suatu pendekatan yang diadopsi dari bidang psikologi sosial. Menurut van Dijk, ada 3 dimensi yang membentuk suatu wacana sehingga analisis yang dilakukan terhadap suatu wacana harus meliputi ketiga dimensi tersebut, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

Prosedur Analisis Isi

Ada enam pertanyaan yang harus diperhatikan dalam melakukan metode analisi isi:

  • Data yang dianalisis?
  • Bagaimana cara pendefinisian?
  • Hal apa saja yang terkait?
  • Apa konteks data analisis?
  • Apa batas-batas analisis?
  • Apa target dari kesimpulan?

Asumsinya adalah bahwa kata-kata dan frasa yang paling sering disebutkan adalah hal-hal yang mencerminkan kekhawatiran penting dalam setiap komunikasi. Oleh karena itu, analisis isi kuantitatif dimulai dengan frekuensi kata, ukuran ruang (kolom cm/inci dalam kasus surat kabar), menghitung waktu (untuk radio dan televisi waktu) dan frekuensi kata kunci.

Kualitatif, analisis isi dapat melibatkan segala jenis analisis, komunikasi konten (pidato, teks tertulis, wawancara, gambar, dan sebagainya) dikategorikan dan diklasifikasikan. Pada permulaannya, menggunakan surat kabar pertama di akhir abad ke-19, analisis dilakukan secara manual dengan mengukur jumlah baris dan jumlah ruang subjek. Pada zaman sekarang ini, fasilitas komputerisasi umum seperti PC, komputer berbasis metode analisis yang semakin meningkat popularitasnya. Artikel koran, manifesto partai politik, catatan medis atau pengamatan sistematis dalam percobaan, semua dapat terselesaikan menggunakan analisis sistematis dari data tekstual.

Satu perbedaan lagi adalah antara isi nyata (komunikasi) dan makna latennya. “Manifest” menggambarkan apa yang (seorang penulis atau pembicara) telah tertulis, sementara makna laten menjelaskan apa yang diinginkan penulis  dalam karyanya. Biasanya, analisis isi hanya dapat diterapkan pada konten nyata, yaitu kata-kata, kalimat, atau teks itu sendiri.

Sebuah langkah lebih lanjut dalam analisis adalah perbedaan antara pendekatan kamus berbasis kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Kamus pendekatan berbasis mengatur daftar kategori yang berasal dari daftar frekuensi kata dan mengontrol distribusi kata-kata dan masing-masing kategori di teks. Sementara metode dalam analisis isi kuantitatif melakukan pengamatan kategori yang ditemukan yakni seperti data statistik kuantitatif, analisis isi kualitatif lebih memfokuskan pada intensionalitas dan implikasinya.

Penelitian Analisis Isi berusaha melihat konsistensi makna dalam sebuah teks. Konsistensi ini dapat dijabarkan dalam pola-pola terstruktur yang dapat membawa peneliti kepada pemahaman tentang sistem nilai dibalik teks itu. Metode Analisis Isi menuntut beberapa persyaratan: objektif, sistematis, dan dapat digeneralisasikan. Objektif berarti prosedur dan kriteria pemilihan data, pengkodean serta cara interpretasi harus didasarkan pada aturan yang telah ditentukan sebelumnya. Sistematis berarti inklusi dan ekslusi atau kategori harus berdasarkan aturan yang konsisten. Dapat digeneralisasikan, berarti tiap temuan harus memiliki relevansi teoretis.

Neuman (2000: 296-298) menyebutkan langkah-langkah dalam meneliti dengan metode Analisis Isi, yaitu (1) menentukan unit analisis (misalnya jumlah teks yang ditetapkan sebagai kode), (2) menentukan sampling (3) menentukan variable dan menyusun kategori pengkodean, dan (5) menarik kesimpulan.

Philip Bell lebih detail menjelaskan proses mengkodekan isi dengan menentukan variabel (variables) dan nilai (values). Sebuah variabel isi adalah macam-macam dimensi (ukuran, jangkauan range warna, posisi dalam sebuah halaman atau dalam sebuah buletin berita). Sebuah variabel terdiri atas nilai-nilai (values) yang dapat disubstitusikan satu sama lain karena mereka mempunyai kelas yang sama.

Nilai yang didefinisikan dalam setiap variabel sebaiknya juga saling ekslusif dan mendalam. Hasil kuantitatif dan kualitatif dari Analisis Isi berupa perbandingan (comparison) dan tabulasi silang (cross tabulations) dapat digunakan untuk menguji eksplisitas/ ketegasan hipotesis komparatif, serta kualifikasi kategori-kategori dari manifestasi wujud/ isi.

Prosedur Analisis Isi yang disusun oleh beberapa pakar di atas sebenarnya menunjukkan prinsip-prinsip yang tidak terlalu berbeda satu sama lain, hanya varian yang bisa diterapkan dengan menyesuaikan objek dan lingkup penelitian. Secara umum, penulis mencoba menyimpulkan langkah-langkah umum dalam metode Analisis Isi yang akan dikembangkan dalam penelitian teks arsitektur, yaitu:

  1. Tentukan topik penelitian
  2. Tentukan objek yang akan diteliti dan dan sampel penelitiannya
  3. Tentukan hipotesis secara jelas agar dapat dibuktikan secara terukur. Hipotesis sebaiknya diturunkan dari sebuah teori yang berlaku.
  4. Tentukan unit analisisnya (variabel dan nilai yang bisa dikodekan)
  5. Analisis secara kuantitatif dan atau kualitatif tiap variabel dan nilainya.
  6. Penyimpulan, interpretasi dari data penelitian.

Demikianlah pembahasan mengenai Analisis Isi – Pengertian Menurut Para Ahli, Syarat, Tujuan, Tahapan, Jenis dan Prosedur semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua,, terima kasih banyak atas kunjungannya.