Dukungan Sosial

Diposting pada

Pengertian Dukungan Sosial

Dukungan Sosial – Pengertian, Teori, Alat Ukur Dan Faktornya – Ada beberapa definisi dukungan sosial yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Masing-masing ahli memberikan definisi yang berbeda namun pada intinya memiliki kesamaan pengertian.


Menurut Jacobson (dalam Orford, 1992) dukungan sosial adalah suatu bentuk tingkah laku yang menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa ia dihormati, dihargai, dicintai dan bahwa orang lain bersedia memberikan perhatian dan keamanan. Sedangkan menurut Cooper & Watson (1991) dukungan sosial adalah bantuan yang diperoleh individu secara terus-menerus dari individu lain, kelompok dan masyarakat luas.

Dukungan Sosial


Tidak jauh berbeda dengan pendapat Jacobson, Sarason (1990) mendefinisikan dukungan sosial sebagai keberadaan atau tersedianya seseorang yang dapat kita percaya, seseorang yang kita tahu bahwa dia mengerti, menghargai dan mencintai kita. Dalam definisi ini ditegaskan bahwa dukungan sosial merupakan ketersediaan dari lingkungan yang bearti menunjukkan seberapa dalam dukungan sosial yang didapatkan oleh seseorang tergantung pada seberapa banyak lingkungan memberikan dukungan.


Sarason (1990) lebih jauh lagi mengatakan bahwa dukungan sosial selalu mencakup 2 hal penting, yaitu persepsi bahwa ada sejumlah orang yang dapat diandalkan oleh individu pada saat ia membutuhkan bantuan dan derajat kepuasan akan dukungan yang diterima berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya terpenuhi.


Menurut Cobb & Wills (dalam Sarafino, 1998) dukungan sosial mengarah pada rasa nyaman, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diterima oleh individu dari individu lain atau kelompok. Mengetahui bahwa orang lain mencintai dan mau melakukan sesuatu yang dapat mereka lakukan untuk individu merupakan inti dari dukungan sosial.


Sedangkan menurut Sarason, dkk., (1990) dukungan sosial pada umumnya diartikan sebagai keberadaan orang lain yang dapat dipercaya, orang yang dapat membuat individu tahu bahwa orang lain peduli, berharga, dan mencintai individu yang bersangkutan.


Dari beberapa definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki pengertian sebagai suatu bentuk perilaku seseorang yang dapat menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa ia dihormati, dihargai, dicintai, dan bahwa orang lain baik individu, kelompok maupun masyarakat luas bersedia memberikan perhatian dan keamanan kepada individu yang bersangkutan.


Sumber-Sumber Dukungan Sosial

Sumber-sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya. Namun perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan sosial ini efektif bagi individu yang memerlukan. Sumber dukungan sosial merupakan aspek paling penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut, seseorang akan tahu kepada siapa individu akan mendapatkan dukungan sosial sesuai dengan situasi dan keinginannya yang spesifik, sehingga dukungan sosial memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak. Menurut Rook & Dooley (1985) ada dua sumber dukungan sosial, yaitu :


Sumber Artifisial

Dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.

Sumber Natural

Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga, teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat non-formal.


Komponen Dukungan Sosial

Weiss (dalam Cutrona dkk, 1994) membagi dukungan sosial ke dalam enam bagian yang berasal dari hubungan dengan individu lain, yaitu : guidance, reliable alliance, attachment, reassurance of worth, social integration, dan opportunity to provide nurturance. Komponen- komponen itu sendiri dikelompokkan ke dalam 2 bentuk, yaitu instrumental support dan emotional support. Berikut ini penjelasan lebih lengkap mengenai enam komponen dukungan sosial dari Weiss (dalam Cutrona, 1994):


  • Instrumental Support

  • Reliable alliance

Yang dimaksud dengan reliable alliance disini adalah pengetahuan yang dimiliki individu bahwa ia dapat mengandalkan bantuan yang nyata ketika dibutuhkan. Individu yang menerima bantuan ini akan merasa tenang karena ia menyadari ada orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya bila ia menghadapi masalah dan kesulitan.


  • Guidance

Guidance (bimbingan) adalah dukungan sosial berupa nasehat dan informasi dari sumber yang dapat dipercaya. Dukungan ini juga dapat berupa pemberian feedback (umpan balik) atas sesuatu yang telah dilakukan individu (Sarafino, 1998).


  • Emotional Support

Yang termasuk di dalamnya yaitu : reassurance of worth, attachment, social integration, dan opportunity to provide nurturance.

  • Reassurance of worth

Dukungan sosial ini berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap kemampuan dan kualitas individu (Cutrona, dkk., 1984). Dukungan ini akan membuat individu merasa dirinya diterima dan dihargai. Contoh dari dukungan ini misalnya memberikan pujian kepada individu karena telah melakukan sesuatu dengan baik.


  • Attachment

Dukungan ini berupa pengekspresian dari kasih sayang dan cinta yang diterima individu (Cutrona, dkk., 1984) yang dapat memberikan rasa aman kepada individu yang menerima. Kedekatan dan intimacy merupakan bentuk dari dukungan ini karena kedekatan dan intimacy dapat memberikan rasa aman.


  • Social Integration

Cutrona, dkk. (1984) dikatakan dukungan ini berbentuk kesamaan minat dan perhatian serta rasa memiliki dalam suatu kelompok.

  • Opportunity to provide nurturance

Dinyatakan bahwa dukungan ini berupa perasaan individu bahwa ia dibutuhkan oleh orang lain.


Baca Juga: Sosialisasi Adalah


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

Tidak semua orang mendapatkan dukungan sosial seperti yang diharapkannya. Setidaknya ada 3 faktor yang menyebabkan seseorang menerima dukungan (Sarafino, 1994) :


  • Potensi Penerima Dukungan

Tidak mungkin seseorang memperoleh dukungan sosial seperti yang diharapkannya jika dia tidak sosial, tidak pernah menolong orang lain, dan tidak membiarkan orang lain mengetahui bahwa dia sebenarnya memerlukan pertolongan. Beberapa orang tidak perlu assertive untuk meminta bantuan orang lain, atau merasa bahwa mereka seharusnya tidak tergantung dan menyusahkan orang lain.


  • Potensi Penyedia Dukungan

Seseorang yang seharusnya menjadi penyedia dukungan bisa saja tidak mempunyai sesuatu yang dibutuhkan orang lain, atau mungkin mengalami stress sehingga tidak memikirkan orang lain, atau bisa saja tidak sadar akan kebutuhan orang lain.


  • Komposisi dan Struktur Jaringan Sosial

Maksud dari jaringan sosial adalah hubungan yang dimiliki individu dengan orang-orang dalam keluarga dan lingkungannya. Hubungan ini dapat bervariasi dalam ukuran (jumlah orang yang sering berhubungan dengan individu), frekuensi hubungan (seberapa sering individu bertemu dengan orang-orang tersebut), komposisi (apakah orang-orang tersebut keluarga, teman, rekan kerja, dan sebagainya), dan kedekatan hubungan.


Fungsi dan Pengaruh Dukungan Sosial

Fungsi-Dukungan-Sosial

Dalam Sarason (1987) dikatakan bahwa individu dengan dukungan sosial yang tinggi memiliki pengalaman hidup yang lebih baik, harga diri yang lebih tinggi, serta memiliki pandangan yang lebih positif terhadap kehidupan dibandingkan individu dengan dukungan sosial yang rendah. Sebaliknya, dukungan sosial yang rendah berhubungan dengan locus of control yang eksternal, ketidakpuasan hidup dan adanya hambatan-hambatan dalam melakukan tugas-tugas dan pekerjaan sehari-hari.


House (dalam Quick & Quick, 1984) membagi fungsi dukungan sosial ke dalam 3 bagian, yaitu :

  1. Dukungan sosial dapat mempengaruhi stres kerja secara langsung dengan mengubah tuntutan atau mengubah respon terhadap tuntutan.
  2. Dukungan sosial juga dapat mempengaruhi keadaan jasmani individu dengan meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis.
  3. Dukungan sosial dapat menghalangi atau menahan efek negatif dari stres kerja terhadap kesehatan individu.

Baca Juga: Pengertian Pengendalian Sosial


Harga Diri


  • Pengertian Harga Diri

  1. Harga diri (self esteem) adalah suatu evaluasi terhadap diri sendiri, yang mana akan menentukan seberapa jauh seseorang akan menyukai dirinya (Ritandiyono dan Retnaningsih, 1996). Sedangkan menurut Atwater (1983) harga diri adalah bagaimana perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri, sejauh mana seseorang menghargai dan menilai dirinya sendiri.
  2. Menurut Coopersmith (1967), harga diri merupakan penilaian diri yang dilakukan oleh seorang individu dan biasanya berkaitan dengan dirinya sendiri, penilaian tersebut mencerminkan sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil dan berharga.
  3. Branden (1999) mengemukakan bahwa harga diri merupakan persepsi diri seseorang tentang keberhargaannya yang diperoleh dari hasil interaksi dengan lingkungan yang berwujud penghargaan, penerimaan dan perlakuan orang lain terhadap dirinya.

Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah suatu penilaian terhadap diri sendiri yang mencerminkan sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil dan berharga.


  • Dimensi Harga Diri

Menurut Branden (1999), ada dua dimensi dalam harga diri yaitu :

  • Perasaan kompetensi pribadi atau kepercayaan diri (self confidence) : rasa percaya diri dalam kemampuan seseorang untuk berpikir dan bertindak mengatasi masalah yang didasarkan pada tantangan dalam kehidupannya.
  • Perasaan nilai pribadi atau penghormatan diri (self respect) : rasa percaya diri dengan seyakin- yakinnya akan menjadi sukses dan bahagia, menjadi orang yang patut dihargai dan memiliki hak untuk mewujudkan segala kebutuhan-kebutuhan dan ingin meraih segala yang dicita-citakan dan menikmati hasil atas usahanya tersebut.

Selain Branden (1999), Felker (1974) juga menyebutkan dimensi-dimensi harga diri antara lain sebagai berikut :

  • Felling of Belonging, yaitu perasaan individu bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dan bahwa ia diterima serta dihargai oleh anggota kelompok lainnya. Individu akan memiliki nilai yang positif akan dirinya bila ia mengalami perasaan diterima atau menilai dirinya sebagai bagian dari kelompoknya. Namun individu akan memiliki nilai yang negatif tentang dirinya bila individu mengalami perasaan tidak diterima.
  • Felling of Competence, yaitu perasaan individu bahwa ia mampu mencapai tujuannya secara efisien, maka ia akan memberi penilaian yang positif pada dirinya.
  • Felling of Worth, yaitu perasaan individu bahwa dirinya berharga. Perasaan ini sering kali muncul dalam pernyataan-pernyataan yang sangat pribadi seperti pandai, cantik dan lain-lain. Orang akan mempunyai perasaan berharga akan menilai dirinya lebih positif dari pada tidak memiliki perasaan berharga.

Baca Juga: Mobilitas Sosial


  • Karakteristik Harga Diri

Nasional Assosiation For Self-Esteem (2000) membagi tingkatan harga diri individu ke dalam dua golongan yaitu tinggi dan rendah. Setiap jenis harga diri tersebut mempunyai karakteristik sendiri- sendiri pada individu, yaitu :

  • Individu dengan harga diri tinggi mempunyai ciri-ciri :
  1. Secara umum merasa puas akan dirinya dan dapat menerima keadaan dirinya.
  2. Selalu merasa baik dan dapat menghadapi keadaan. Ketika keadaan memburuk mereka akan berfikir bahwa hal tersebut tidak akan berlangsung lama. Mereka dapat menerima dan menghadapi perubahan.
  3. Mudah dan senang tersenyum. Memiliki keyakinan positif akan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sebagai suatu kesatuan.
  4. Selalu bersemangat, sehingga mereka mampu menetapkan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
  5. Ramah, menikmati bertemu dan berbaur dengan orang-orang baru.
  6. Menarik bagi orang lain, sehingga mereka mampu menjalin dan mempertahankan suatu hubungan persahabatan.
  7. Selalu menatap mata lawan bicara, sehingga menunjukkan bahwa mereka dapat dipercaya dan mampu dalam menjalin hubungan dekat atau hubungan kasih sayang.
  8. Berani mengambil resiko, merupakan seorang yang mandiri dan dapat mengurus kepentingan dirinya sendiri.
  9. Memiliki hal-hal positif, seperti memiliki tingkah laku yang baik dan prestasi yang memuaskan.
  10. Hal-hal yang tidak dapat diobservasi orang lain, diantaranya berbicara positif tentang diri sendiri, selalu berbicara jujur, bersyukur akan kehidupannya, dapat memaafkan diri sendiri dan orang lain, penuh perhatian pada orang lain dan memiliki hati nurani.

  • Individu dengan harga diri rendah mempunyai ciri-ciri :
  1. Sering memikirkan keadaan diri sendiri dan merasa tidak puas akan keadaan dirinya.
  2. Merasa tertekan dan takut dalam menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan. Biasanya mereka senang membantah dan lebih suka mengasingkan diri dari orang tua dan figure yang dianggap berkuasa.
  3. Susah untuk tersenyum karena memiliki keyakinan negatif terhadap dirinya, sehingga merasa tidak banyak yang bisa diharapkan dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.
  4. Tidak bersemangat, serta tidak memiliki keinginan dan kemampuan dalam menetapkan dan mencapai tujuan.
  5. Senang menyendiri. Lebih memilih menyendiri daripada bertemu dan berbaur dengan orang-orang baru.
  6. Mempunyai kesulitan dalam menjalin dan mempertahankan suatu hubungan persahabatan.
  7. Menghindari bertatap mata dengan orang lain. Sulit untuk percaya pada orang lain sehingga memiliki kesulitan untuk berhubungan dekat dan menjalin hubungan kasih sayang dengan orang lain.
  8. Menolak menghadapi resiko. Mereka kurang bisa mencurahkan kasih sayang dan cenderung berpura-pura dalam berhubungan dengan orang lain.
  9. Memiliki hal-hal negatif. Pada kasus yang ekstrim mereka dapat menjadi antisosial dan melakukan tindak kekerasan.
  10. Hal-hal yang tidak dapat diobservasi orang lain, diantaranya sering berbicara negatif tentang diri sendiri, tidak berbicara jujur, tidak bisa memaafkan kesalahan diri sendiri dan orang lain, dan kurang memiliki rasa empati terhadap orang lain.

Adapun karakteristik dua kelompok tersebut adalah :


  • Harga diri tinggi memiliki kecenderungan karakteristik :
  1. Menghormati diri sendiri.
  2. Menganggap diri berharga.
  3. Tidak menganggap dirinya sempurna atau lebih baik dari orang lain tetapi juga tidak lebih buruk.

  • Harga diri rendah memiliki kecenderungan karakteristik :
  1. Menolak dirinya secara verbal dan aktif.
  2. Tidak puas dengan dirinya.
  3. Tidak menyukai gambaran dirinya dalam bentuk hubungan dengan orang lain.
  4. Tidak menyukai gambaran dirinya dan menginginkan yang berbeda namun tidak yakin akan mampu mengubahnya.

Baca Juga: Norma Kesopanan


Karakteristik-karakteristik di atas menjelaskan perbedaan antara harga diri rendah dengan harga diri yang dimiliki seseorang. Dengan adanya perbedaan tersebut maka mahasiswa yang memiliki harga diri tinggi akan merasa dirinya adalah orang yang berharga, puas akan dirinya sendiri, dapat menerima kritik, tahu akan keterbatasan dirinya, rendah hati, aktif, mandiri, dan berani mengambil resiko. Sedangkan mahasiswa yang memiliki harga diri rendah akan menganggap dirinya tidak berharga, mudah tersinggung, tidak yakin akan kemampuan dirinya sendiri, tidak bersemangat, merasa diasingkan dan mudah menyerah.


Faktor-faktor yang Menurunkan dan Meningkatkan Harga Diri

Menurut Coopersmith, (1967) ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri antara lain :


  • Penerimaan atau Penghargaan Terhadap Diri (Self Derogtrion)

Indvidu yang berharga akan memiliki penilaian yang lebih baik atau positif terhadap dirinya, sebaliknya individu yang merasa dirinya tidak berharga akan memiliki penilaian atau harga diri yang negatif.


  • Kepemimpinan atau Popularitas (Leadership/Popularity)

Penilaian atau keberatian diri diperoleh seseorang pada saat seseorang harus berperilaku sesuai dengan tuntutan sosialnya menandakan kemampuan untuk membedakan dirinya dengan orang lain atau lingkungan tersebut. Dalam situasi ini seseorang akan menerima dirinya serta membuktikan seberapa besar pengaruh dirinya atau popularitas diantara teman-teman sebayanya.


Baca Juga: Pengertian, Macam – Macam Dan Cara Penanggulangan Disintegrasi Sosial


  • Keluarga – Orang Tua (Family–Parents)

Keluarga atau orang tua merupakan porposi terbesar yang mempengaruhi pembentukkan harga diri. Hal ini disebabkan orang tua dan keluarga merupakan model pertama dalam proses imitasi, dimana anak akan memberikan penilaian terhadap dirinya sebagaimana orang tua menilai dirinya yang berlangsung dalam jangka waktu yang relatif cukup lama.


  • Asertivitas – Kecemasan (Assertiveness–Anxiety)

Seseorang cenderung terbuka dalam menerima keyakinan (belief), nilai-nilai (Values), sikap (attitude), dan aspek moral dari seseorang maupun lingkungan tempat dimana seseorang berada jika dirinya diterima dan dihargai. Sebaliknya seseorang cenderung mengalami kecemasan bila dirinya ditolak (rejection) oleh lingkungannya.

Dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan harga diri seseorang terdiri dari penerimaan dan penghargaan terhadap diri (self derogation), kepemimpinan dan popularitas (leadership/popularity), keluarga-orang tua (Family- parents), dan asertivitas-kecemasan (assertiveness- anxiety).


  • Manfaat Harga Diri yang Tinggi

Khera (2002) menyebutkan beberapa manfaat dari harga diri yang tinggi yaitu :

  1. Membentuk pendirian yang kuat
  2. Membangkitkan kemauan untuk menerima tanggung jawab
  3. Membentuk sikap optimistik
  4. Meningkatkan hubungan dan hidup lebih berarti
  5. Membuat seseorang lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan mengembangkan sikap saling mengasihi
  6. Memotivasi diri dan berambisi
  7. Membuat seseorang bersikap terbuka terhadap peluang dan tantangan baru
  8. Memperbaiki kinerja dan meningkatkan kemampuan mengambil resiko
  9. Membantu seseorang dalam memberi dan menerima kritik dan penghargaan dengan bijaksana dan mudah.

Manfaat harga diri yang tinggi akan membantu dan berguna bagi diri seseorang untuk membentuk sikap yang optimis, rasa percaya diri dan membangkitkan kemauan untuk menerima tanggung jawab yang diberikan serta mampu untuk menerima kritik dengan bijaksana.


Baca Juga: Pengertian Konflik Menurut Para Ahli


Remaja

  • Pengertian Remaja

Istilah remaja atau Adolesence berasal dari kata Latin, Adolescence (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Rice, 1996).

Santrock (1996) mendefinisikan remaja sebagai tahap perkembangan dari transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa; secara biologis, kognitif, dan perubahan sosioemosional.

Sedangkan menurut Hurlock (1996) mendefinisikan remaja sebagai suatu tahap transisi ketika individu berubah secara fisik dan psikologis dari anak-anak menjadi dewasa.

Dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan suatu tahapan perkembangan dimana terjadi transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa; yang meliputi aspek fisiologis (perubahan biologis) dan psikologis (kognitif dan sosioemosional).


  • Rentangan Usia Masa Remaja

Santrock (1996) mengemukakan pada umumnya masa remaja berawal pada usia 12 sampai 16 tahun dan berakhir pada usia 17 sampai 22 tahun. Masa remaja dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

  1. Masa remaja awal (12-16 tahun) yang terjadi pada masa sekolah lanjutan tingkat pertama dan meliputi sebagian besar perubahan pubertas.
  2. Masa remaja akhir (17-21 tahun/wanita & 18-22 tahun/laki-laki) yang meliputi bagian akhir dari masa remaja dimana terjadi pemilihan karir, masa pacaran, dan pencarian identitas diri.
    Selain Santrock (1996), Monks (2002) juga mengemukakan bahwa pada masa remaja (usia 12 tahun hingga sampai 21 tahun) terdapat beberapa fase; fase remaja awal (usia 12 tahun hingga 15 tahun), remaja pertengahan (usia 15 tahun hingga 18 tahun), masa remaja akhir (usia 18 hingga 21 tahun).

Baca Juga: Etos Kerja adalah


  • Tugas-tugas Perkembangan dalam Masa Remaja

Hurlock (1996) menjabarkan beberapa tugas perkembangan yang dilewati remaja. Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penaggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak- kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Dibawah ini merupakan tugas-tugas perkembangan yang akan dijabarkan oleh Hurlock sebagai berikut:


  1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
  2. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
  3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
  4. Mengharapkan dan mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang orang dewasa lainnya.
  5. Mempersiapkan karier ekonomi.
  6. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
  7. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

  • Ciri-ciri Khas Remaja Pria dan Wanita

Hurlock (1996) mengemukakan perbedaan dari beberapa ciri yang mendasar pada pria dan wanita,

yakni:

  1. Ciri-ciri Pria: Melindungi, rasional, berani, agresif, tegas, kasar, terbuka, ingin menguasai, kuat, maskulin, ingin menjadi pemimpin, sportif, mudah tertarik pada lawan jenis, pendiam, aktif, solider, pantang putus asa, keras kepala dan pemarah.
  2. Ciri-ciri Wanita: Peka, lembut, cerewet, emosional, manja, keibuan, senang berdandan, penyabar, pemalu, mudah tersinggung, teliti, suka membicarakan orang lain, rajin, tekun, cengeng, jujur, materialistic, setia, tertutup, dan penuh pengertian.

Baca Juga: Pengertian, Jenis Dan Unsur Diskusi Untuk Pemahaman Bersama


  • Hubungan antara Dukungan Sosial Dengan Harga Diri Pada Remaja Penderita Penyakit Lupus.

Seorang remaja yang telah didiagnosa terkena penyakit lupus, tentulah akan merasa sangat sedih, karena remaja tersebut harus hidup dalam kondisi itu sampai akhir hayatnya. Hal ini sangat merugikan dan membahayakan karena penyakit lupus merupakan penyakit yang berpotensi dalam menyebabkan komplikasi pada berbagai organ tubuh manusia (seperti : ginjal, hati, lambung, dan lain sebagainya) dan juga dapat menyebabkan kematian.


Konsekuensi fisik dari gangguan kronis ini, misalnya seperti tubuh penderita yang nampak terlihat kurus dengan wajah yang nampak aneh saat dilihat oleh lingkungan, serta tidak dapat berinteraksi secara langsung dengan kepekaan sinar matahari, akan menempatkan batasan-batasan terhadap kehidupan remaja penderita penyakit lupus. Seringkali penderita lupus merasa terbatasi aktifitas sehari-harinya, dikarenakan kondisi tubuhnya yang sewaktu-waktu bisa saja menurun.


Lingkungan kurang memahami atau bahkan tidak mau perduli akan apa yang tengah dirasakan oleh remaja penderita penyakit lupus. Cibiran, pergunjingan, serta pengasingan dari lingkungan-lingkungan yang tidak mengenal betul akan penyakit lupus ini, ternyata dapat membawa dampak psikis penderita jadi merasa sangat terbebani, merasa malu, tertutup dengan orang lain dan merasa rendah diri apabila berinteraksi dengan lingkungan, dengan kata lain penderita akan sering merasa bahwa dirinya stress menghadapi atau menjalani keseharian hidup dengan kondisi penyakit yang dideritanya.


Baca Juga: Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan Makhluk Sosial


Remaja odapus yang mudah stres akan merasa harga dirinya rendah, tidak mampu berbuat apa- apa, merasa dirinya tidak mempunyai harapan untuk sembuh, merasa diri tidak berguna, dan merasa segala sesuatu yang dilakukannya sia-sia. Tentu saja hal ini akan berdampak buruk bagi kesehatannya. Odapus sangat membutuhkan dukungan sosial yang tinggi dari lingkungan dimana odapus berada agar dapat mengelola segala permasalahannya dengan baik, dan mampu memberi semangat untuk sembuh serta membangun rasa percaya diri yang baik untuk tetap memiliki harga diri yang tinggi. Berfikiran positif dan mau bersikap terbuka dengan lingkungan adalah hal yang sangat penting bagi remaja odapus karena akan membawa dampak positif pula pada kesehatannya (dalam Savitri, 2004).


Thoits (dalam Emmons & Colby, 1995) menyatakan bahwa dukungan sosial secara umum mengacu pada bantuan yang diberikan pada seseorang oleh orang-orang yang berarti baginya, seperti keluarga dan teman-teman. Dukungan sosial itu sendiri menurut Sarafino (1990) adalah adanya orang- orang yang memperhatikan, menghargai, dan mencintai. Dukungan sosial merupakan hal yang penting dalam bagaimana cara individu mengatasi masalah yang dihadapi. Dukungan sosial dapat diperoleh dari pasangan hidup (suami, istri, anak) orang tua, saudara, tetangga, atasan, bawahan, atau pun teman sejawat. Dukungan sosial dan cara pengatasan masalah merupakan mediator dalam penyakit-penyakit yang kronik seperti halnya penyakit Lupus.


Dukungan sosial yang tinggi akan mempercepat penyelesaian masalah yang dihadapi individu termasuk penyakit yang dideritanya (Sarafino, 1990). Hal yang senada juga dikemukakan oleh Moss (dalam Sarafino, 1998), bahwa orang-orang yang menderita penyakit kronik dapat beradaptasi secara lebih baik dengan kondisi kroniknya itu jika mereka memiliki anggota keluarga yang secara aktif berpartisipasi dalam menjalankan aturan penyembuhan ( treatment regimens ), mendorong mereka untuk menjadi mandiri (self-sufficient), serta menanggapi kebutuhan mereka dengan cara yang baik dan seksama.


Dukungan sosial itu adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Seperti halnya yang dikatakan oleh Cobb (dalam Kuntjoro, 2002) bahwa dukungan sosial sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan/menolong orang dengan sikap menerima kondisinya. Dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok. Weiss (dalam Khera 2002), mengatakan bahwa fungsi dari dukungan sosial juga sangat berpengaruh untuk meningkatkan harga diri individu. Dukungan yang diterima oleh individu sangat tergantung dari atau oleh siapa yang memberikan dukungan sosial itu.


Baca Juga: Pengertian, Syarat Dan Faktor Terbentuknya Interaksi Sosial Masyarakat


Wortman & Conway (dalam Sarafino, 1998) mengemukakan bahwa persepsi individu terhadap dukungan yang diterimanya, apakah positif/negatif, sangat tergantung pada siapa yang memberikan dukungan, misalnya jika penderita memiliki hubungan yang baik dengan orang lain, maka ketika penderita menerima dukungan dari orang tersebut hal itu maka lebih bermanfaat sehingga memberikan pengaruh positif bagi penderita. Demikian sebaliknya jika penderita memiliki hubungan yang kurang baik / tidak baik dengan orang lain, maka ketika penderita menerima bantuan dukungan dari orang tersebut maka pengaruhnya tidak bermanfaat/malah justru memberikan pengaruh negatif bagi penderita.


Dukungan sosial yang diterima oleh penderita Lupus sama seperti halnya pada umumnya, dapat berupa beberapa bentuk dukungan antara lain : dukungan emosional, dukungan instrumental/materi, dukungan penghargaan, dukungan informasi dan integritas sosial. Dengan adanya dukungan yang didapatkan oleh individu, maka individu akan dapat meningkatkan rasa percaya dirinya dan memotivasi penderita menjadi lebih baik, karena individu yang memiliki dukungan sosial yang tinggi cenderung lebih menghayati pengalaman hidupnya yang positif, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan lebih memandang kehidupannya secara optimis dibandingkan dengan individu yang memiliki dukungan sosial yang rendah.


Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri pada remaja penderita penyakit lupus. Apabila remaja yang menderita penyakit Lupus memperoleh dukungan sosial yang tinggi dari orang lain atau keluarga maka semakin tinggi pula harga diri yang dialaminya. Sebaliknya jika penderita Lupus menerima sedikit dukungan sosial maka akan rendah pula harga diri yang dialaminya.


Baca Juga: Pengertian Dan Macam-Macam Bentuk Pengendalian Sosial


Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat ditarik hipotesis bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri pada remaja penderita penyakit lupus. Semakin tinggi skor dukungan sosial maka akan semakin tinggi pula harga diri pada remaja penderita penyakit lupus, dan sebaliknya semakin rendah skor dukungan sosial maka akan semakin rendah pula harga diri pada remaja penderita penyakit lupus.


Demikianlah pembahasan mengenai Dukungan Sosial – Pengertian, Teori, Alat Ukur Dan Faktornya semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua,,, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂