Pengertian Sungai

Diposting pada

Indonesia  adalah negara yang sangat kaya akan keberadaan sungai. Terdapat ribuan sungai yang tersebar di seluruh Indonesia. Tetapi saat ini sungai-sungai di Indonesia tidak dimanfaatkan dengan baik, bahkan banyak masyarakat yang merusakknya dengan membuang sampah sembarangan dan mengakibatkan bencana banjir.Kekayaan yang alam yang sangat besar ini harus dimanfaatkan secara tepat.

Gambar-Sungai

Dengan memahami karakteristik dari masing-masing sungai maka pemanfaatan sungai akan semakin baik, misalnya: pembangunan waduk, pembangunan pembangkit listrik tenaga air, dan lain sebagainya. Karakteristik setiap sungai seperti pola aliran sungai, bentuk aliran sungai, kerapatan sungai harus dipahami khusunya bagi seorang geologist. Tentu saja cara pembentukan dan sifat-sifat dan ciri umum dari masing- masing sungai sehingga pemanfaatannya optimal.


Pengertian Sungai

Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya didaratan menuju dan bermuara di laut, danau atau sungai lain yang lebih besar Aliran sungai merupakan aliran yang bersumber dari 3 jenis limpasan, yaitu limpasan yang berasal dari hujan, limpasan dari anak anak sungai, dan limpasan dari air tanah.


Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.


Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Pengujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.


Karakteristik Sungai

Karakteristik sungai memberikan gambaran atas profil sungai, pola aliran sungai dan genetis sungai, yang secara rinci diuraikan sebagai berikut:


  1. Profil sungai

Berdasarkan perkembangan profil sungai (Lobeck, 1939; Pannekoek, 1957 dan Sandy, 1985), dalam proses pengembangnnya mengalami tiga taraf yaitu: Periode muda, terdapat di daerah hulu sungai, yang mempunyai ketinggian relief yang cukup besar. Ciri spesifiknya terdapatnya sayatan sungai yang dalam, disebabkan oleh penorehan air yang kuat dari air yang mengalir cepat dan daya angku yang besar. Erosi tegak sering dijumpai, sehingga lebah curam berbentuk huruf (V) sering juga ditemukan. Contoh yang jelas di hulu Sungai Cipeles sekitar Cadas Pangeran.


Periode dewasa, dijumpai di bagian tengah sungai, yang dicirikan dengan pengurangan kecepatan aliran air, karena ketinggian relief yang berkurang. Daya angkut berkurang, dan mulai timbul pengendapan di beberapa tempat yang relatif datar. Keseimbangan antara kikisan dan pengendapat mulai tampak, sehingga di beberapa tempat mulai terjadi akumulasi material, arus akan berbelok-belok, karena endapan yang mengeras, dan di tempat endapan inilah yang sering terjadi meander.


Periode tua, di daerah hilir dengan ketinggian rendah, yang dicirikan tidak terjadi erosi tegak, dan daya angkut semakin berkurang, sehingga merupakan pusat-pusat pengendapan. Tekanan air laut di bagian muara sungai sering menyebabkan delta.


  1. Pola Aliran

Cotton (1949), menyatakan bahwa letak, bentuk dan arah aliran sungai, dipengaruhi ntara lain oleh lereng dan ketinggian, perbedaan erosi, struktur jenis batuan, patahan dan ipatan, merupakan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan bentuk genetik dan pola ungai. ola sungai adalah kumpulan dari sungai yang mempunyai bentuk yang sama, yang apat menggambarkan keadaan profil dan genetik sungainya (Lobeck, 1939; Katili (1950), an Sandy, 1985). Lebih jauh dikemukakan bahwa ada empat pola aliran sungai yaitu:

  • Pola denditrik, bentuknya menyerupai garis-garis pada penampang daun, terdapat di truktur batuan beku, pada pengunungan dewasa.
  •  Pola retangular, umumnya terdapat di struktur batuan beku, biasanya lurus mengikuti truktur patahan, dimana sungainya saling tegak lurus
  • Pola trellis, pola ini berbentuk kuat mengikuti lipatan batuan sedimen. Pada pola ini erpadapt perpaduan sungai konsekwen dan subsekwen.
  • Pola radial, pola ini berbentuk mengikuti suatu bentukan muka bumi yang cembung, yang merupakan asal mula sungai konsekwen. Pola radial dibagi dua yaitu :
  • Sentri pugal adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini terdapat didaerah gunung yang berbentuk kerucut
  • Sentri petal adalah pola aliran yang mengumpul menuju pusat. Pola ini terdapat didaerah basin (cekungan)
  • Pola anular adalah pola aliran sungai yang membentuk sungai
  • Pola pinate adalah pola aliran dengan muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip

  1. Genetik Sungai

Menurut Lobeck (1939), klasifikasi genetik sungai dibedakan menjadi empat yaitu:

  • Sungai konsekwen, yaitu sungai yang bagian tubuhnya mengalir mengikuti kemiringan lapisan batuan yang dilaluinya. Atau sungai yang alirannya searah dengan lereng. Contoh S. Cipanas, Sungai Cacaban.
  • Sungai Subsekwen, yaitu sungai yang mengalir pada lapisan batuan yang lunak, dan biasanya merupakan sungai yang tegak lurus terhadap sungai konsekwen.
  • Sungai Obsekwen, adalah sungai yang mengalir berlawanan dengan kemiringan lapisan batuan, atau sungai yang mengalir dan berlawanan dengan sungai konsekwen.
  • Sungai antiseden, sungai yang mengalir melalui patahan, dengan adanya teras,
  • Sungai inkonsekuen,  sungai yang arah alirannya tidak teratur.
  • Sungai resekuen, yaitu anak sungai subsekuen yang arah alirannya sejajar dengan sungai konsekuen.

  1.  Tata Nama Sungai

Sandy (1985), membedakan nama bagian sungai menjadi empat yaitu :

  •  induk sungai, yang merupakan tumbuh sungai terpajang dan lebar mulai dari hulu sungai sampai ke hilir sungai
  • anak sungai adalah cabang-cabang sungai yang menyatu dengan induk sungai,
  • alur anak cabang sungai, adalah cabang-cabang sungai yang menyatu dengan anak sungai, dan
  • alur mati (creek), adalah alur-alur di bagian teratas yang kadang kala berair apabila hujan, dan pada waktu tidak ada hujan maka akan kering.

Klasifikasi Sungai

Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi sungai, terdiri atas:


1. Berdasarkan Pola Aliran

Klasifikasi-Sungai-Berdasarkan-Pola-Aliran

  1. Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur, umunya pada batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih mudah dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.
  2. Rectangular : Aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan antara alirannya membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan.Sungai-sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan batuannya lunak.Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan).Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.
  3. Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut. Berkembang di lereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.
  4. Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen terlipat atau terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan resisten. Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar.Pola aliran dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin.
  5. Deranged : pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan sungai pendek yang arahnya tidak menentu, payau dan pada daerah basah mencirikan daerah glacial bagian bawah.
  6. Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik. Berkembang pada vulkan atau dome.
  7. Radial Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah. Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.
  8. Pola aliran sentripetal: merupakan pola aliran yang berlawanan dengan pola radial, di mana aliran sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan (depresi).Pola aliran sentripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian barat dan barat laut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir ke suatu cekungan, di mana pada musim basah cekungan menjadi danau dan mengering ketika musin kering.Dataran garam terbentuk ketika air danau mengering.
  9. Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling antara lunak dan keras.Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali bersatu.Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.
  10. Pinnate : Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada bukit yang lerengnya terjal
  11. Memusat/Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama, melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada topografi karst.

2. Berdasarkan Jumlah Air

Klasifikasi-Sungai-Berdasarkan-Jumlah-Air

  • Sungai permanen – yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito, dan Mahakam di Kalimantan, Sungai Musi dan Sungai Indragiri di Sumatra.
  • Sungai periodik – yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya sedikit. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di Pulau Jawa, misalnya Bengawan Solo dan Sungai Opak di Jawa Tengah, Sungai Progo dan Sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Sungai Brantas di Jawa Timur.
  • Sungai intermittent atau sungai episodik – yaitu sungai yang mengalirkan airnya pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau airnya kering. Contoh sungai jenis ini adalah Sungai Kalada di Pulau Sumba dan Sungai Batanghari di Sumatra.
  • Sungai ephemeral – yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya, sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

3. Berdasarkan Aliran Sungai

Klasifikasi-Sungai-Berdasarkan-Aliran-Sungai

Berdasarkan arah alirannya, sungai dibedakan menjadi 5 macam yaitu konsekuen, subsekuen, resekuen, obsekuen, dan anteseden. Berikut ini adalah penjelasan tentang  kelima arah aliran sungai.


  • Sungai Konsekuen

Sungai konsekuen adalah sungai yang mengalirnya sesuai dengan kemiringan batuan yang dilaluinya.Sungai jenis ini banyak terdapat di daerah gunung merapi berumur muda atau stadium awal.

Contoh : Sungai Progo di Jawa Tengah ketika menuruni lereng gunung merapi.


  • Sungai Subsekuen

Sungai subsekuen adalah sungai yang alirannya tegak lurus pada sungai konsekuen dan bermuara pada sungai konsekuen.

Contoh : Sungai Opak di Yogyakarta.


  • Sungai Obsekuen

Sungai obsekuen Adalah sungai yang mengalirnya berlawanan dengan arah kemiringan lapisan batuan daerah tersebut dan merupakan anak sungai subsekuen.


  • Sungai Resekuen

Sungai Resekuen adalah anak sungai subsekuen.Arah aliran sungai resekuen ini searah dengan sungi konsekuen.


  • Sungai Insekuen

Sungai insekuen adalah sungai yang alirannya teratur dan tidak terikat dengan lapisan batuan yang dilaluinya.


4. Berdasarkan Sumber Air

Klasifikasi-Sungai-Berdasarkan-Sumber-Air

Suatu sistem sungai pasti memiliki sumber air yang bermacam-macam. Sumber air yang dimaksud adalah darimana air yang terkalkulasi di sungai itu berasal.  Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.


  1. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Air hujan yang turun pada suatu system DAS akan terakumulasi dan mengalir pada sungai yang bersangkutan. Sungai jenis ini sebagian besar  terdapat di daerah tropis dan wilayah di sekitar lintang nol derajat dengan ketinggian di bawah 4000 mdpl.  Contohnya adalah sungai-sungai di Kalimantan, Jawa, Sumatra.
  2. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Sungai jenis ini banyak terdapat di wilayah lintang tingi dan di wilayah pegunungan yang memiliki ketinggian lebih dari 4000 mdpl.Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich) bisa dikatakan tidak ada, akan tetapi pada bagian hulu sungai Gangga di India di Pegunungan Himalaya dan hulu sungai Phein di Jerman di Pegunungan Alpen dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
  3. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es atau gletser, dari hujan, dan dari sumber mata air. Sungai ini bayak terdapat di wilayah tropis yang memiliki ketinggian lebih dari 4000 mdpl Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua Irian Jaya.

5. Berdasarkan Struktur Geologinya

Klasifikasi-Sungai-Berdasarkan-Struktur-Geologinya

Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu:

  • Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walau pun ada struktur geologi (batuan) yang melintang.Hal ini terjadi karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
  • Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.

Manajemen Sungai

Sungai sering dikendalikan atau dikontrol agar lebih bermanfaat atau mengurangi dampak negatif pada aktivitas manusia.

  1. Bendung dan Bendungan dibangun untuk mengontrol aliran, menyimpan air atau menghasilkan energi.
  2. Tanggul dibuat untuk mencegah sungai mengalir di luar dataran banjir.
  3. Kanal dibuat untuk menghubungkan sungai untuk mentransfer air dan navigasi
  4. Badan air dapat dimodifikasi untuk meningkatkan navigasi, atau diluruskan untuk meningkatkan aliran rata-rata.

Pengelolaan sungai adalah kegiatan yang terus menerus, karena sungai cenderung untuk mereproduksi modifikasi buatan manusia. Saluran dikeruk akan kembali dangkal, mekanisme pintu air akan memburuk dengan berjalannya waktu, tanggul dan bendungan sangat mungkin untuk memiliki rembesan menghancurkan atau kegagalan sebagai hasilnya.


Laba dicari dalam manajemen sungai seringkali “impas” bila dibandingkan dengan biaya sosial dan ekonomi yang terjadi dalam mengurangi dampak buruk dari manajemen yang bersangkutan. Misalnya, di beberapa bagian dunia berkembang, sungai telah dikurung di kanal sehingga dataran banjir yang datar dan dapat bebas dikembangkan.


Banjir bisa menggenangi pola pembangunan sehingga dibutuhkan biaya tinggi, dan sering makan korban. Banyak sungai semakin dikembangkan sebagai wahana konservasi habitat, karena sungai termasuk penting bagi banyak tanaman air, ikan bermigrasi dan menetap, dan tambak, burung, dan beberapa mamalia.


Hasil Proses Sungai

Berikut ini terdaapt beberapa hasil proses sungai, terdiri atas:


1) Delta

Delta terbentuk di muara sungai, yaitu tempat pertemuan sungai dengan laut.Pada saat aliran sungai mendekati laut, arusnya melemah karena adanya pengaruh gelombang laut, sehingga material yang dibawa aliran sungai mengendap di lokasi ini dan membentuk delta.


Delta yang berkembang luas dapat menyatu dengan daratan sehingga akan menambah luas daratan. Dilihat dari bentuk fisiknya, ada beberapa bentuk delta, yaitu delta kaki burung, delta busur segitiga (kipas), dan delta kapak.


2) Kipas Aluvial

Kenampakan ini terbentuk di kaki gunung.Pada tempat ini terjadi perubahan kemiringan dari pegunungan ke dataran, sehingga energi pengangkut (air) melemah dan akhirnya material hasil erosi terendapkan. Materi yang terendapkan merupakan aluvium halus.Umumnya terbentuk di antara lembah curam dan sempit.


3) Tanggul Alam

Tanggul alam terbentuk pada waktu terjadi banjir, akibatnya material-material dari air sungai meluap di kanan kiri sungai. Ketika banjir mereda, material tersebut terendapkan di kanan kiri sungai dan lama-kelamaan semakin tinggi menyerupai tanggul.


4) Dataran Banjir

Dataran banjir merupakan dataran rendah di kanan kiri sungai yang terbentuk dari material hasil pengendapan banjir aliran sungai.Pada saat banjir datang, air meluap ke kanan kiri alur sungai.Luapan air ini membawa material sedimen yang kemudian diendapkan di kanan kiri sungai. Proses ini berlangsung lama, hingga terbentuk dataran banjir.


5) Meander

Meander adalah salah satu bentuk sungai yang khas. Sungai dengan kelokan yang terbentuk dari adanya pengendapan. Meskipun sungai ini banyak terdapat di bagian tengah suatu DAS, bahkan mendekati hilir, tetapi proses pembentukannya dimulai di bagian hulu. Volume air di bagian hulu yang kecil mengakibatkan tenaga yang terbentuk pun kecil. Oleh karenanya sungai akan mencari rute yang paling mudah, yaitu materi batuan yang tidak resistan.


Di bagian tengah, aliran air mulai melambat karena relief yang datar. Di sinilah pembentukan meander mulai nyata. Proses meander terjadi di tepi sungai baik bagian dalam maupun luar lekukan sungai. Pada bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan, di bagian lain dari tepi sungai yang alirannya lamban akan terjadi pengendapan. Meander terbentuk dari proses ini yang berlangsung secara terus-menerus.


6) Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake)

Oxbow lake terbentuk akibat proses sedimentasi yang terjadi pada lekukan sisa sungai meander. Material sedimen yang terangkut oleh aliran sungai diendapkan pada bagian luar cekungan sungai. Proses ini jika berlangsung terus-menerus dalam waktu yang lama, mengakibatkan material sedimen akan memotong alur sungai sehingga alur sungai berubah menjadi lurus. Sementara itu, cekungan alur sungai yang terpotong membentuk genangan air menjadi danau.


Struktur Sungai

Lebih jauh Forman (1983), menyebutkan bahwa bagian dari bentuk luar sungai secara rinci dapat dipelajari melalui bagian-bagian dari sungai, yang sering disebut dengan istilah struktur sungai. Struktur sungai dapat dilihat dari tepian aliran sungai (tanggul sungai), alur sungai, bantaran sungai dan tebing sungai, yang secara rinci diuraikan sebagai berikut:


  1. Alur dan Tanggul Sungai

Alur sungai (Forman & Gordon, 1983; dan Let, 1985), adalah bagian dari muka bumi yang selalu berisi air yang mengalir yang bersumber dari aliran limpasan, aliran sub surface run-off, mata air dan air bawah tanah (base flow). Lebih jauh Sandy (1985) menyatakan bahwa alur sungai dibatasi oleh bantuan keras, dan berfungsi sebagai tanggul sungai.


  1. Dasar dan Gradien sungai

Forman dan Gordon (1983), menyebutkan bahwa dasar sungai sangat bervariasi, dan sering mencerminkan batuan dasar yang keras. Jarang ditemukan bagian yang rata, kadangkala bentuknya bergelombang, landai atau dari bentuk keduanya; sering terendapkan matrial yang terbawa oleh aliran sungai (endapan lumpur). Tebal tipisnya dasar sungai sangat dipengaruhi oleh batuan dasarnya. Dasar sungai dari hulu ke hilir memperlihatkan perbedaan tinggi (elevasi), dan pada jarak tertentu atau keseluruhan sering disebut dengan istilah “gradien sungai” yang memberikan gambaran berapa presen rataan kelerengan sungai dari bagian hulu kebagian hilir. Besaran nilai gradien berpengaruh besar terhadap laju aliran air.


  1. Bantaran sungai

Forman dan Gordon (1983) menyebutkan bahwa bantaran sungai merupakan bagian dari struktur sungai yang sangat rawan. Terletak antara badan sungai dengan tanggul sungai, mulai dari tebing sungai hingga bagian yang datar. Peranan fungsinya cukup efektif sebagai penyaring (filter) nutrien, menghambat aliran permukaan dan pengendali besaran laju erosi. Bantaran sungai merupakan habitat tetumbuhan yang spesifik (vegetasi riparian), yaitu tetumbuhan yang komunitasnya tertentu mampu mengendalikan air pada saat musim penghujan dan kemarau.


  1. Tebing sungai

Bentang alam yang menghubungkan antara dasar sungai dengan tanggul sungai disebut dengan “tebing sungai”. Tebing sungai umumnya membentuk lereng atau sudut lereng, yang sangat tergantung dari bentuk medannya. Semakin terjal akan semakin besar sudut lereng yang terbentuk. Tebing sungai merupakan habitat dari komunitas vegetasi riparian, kadangkala sangat rawan longsor karena batuan dasarnya sering berbentuk cadas.


Sandy (1985), menyebutkan apabila ditelusuri secara cermat maka akan dapat diketahui hubungan antara lereng tebing dengan pola aliran sungai.


Mencermati atas Gambar-I (Profil Sungai), dapat ditelusuri bahwa struktur sungai pada hakekatnya merupakan komponen (elemen) atau bagian dari morfologi sungai, yang meliputi badan sungai, tebing sungai, bantaran sungai dan tanggul sungai. Bagian dari badan sungai dapat diketahui gradien sungainya. Permukaan bumi menunjukkan adanya relief, baik dalam sekala besar maupun kecil yang memungkinkan terjadinya aliran dari hulu ke hilir. Bentuk dan lingkungan fisik sungai secara alamiah terlihat sejak munculnya bumi keper mukaan.


Air merupakan salah satu di antara faktor-faktor penyebab terbentuknya sungai yang dipengaruhi oleh besaran curah hujan, jenis batuan, dan ketinggian tepat. Curah hujan sebagai sumber air sungai, jenis batuan dan ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap bentuk komunitas vegetasi bantaran sungai, serta berpengaruh terhadap temperatur air sungai, salinitas, dan tingkat kekeruhannya.


Mencermati atas uraian profil sungai, dimana ada tiga taraf dalam proses pengembangnnya (periode muda, dewasa dan tua), nampaknya apabila ditelusuri lebih jauh, akan memperlihatkan bentuk struktur yang berbeda antara periode yang satu dengan lainnya. Hal ini terlihat dari kenampakan seperti mengapa meader terjadi di bagian tengah atau dekat ke hilir, delta selalu berada di daerah hilir, dan gerusan dasar sungai lebih cenderung terjadi di gradien yang lebih besar presentase kelerengannya.


Demikian halnya terhadap pola aliran air yang nampaknya secara spesifik juga akan memperlihatkan struktur yang berbeda antara pola yang satu dengan lainnya. Hal ini mengingat bahwa terbentuknya pola aliran sungai sangat dipengaruhi oleh dominansi batuan pembentunya (batuan beku dan atau batuan sedimen).


Dampak Eksploitasi Sungai

Eksploitasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti “pengusahaan; pendayagunaan; pemanfaatan untuk keuntungan sendiri”; “pengisapan”; “pemerasan (tenaga manusia)”.Eksploitasi dalam bahasa Inggris (exploitation) berarti “politik pemanfaatan yang secara sewenang-wenang atau terlalu berlebihan terhadap suatu subyek, hanya untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangan rasa kepatutan, keadilan, serta kompensasi kesejahteraan.” Eksploitasi berlebihan terjadi ketika sumber daya yang dikonsumsi telah berada pada tingkat yang tidak berkelanjutan.


Eksploitasi sungai secara berlebihan masih sering terjadi.Sebagai dampaknya, kondisi tercemarnya aliran sungai pun tidak dapat dihindari yang kemudian tentu membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia. Sesuai  dengan kenyataan  yang ada, sungai  Indonesia  semakin tercemar  oleh  berbagai  bahan pencemar. Dan umumnya, bahan  pencemaran  tersebut dapat  masuk ke sungai disebabkan  oleh  perilaku manusia.


Mungkin kita pernah melihat kondisi sungai yang kotor, sampah bertebaran, bau,dan lain sebagainya. Tapi, apa kita tau siapa-siapa saja penyebab dari kondisi sungai yang miris itu? Sebelum membahas lebih dalam, kita perlu memahami apa pengertian pencemaran sungai sehingga kita dapat memahami dengan benar tentang keberadaan dan kondisi sungai kita saat ini.


Secara sederhana, pencemaran sungai diartikan sebagai kondisi dimana air pada sungai terkontaminasi limbah industri, limbah peternakan, limbah penduduk, bahan kimia serta unsur hara yang bisa menimbulkan gangguan klinis bagi manusia.  Pencemaran sungai ini dikelompokkan ke dalam 4 bagian, yaitu pencemaran organik, pencemaran anorganik, pemcemaran radioaktif dan pencemaran asam/basa.


Dulu, sungai memang dianggap sebagai sarana pembuangan sehingga mindset itu membuat sungai dijadikan tempat pembuangan limbah organik maupun anorganik oleh manusia.Bahkan seiring dengan meningkatnya sektor industri, kini sungai pun harus rela diakrabi limbah berbahan kimia yang tentu bisa merusak ekosistem sungai itu sendiri.


Lalu bagaimana cara kita menangani mindset yang harus dihancurkan ini? Mulailah dengan menuntut diri untuk sadar akan keharusan menjaga dan merawat sungai dengan mindset sungai-sungai ini adalah milik kita bersama agar kita dapat memanfaatkan kembali aliran sungai tersebut untuk mensejahterakan kehidupan kita secara luas baik untuk sekarang maupun di masa mendatang.


Dari segi bentuk, terdapat dua jenis muatan atau bahan yang menyebabkan pencemaran: Benda padat, berupa sampah-sampah padat dari kertas, plastik, dan material lainnya. Cairan, yang akan langsung bersatu dengan aliran air yang dicemari.


Sedangkan dari tempat asalnya, limbah penyebab pencemaran air dibagi menjadi berbagai macam, antara lain:

  • Limbah rumah tangga. Limbah sampah (baik padat maupun cair) seperti: bungkus makanan, air sabun, air bekas cucian yang mengandung zat kimia, dan sebagainya.
  • Limbah industri. Limbah pencemar yang berasal dari aktivitas industri. Sebagaimana kita ketahui, negara ini dipenuhi dengan ratusan ribu industri penghasil limbah. Pabrik-pabrik yang beroperasi di banyak tempat seringkali tidak memperhatikan kesehatan lingkungan di sekitarnya. Sisa produksi yang bermuatan zat kimia adalah pencemar air sungai nomor satu, di samping limbah padat lainnya yang jenisnya sangat beragam.
  • Limbah pertanian. Penggunaan bahan kimia dalam kegiatan pertanian adalah sumber utama yang bisa mencemari perairan meskipun tidak separah apa yang dihasilkan oleh limbah industri.

Selain ketiga penghasil utama limbah pencemar air di atas, masih ada satu lagi sumber limbah yang ada hanya di sejumlah daerah, yaitu berasal dari aktivitas pertambangan. Air yang tercemar tentu membawa dampak pada kerugian bagi makhluk hidup, mengingat kedudukan air sebagai salah satu elemen terpenting dari kehidupan.Berikut adalah sebagian dampak pencemaran sungai bagi kehidupan sehari-hari.

  1. Tumbuhnya mikroorganisme berbahaya yang berasal dari pembusukan sampah. Bila sampai masuk ke dalam tubuh, mikroorganisme ini akan menimbulkan bahaya, yaitu penyakit.
  2. Air yang beracun, sehingga berbahaya bila dikonsumsi untuk di daur ulang. Racun ini bisa berasal dari limbah kimiawi dari rumah tangga, industri, pestisida dari kegiatan pertanian, dll.
  3. Kesulitan untuk memperoleh air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
  4. Terganggunya keseimbangan ekosistem di dalam air yang bisa berdampak bagi kehidupan manusia, contoh: berkurangnya populasi ikan di sungai atau laut.

Di samping itu akibat pencemaran sungai dari estetika lingkungan bisa diamati secara kasat mata.Sungai yang sakit tentu terlihat “merana” dan tidak enak dipandang.Padahal salah satu fungsi sungai adalah sebagai sarana rekreasi manusia. Selain mata, indera penciuman juga akan merasakan dampak dari sungai yang tercemar, karena yang kita tau, sampah yang menumpuk terlalu lama akan mengeluarkan aroma kurang sedap.


Daftar Pustaka:

  • Hudda, Sonakshi. 1998.River Pollution:Causes, Actionsand Revival, New Delhi Janhit Foundation

Demikianlah pembahasan mengenai 8 Macam-Macam Pola Aliran Sungai dan Keterangannya Serta Bentuk semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua, terima kasih banyak atas kunjungannya.


Baca Selengkapnya Juga :