Moral adalah

Diposting pada

Moral adalah – 16 Pengertian Moral Menurut Para Ahli, Fungsi, Tujuan & Tahap – Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai Moral yang dimana dalam hal ini meliputi pengertian menurut para ahli, fungsi, tujuan dan tahap, nah agar lebih dapat memahami dan dimengerti simak ulasan selengkapnya dibawah ini.

Moral adalah

Pengertian Moral

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang buruk.


Moral juga bisa disebut dengan tindakan yang bernilai positif di mata manusia lain. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata orang lain. Sehingga moral mutlak yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.


Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral merupakan perbuatan, tingkah laku, ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia lain, apabila yang dilakukan seseorang itu sudah sesuai dengan nilai dan rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan di lingkungan masyarakatnya, maka orang tersebut dapat di nilai mempunyai moral yang baik. Begitu pula sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama.


Pada umumnya setiap orang tua mengharapkan anak-anaknya tumbuh menjadi seseorang yang memiliki moralitas yang kuat dalam berhubungan dengan orang lain. Karena moral yang baik dapat lebih dihargai oleh orang lain. Moral dan etika memiliki karakteristik yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia yang baik dan yang buruk.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : Pengertian Pancasila Menurut Para Ahli


Perbedaan etika dan moral adalah kalau etika dapat dikatakan untuk menentukan nilai perbuatan manusia yang baik atau buruk menggunakan tolak ukur dengan norma-norma yang tumbuh dan berkembang langsung di masyarakat, sedangkan moral muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat, dengan tolak ukur yang digunakan dalam moral adalah untuk mengukur tingkah laku manusia dengan adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.


Moral juga bisa diartikan sebagai budi pekerti. Budi pekerti adalah kata majemuk kata budi dan pekerti merupakan gabungan kata yang berasal dari bahasa sangsekerta dan bahasa Indonesia. Dalam bahasa sangsekerta budi artinya alat kesadaran (batin) dalam bahasa Indonesia pekerti berarti kelakuan. Jadi budi pekerti adalah tingkah laku manusia.


Pengertian Moral Menurut Para Ahli

Berikut ini terdapat beberapa pengertian moral menurut para ahli, terdiri atas:


  1. Menurut J. S. Poerdarminta

Moral adalah suatu bentuk ajaran yang diturunkan secara terus menerus sehingga perbuatan tersebut mecerminkan arti kebaikan dan keburukan dan berperilaku.


  1. Menurut Dewey

Moral adalah tindakan seseorang yang behubungan dengan sikap baik dan buruk.


  1. Menurut Baron

Moral adalah tindakan yang terikat sehingga ada pelarangan dan juga pendorongan kepada seseorang agar melakukan hal-hal yang sesuai dengan peraturan dan kaedah yang ada.


  1. Menurut Magnis dan Susino

Moral adalah tindakan yang mengacu pada kebaikan dan keburukan sebagai ajaran yang memiliki ikatan agama, kebudayaan, dan lain sebagainya.


  1. Menurut Zainuddin

Moral adalah suatu bentuk tradisi yang bersifat spiritual sehingga menjadi standar untuk seseorang agar berilaku yang sesuai dalam kehidupan bermasyarakat.


  1. Menurut Gunarsa

Moral adalah serangkaian atau seperangkat nilai yang dijadikan pedoman bagi setiap individu untuk berperilaku.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : Pengertian HAM Menurut Para Ahli


  1. Menurut Sonny Keraf

Moral adalah aturan yang menjadi acuan sehingga digunakan masyarakat untuk memnentukan baik atau buruk.


  1. Menurut Chaplin

Moral adalah tindakan seseorang yang sesuai dengan aturan hukum, sosial, agama, adat, dan lain sebagainya.


  1. Menurut Hurlock

Moral adalah tindakan seseorang yang mencerminatkan sopan santun, kebiasaan, nilai adat istiadat ataupun aturan perilaku yang tidak melanggar hukum.


  1. Menurut Wantah

Moral adalah tindakan yang mengikat yang harus dilakukan agar sesuai dengan kehidupan di dalam masyarakat.


  1. Menurut Imam Sukardi

Moral adalah kebaikan yang dilakukan seseorang secara sistematis sehingga dapat diadopsi oleh aksi bersama (orang lain).


  1. Menurut Wiwit Wahyuning

Ketika seseorang berbicara tentang nilai moral pada umumnya akan terdengar sebagai sikap dan perbuatan setiap inividu terhadap kehidupan orang lain.


  1. Menurut Poerwadarminta

Moral memiliki arti ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan (akhlak dan kewajiban). Selain itu, moral juga berarti kesusilaan yang terbentuk dari kata sila (Sanskerta dan mempunyai arti berbagai ragam).


  1. Menurut Komarudin Hidayat dan Puput Widjanarko

Pengetahuan tentang moral yang harus ditanamkan kepada anak anak  menurut pengetahuan dan pemahaman moral adalah prasarat bagi tindakan moral. Tidak ada seorang pun yang bertindak atas dasar prinsip moral atau aturan tanpa terlebih dulu memiliki kesadaran tentang hal itu.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : Etika Adalah


  1. Menurut Drs. Eb. Subakti, Ma

Perkembangan moral sangat penting diperhatikan karena sisi moral akan menuntun dan mengendalikan semua tindak tanduk anak agar tetap brejalan dalam koridor yang patut


  1. Menurut Hanani Silfia

Moral sebagai proses civilization yang berlangsung secara terencana dan gradualistik. dengan kata lain proses pendidikan tidak berlangsung begitu saja, tetapi terdapat penetasan sistem atau perangkat untuk mengoprasionalkan secara holistik dan integral, karena pendidikan terkait dengan perubahan mental dan moral manusia.


Fungsi dan Tujuan Moral

Berikut ini terdapat beberapa fungsi dan tujuan moral, terdiri atas:


  • Menjamin tegaknya harkat dan martabat pribadi seseorang dan kemanusiaan.
  • Menjamin kebahagiaan jasmani dan rohani manusia karena penunaian fungsi moral tidak menimbulkan konflik-konflik batin, rasa menyesal, perasaan berdosa atau kekecewaan.
  • Menjamin keharmonisan antar hubungan sosial pribadi, karena moral memberikan landasan kepercayaan kepada sesama, percaya atas itikad baik dan kebaikan setiap orang karena moralitasnya yang luhur.
  • Fungsi moral lebih-lebih memberikan motivasi kebaikan dan kebajikan dalam tiap sikap dan tindakan manusia, manusia berbuat kebaikan dan kebajikan didasarkan atas kesadaran kewajiban yang dilandasi moral.
  • Moral memberikan wawasan masa depan baik konsekuensi dan sanksi sosial dalam kehidupan di dunia yang selalu mempertimbangkan sebelum bertindak juga lebih-lebih konsekuensi dan tanggung jawab terhadap Tuhan dalam kehidupan di akhirat.
  • Moral memberikan landasan kesabaran, untuk bertahan terhadap segala dorongan naluri dan keinginan (nafsu) member daya tahan dalam menunda atau menolak dorongan-dorongan yang rendah yang mengancam harkat martabat pribadi manusia.

Jenis-Jenis Moral

Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis moral, terdiri atas:


  1. Moral ketuhanan, keagamaan atau religius. Moral berdasarkan ajaran agama yang berlaku.
  2. Moral berdasarkan filsafat dan ideologi Negara bangsa yang berinti jiwa dan semangat kebangsaan, loyal kepada cita-cita bangsa dan Negara.
  3. Moral berdasarkan etika kesusilaan yang dijunjung masyarakatnya, bangsa dan Negara secara budaya dan tradisi.
  4. Moral dan disiplin berdasarkan hukum yang berlaku dalam masyarakat dan Negara. Moral sosial termasuk dalam bagian moral ilmiah dankode etika professional misalnya: mengutip pikiran dan pendapat orang lain dengan menuliskan sumbernya secara jelas dan sah.

Tahap-Tahap Perkembangan Moral

Dalam sejumlah literatur, dijumpai macam-macam tahapan perkembangan moral. Dengan diketahuinya tentang perkembangan moral anak, diharapkan pendidik atau guru dapat memilih atau menerapkan metode sehingga anak didik memungkinkan untuk memahami dan menghayati nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat dalam Pancasila. Berikut ini, tahapan perkembangan moral menurut para ahli (Daroeso 1989:30-36):


1. Tahapan Perkembangan Moral Piaget

Menurut Piaget perkembangan moral terjadi dalam dua tahapan, yaitu “tahap realisme moral” dan “tahap moralitas atau hubungan timbal balik” (Daeroso 1989:30-32).

  • Tahap pertama “tahap realisme moral” , perilaku anak cenderung menganggap kewajiban dan nilai yang melekat padanya sebagai bagian, yang berdiri sendiri dan bebas dari pengaruh akal manusia, sebagai sesuatu yang mempengaruhi sendiri tanpa memandang keadaan, dimana individu menemukan dirinya. Mereka mengganggap orang tua dan orang dewasa yang berwenang sebagai maha kuasa dan mengikuti peraturan yang diberikan tanpa mempertanyakan kebenarannya. Dalam tahap ini, pada pertimbangan anak mengenai benar dan salah berdasarkan konsekuensinya serta bagi anak kecil semua peraturan ini sama.

  • Tahap kedua “tahap moralitas atau hubungan timbal balik”, anak menilai perilaku atas dasar tujuan yang mendasarinya. Tahap ini dimulai pada anak usia dua tahun sampai dua belas tahun. Tingkah laku benar dan salah sudah mulai dimodifikasi. Artinya anak sudah mulai mempertimbangkan keadaan tertentu yang berkaitan langsung dengan pelanggaran moral.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : Pengertian Etika/Etiket Dan Etiket/Etika Di Dalam Bekomunikasi Beserta Contohnya


2. Tahapan Perkembangan Moral Kohlberg

Dewey (Daeroso, 1989:32-36) membagi tiga tingkatan-tingkatan perkembangan moral yang didasarkan pada perkembangan kognitif. Tingkatan perkembangan moral menurut Dewey adalah sebagai berikut:


  • Tingkat prekonvensional 

Pada tahap ini tingkah laku atau perbuatan seseorang dimotivasi oleh dorongan sosial dan biologis.


  • Tingkat konvensional 

Pada tahap ini individu menerima ukuran-ukuran yang terdapatdalam kelompoknya dengan berefleksi secara kritis pada tingkat rendah.


  • Autonomi 

Pada tahap ini tingkah laku atau perbuatan dibimbing oleh pikiran atau pertimbangan individu sendiri. Apakah ukuran-ukuran yang berasal dari kelompoknya itu diterima begitu saja dari kelompok lain. Hal ini tergantung pada dirinya.


Nilai Moral Sebagai Sumber Budaya Dan Kebudayaan

Berikut ini terdapat beberapa nilai moral sebagai sumber budaya dan kebudayaan, terdiri atas:


  1. Nilai dan Sistem Budaya

Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik secara pribadi atau individu maupun kelompok, seantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, moral, dan norma. Nilai-nilai, norma, dan moral tersebut berfungsi memberi motivasi dan arahan bagi seluruh anggota masyarakat dalam bersikap, berbuat, dan bertingkah laku. Nilai atau value berasal dari kata valere yang berarti : kuat, baik, berharga (Bambang Daroeso, 1983,26).

Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : “Etika Bisnis” Pengertian & ( Aspek – Sudut Pandang – Prinsip – Manfaat )


Sesuatu dikatakan bernilai , artinya sesuatu itu mempunyai hal yang berharga, berguna, indah yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai-nilai atau sistem nilai yag telah menjadi milk bersama masyarakat akan dapat berfungsi sebagai perekat bagi masyarakat, bahkan dijadikan pedoman bagi seluruh anggota masyarakat.


Nilai bersumber pada budi pekerti, oleh karena itu nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan yang bersifat abstrak. Suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam pikiran sebagian besar atau seluruh warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap baik, paling benar, amat bernilai dalam hidup.


Oleh karena itu sistem nilai budaya biasanya dijadikan pedoman tertinggi bagi seluruh anggota masyarakat. Sistem-sistem tata kelakuan manusia dari sifatnya lebih konkret, seperti aturan-aturan khusus, hukum, dan norma-norma lain, semuanya bersumber pada sistem nilai budaya tersebut (Koentjaraningrat, 1994,25). Nilai-nilai budaya tersebut telah mempribadi pada anggota masyarakat sehingga sulit diganti atau diubah.


Sistem nilai budaya merupakan wujud riil dari kebudayaan, dan setiap masyarakat atau bangsa memilii sistem nilai budaya sendiri yang membentuk kepribadian bangsa, oleh karena itu Pancasila sebagai kepribadian bangsa bersifat unik, khas, atau khusus.


  1. Membangun Kebudayaan Nasional, Nilai-nilai Budaya Positif dan Nilai-nilai Budaya Negatif

Bagi banga Indonesia, berbagai persoalan dalam negeri yang berjalan bebarengan dengan munculnya fenomena globalisasi seolah- olah menghentakan kesadaran nasional untuk memperteguh identitas nasionalnya, tanpa harus menjadi ekslusif. Penyegaran identitas nasional berarti mengungkapkan unsur-unsur positif yang dimiliki bangsa Indonesia di tengah-tengah pergaulan bangsa-bangsa. Nilai- nilai tradisional yang dapat mendorong pembangunan nasional antara lain :

  1. Berorientasi vertikal kearah atasan (Pimpinan, tokoh masyarakat), aspek positif dari nilai budaya ini ialah dapat memudahkan taktik untuk mengajak rakyat berpartisipasi dalam usaha pembangunan dengan cara memberi contoh tauladan, misalanya hidup hemat dan sederhana, mentaati hukum, serta disiplin.
  2. Nilai budaya sifat tahan menderita dan keuletan.
  3. Nilai budaya bahwa manusia wajib terus berikhtiyar atau berusaha dan berjuang.
  4. Nilai budaya sikap toleran terhadap pendirian atau keyakinan yang lain.
  5. Nilai budaya yang berupa semangat dan jiwa gotong-royong serta rasa solidaritas. (Koentjoroningrat, 1994,69-71).

Sikap mental bangsa Indonesia yang dapat menghambat pembangunan nasional (nilai-nilai budaya negatif). Dalsm rangka mempercepat proses pembangunan nasional diseluruh bidang kehidupan bangsa apalagi setelah bangsa Indonesia dilanda krisis multidimensi yang berkepanjangan, maka kita harus berusaha keras memberantas sikap buruk yang masih melekat dalam diri kita masing-masing pada khususnya dan dalam kepribadian bangsa Indonesia pada umumnya. Sikap mental negatif yang dapat menghambat pembangunan nasional antara lain :

  • Sifat mentalitas yang meremehkan mutu.
  • Sifat mentalitas yang suka menerabas
  • Sifat tak percaya diri sendiri.
  • Sifat tak berdisiplin murni.
  • Sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh. (Koentjoroningrat, 1994, 45)

Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : Pengertian Sistem Politik


Di masyarakat, warga masyarakat apapun profesi/ kegiatannya harus mendapatkan bimbingan dan kalau perlu diberi modal agar dapat menghasilkan produk yang bermutu dan sekaligus menumbuhkan kembangnya rasa percaya diri.


Sifat mental yang tidak disiplin masih merupakan aspek negatif dari kepribadian bangsa Indonesia yang harus segera diberantas karena dapat menghambat segala usaha pembangunan serta merusak citra bangsa. Cara yang dapat ditempuh antara lain:

  • Mulai dari masa anak-anak dibiasakan hidup tertip, mematuhi peraturan.
  • Para pemimpin harus memberi contoh untuk bersikap desiplin.
  • Hukum benar-benar ditegakkan tanpa pandang bulu.
  • Menghilangkan sikap disiplin semu (berpura-pura) dikalangan masyarakat.

Sifat tidak bertanggung jawab dikalangan masyarakat bangsa Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini dapat kita lihat gejalanya antara lain:

  • Kebiasaan suka melempar kesalahan diri dari pihak lain (mencari kambing hitam)
  • Suka mengingkari janji/ tidak menepati janji yang ditetapkan atau disanggupi.
  • Suka mengentengkan masalah, meskipun menyangkut perasalahan yang penting.

Sifat buruk masyarakat ini harus diberantas dan dicegah jangn sampai berkembang khususnya dikalangan anak-anak dan remaja/ pemuda. Dan sudah barang tentu lewat proses pendidikan.


  1. Aspek Subyektif dan Obyektif Kebudayaan

Terdiri atas:

  • Aspek Subyektif kebudayaan ialah pribadi-pribadi manusia sebagai pencipta kebudayaan, taraf perkembangan budaya para anggota masyarakat.
  • Aspek Obyektif kebudayaan meliputi segala hasil cipta karsa, rasa, dan karsa manusia baik kebudayaan yang bersifat maeri maupun kebudayaan yag bersifat non materi, hasil perkembangan budaya manusia (Djojodiegoeno, 1961,26)

Baik buruknya kebudayaan tergantung pada faktor manusia (subjek) yang menciptakan kebudayaan dan sekaligus sebagai pengembang serta pendukung kebudayaan. Agar dapat dihasilkan kebudayaan haruslah merupakan sumber daya manusia yang berkualitas serta memiliki nilai-nilai moral yang tinggi.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan :  Hukum Internasional Adalah


Demikianlah pembahasan mengenai Moral adalah – 16 Pengertian Moral Menurut Para Ahli, Fungsi, Tujuan & Tahap semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua,, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂