Sejarah G30S/PKI

Diposting pada

Setiap sejarah berupa tragedi atau peristiwa di masa lampau harus kita ingat baik-baik sebagai wujud rasa terimakasih kita terhadap jasa para pahlawan yang telah gugur memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Sejarah-G30S-PKI

Dengan adanya makalah ini diharapkan penulis dan juga pembaca selalu mengingat jasa para pahlawan, dan agar tetap menjadikan pancasila sebagai ideologi serta pedoman bagi bangsa Indonesia.


Sejarah Singkat PKI

Mulanya partai ini berdiri dengan tujuan-tujuan yang baik bagi perkembangan Indonesia. Dalam bentuk organisasi, Partai Komunis Indonesia didirikan tidak langsung menggunakan nama tersebut. Karenanya, sebelum tahun 1966 PKI memiliki banyak kader pendukung.


Orang-orang Indonesia mengenal PKI lewat kudetanya pada tahun 1965. Namun sepak terjang PKI tidak hanya itu saja. PKI sudah pernah memberikan pengaruh besar terhadap Indonesia. Tidak mudah untuk memadamkan pengaruhnya, bahkan hingga saat ini. Kuku-kuku PKI masih menancap di beberapa jiwa kadernya yang meski kelihatannya telah dibunuhi selalu menyisakan beberapa orang militan PKI.

Kebesaran PKI tidak hanya terdengar di dalam negeri saja. Nama besarnya menempati urutan partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah partai komunis di Uni Soviet dan Cina. Partai ini bukan merupakan partai milik pemerintah. Namun ia berhasil menggalang sekira 3 juta rakyat Indonesia pasca kemerdekaan untuk bergabung di bawah sayap-sayapnya.


Organisasi PKI memang bukan sembarang organisasi. Setiap gerakannya tersusun rapi dan terorganisir dengan baik. Sampai-sampai PKI berhasil menghidupi organisasi-organisasi sayap (underbow)-nya yang digolongkan menjadi organisasi para wanita bernama GERWANI, para pemuda (Pemuda Rakyat), para pelajar (CGMI), para buruh (SOBSI), serta para petani (BTI).


PKI terkenal akan bendera palu aritnya yang membawa dominasi warna merah sebagai lambang kekuasaan yang berani. PKI sendiri berafiliasi dengan komunis internasional yang ketika itu mengusung ideologi Marxisme, Leninisme, dan Komunisme hingga tahun 1943. Di mana ketika itu sejarah runtuhnya Uni Soviet belum terbayangkan sama sekali karena saking kuatnya ketahanan komunis internasional yang sempat berhasil menggentarkan kubu Amerika Serikat.


Komunis sendiri bahkan sempat menyusup ke tubuh kementerian Presiden Soekarno yang mengakibatkan TNI angkatan darat merasa Presiden pertama RI tersebut terkontaminasi paham komunis. Sebagai buktinya, PKI pernah menjadi salah satu partai politik non pemerintah yang dipercaya menyelenggarakan percaturan politik di Indonesia bersama sejarah partai Masyumi, Nahdlatul Oelama, dan sejarah Partai Nasional Indonesia (PNI).


Partai Komunis Indonesia (PKI) awalnya berdiri dengan nama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang didirikan oleh Henk Sneevliet. Organisasi ini merupakan gabungan dari Partai Sosialis Belanda dengan SDAP yang kemudian bersatu di bawah nama SDP Komunis yang beranggotakan 85 orang sosialis di Hindia-Belanda. Pembentukan ini dilaksanakan pada tahun 1914 sebelum Indonesia melakukan persiapan matang menuju kemerdekaan karena belum ada sejarah BPUPKI, sejarah PPKI, dan sejarah perumusan UUD 1945.


Peristiwa G 30 S PKI

Terdiri atas:


  1. Sumur Lubang Buaya

Pada tanggal 1 Oktober 1965 di pagi hari, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya tewas dalam upaya kudeta yang dituduhkan pada penjaga istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada Partai Komunis dan dipimpin oleh Letnan Kolonel. Untung Saja. Panglima Komando Strategis Angkatan Darat pada saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut.


  1. Isu Dewan Jenderal

Pada saat-saat kritis sekitar bulan September 1965 masalah pada Dewan Umum mereka yang mengungkapkan adanya beberapa perwira Angkatan Darat yang tidak puas dengan Sukarno dan berniat untuk menggulingkannya.


Menanggapi masalah ini, Soekarno disebut-sebut memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka untuk diadili oleh Soekarno. Tapi tiba-tiba, para jenderal operasi penangkapan, tindakan beberapa orang yang tertelan emosi dan membunuh Letjen Ahmad Yani, Panjaitan, dan Harjono.


  1. Isu Dokumen Gilchrist

Dokumen Gilchrist yang diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia Andrew Gilchrist beredar hampir bersamaan dengan isu Dewan Jenderal. Dokumen ini, yang oleh beberapa disebut pemalsuan oleh Republic intelijen di bawah pengawasan Jenderal Agayant dari KGB Rusia, menyebutkan adanya “Tentara Lokal Teman Kami” yang menunjukkan bahwa para perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh Barat.


Kedutaan Amerika Serikat juga dituduh memberikan daftar nama-nama anggota PKI kepada tentara untuk “ditindaklanjuti”.


Badan intelijen AS mendapatkan data dari berbagai sumber, seperti yang ditulis oleh John Hughes, wartawan The Nation yang menulis buku “Indonesian Upheaval”, yang membentuk dasar dari skenario “The Year of Living Dangerously”, ia sering menukar data-data apa yang ia kumpulkan untuk mendapatkan fasilitas teleks untuk menyampaikan berita.


  1. Isu Keterlibatan Soeharto

Sampai saat ini tidak ada bukti keterlibatan / peran aktif dalam penculikan Suharto. Satu-satunya bukti yang bisa dielaborasi adalah pertemuan Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad (pada waktu itu jabatan Panglima Cadangan Strategis Angkatan Darat tidak bertanggung jawab atas pasukan, berbeda dengan sekarang) dengan Kolonel Abdul Latief di Rumah Sakit Angkatan Darat.


Namun, Suharto adalah yang paling manfaat dari acara ini. Banyak penelitian ilmiah telah dipublikasikan di jurnal internasional mengungkap keterlibatan Suharto dan CIA. Beberapa dari mereka adalah, Cornell Paper, karya Benedict R.O’G. Anderson and Ruth T. McVey (Cornell University), Ralph McGehee (The Indonesian Massacres and the CIA), Government Printing Office of the US (Department of State, INR/IL Historical Files, Indonesia, 1963-1965. Secret; Priority; Roger Channel; Special Handling), John Roosa (Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto’s Coup d’État in Indonesia), Prof. Dr. W.F. Wertheim (Serpihan Sejarah Th65 yang Terlupakan).


Tokoh G30S/PKI

tokoh-g30spki

Keenam pejabat tinggi yang dibunuh adalah:

  1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi).
  2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi).
  3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan).
  4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen).
  5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik).
  6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)

Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan beliau, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.


Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.


Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:

  • Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena).
  • Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta).
  • Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta).

Pasca Peristiwa G30S/PKI

Pada tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan Revolusioner oleh para “pemberontak” dengan berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari perlindungan.


Pada tanggal 6 Oktober Sukarno mengimbau rakyat untuk menciptakan “persatuan nasional”, yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dan para korbannya, dan penghentian kekerasan. Biro Politik dari Komite Sentral PKI segera menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi massa untuk mendukung “pemimpin revolusi Indonesia” dan tidak melawan angkatan bersenjata. Pernyataan ini dicetak ulang di koran CPA bernama “Tribune”.


Pada tanggal 12 Oktober 1965, pemimpin-pemimpin Uni-Sovyet Brezhnev, Mikoyan dan Kosygin mengirim pesan khusus untuk Sukarno:

“Kita dan rekan-rekan kita bergembira untuk mendengar bahwa kesehatan anda telah membaik…Kita mendengar dengan penuh minat tentang pidato anda di radio kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tetap tenang dan menghindari kekacauan…Imbauan ini akan dimengerti secara mendalam.”


Pada tanggal 16 Oktober 1965, Sukarno melantik Mayjen Soeharto menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat di Istana Negara. Berikut kutipan amanat presiden Soekarno kepada Soeharto pada saat Soeharto disumpah:

“ Saya perintahkan kepada Jenderal Mayor Soeharto, sekarang Angkatan Darat pimpinannya, saya berikan kepadamu, buatlah Angkatan Darat ini satu Angkatan dari pada Republik Indonesia, Angkatan Bersenjata daripada Republik Indonesia yang sama sekali menjalankan Panca Azimat Revolusi, yang sama sekali berdiri di atas Trisakti, yang sama sekali berdiri di atas Nasakom, yang sama sekali berdiri di atas prinsip Berdikari, yang sama sekali berdiri atas prinsip Manipol-USDEK.

Manipol-USDEK telah ditentukan oleh lembaga kita yang tertinggi sebagai haluan negara Republik Indonesia. Dan oleh karena Manipol-USDEK ini adalah haluan dari pada negara Republik Indonesia, maka dia harus dijunjung tinggi, dijalankan, dipupuk oleh semua kita.Oleh Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Kepolisian Negara. Hanya jikalau kita berdiri benar-benar di atas Panca Azimatini, kita semuanya, maka barulah revousi kita bisa jaya.

Soeharto, sebagai panglima Angkatan Darat, dan sebagai Menteri dalam kabinetku, saya perintahkan engkau, kerjakan apa yang kuperintahkan kepadamu dengan sebaik-baiknya. Saya doakan Tuhan selalu beserta kita dan beserta engkau!”.


Dalam sebuah Konferensi Tiga Benua di Havana di bulan Februari 1966, perwakilan Uni-Sovyet berusaha dengan segala kemampuan mereka untuk menghindari pengutukan atas penangkapan dan pembunuhan orang-orang yang dituduh sebagai PKI, yang sedang terjadi terhadap rakyat Indonesia. Pendirian mereka mendapatkan pujian dari rejim Suharto. Parlemen Indonesia mengesahkan resolusi pada tanggal 11 Februari, menyatakan “penghargaan penuh” atas usaha-usaha perwakilan-perwakilan dari Nepal, Mongolia, Uni-Sovyet dan negara-negara lain di Konperensi Solidaritas Negara-Negara Afrika, Asia dan Amerika Latin, yang berhasil menetralisir usaha-usaha para kontra-revolusioner apa yang dinamakan pergerakan 30 September, dan para pemimpin dan pelindung mereka, untuk bercampur-tangan di dalam urusan dalam negeri Indonesia.”


Penumpasan G30S/PKI

PENUMPASAN G 30 S / PKI 1965 Dalam bulan-bulan setelah peristiwa ini, semua anggota dan pendukung PKI, atau mereka yang di anggap sebagai anggota dan simpatisan PKI, semua partai kelas buruh yang di ketahui dan ratusan ribu pekerja dan petani Indonesia yang lain di bunuh atau di masukkan ke kamp-kamp tahanan untuk disiksa dan diinterogasi. Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah (bulan Oktober), Jawa Timur (bulan November) dan Bali (bulan Desember).


orang yang dibantai tidak diketahui dengan persis – perkiraan yang konservatif menyebutkan 500.000 orang, sementara perkiraan lain menyebut dua sampai tiga juga orang. Namun diduga setidak-tidaknya satu juta orang menjadi korban dalam bencana enam bulan yang mengikuti kudeta itu.Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari organisasi-organisasi muslim sayap-kanan seperti barisan Ansor NU dan Tameng Marhaenis PNI melakukan pembunuhan-pembunuhan massal, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.


Ada laporan-laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya menjadi penuh mayat-mayat sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu “terbendung mayat”. Pada akhir 1965, antara 500.000 dan satu juta anggota-anggota dan pendukung-pendukung PKI telah menjadi korban pembunuhan dan ratusan ribu lainnya dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi, tanpa adanya perlawanan sama sekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukung dana CIA menangkapi semua anggota dan pendukung PKI yang terketahui  dan melakukan pembantaian keji.


Dampak G30S/PKI

Terdiri atas:


1. Dampak Negatif

  1. banyak pahlawan kita banyak yang gugur
  2. hubungan diplomatik dengan negara komunias menjadi renggang
  3. terjadi penodaan terhadap ideologi dan kedaulatan negara kita

2. Dampak Positif

  1. kita dapat lebih waspadai terhadap serangan yang mnyerang NKRI baik dari dalam maupun luar
  2. kita dapat bersatu dan dapat bertahan /menyadari bawah pancasila adalah jati diri bangsa kita
  3. dengan adanya g30s pki kedudukan pancasila dalam negara menjadi lebih kuat

3. Dampak sosial politik dari g 30 s/pki.

  1. Secara politik telah lahir peta kekuatan politik baru yaitu tentara Angkatan Darat.
  2. Sampai bulan desember 1965 pki telah hancur sebagai kekuatan politik di indonesia.
  3. Kekuasaan dan pamor politik presiden soekarno memudar.
  4. Secara sosial telah terjadi penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang PKI atau dianggap PKI, yang tidak semuanya melalui proses pengadilan dengan jumlah yang relatif banyak.

Demikianlah pembahasan mengenai Tokoh G30S/PKI – Sejarah, Peristiwa, Pasca, Penumpasan dan Dampak semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya.


Baca Juga :