Siklus Batuan

Diposting pada

Siklus Batuan – Pengertian, Proses, Jenis dan Gambar – Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai Siklus Batuan yang dimana dalam hal ini meliputi pengertian, proses, jenis dan gambar, nah agar dapat lebih memahami dan dimengerti simak ulasan selengkapnya dibawah ini.

Siklus Batuan

A. Pengertian Batuan

Batuan adalah kumpulan-kumpulan atau agregat dari mineral-mineral yang sudah dalam keadaan membeku atau keras. Batuan adalah salah satu elemen kulit bumi yang menyediakan mineral-mineral anorganik melalui pelapukan yang selanjutnya menghasilkan tanah.


Batuan mempunyai komposisi mineral, sifat-sifat fisik, dan umur yang beraneka ragam. Jarang sekali batuan yang terdiri dari satu mineral, namun umumnya merupakan gabungan dari dua mineral atau lebih. Mineral adalah suatu substansi anorganik yang mempunyai komposisi kimia dan struktur atom tertentu.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : Mineral Adalah


Jumlah mineral banyak sekali macamnya ditambah dengan jenis-jenis kombinasinya. Penyebaran batuan di Bumi adalah tubuh padat, kecuali pada inti luar, dan beberapa tempat yang relative kecil didalam mantel atas dan kerak, yang cair.


B. Siklus Batuan

Bumi merupakan planet yang terdiri dari lapisan-lapisan batuan bumi sebagai pembentuknya. Lapisan-lapisan penyusun bumi tersebut antara lain:


  1. Inti Bumi

Bumi terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900–5200 km. Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200oC. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai 4500oC.


  1. Mantel

Mantel adalah bagian dari planet kebumian atau benda langit lain yang cukup besar sehingga mampu mengalami diferensiasi berdasarkan kepadatan. Seperti planet kebumian lain, bagian dalam Bumi secara kimiawi terbagi menjadi lapisan-lapisan. Mantel adalah lapisan yang berada di antara kerak dan inti luar. Mantel Bumi merupakan lapisan berbatu dengan kedalaman sekitar 2.900 km (1,800 mil) yang meliputi 84% volume Bumi.


Mantel atas Bumi dapat dibagi menjadi dua: astenosfer dalam yang terdiri dari bebatuan yang mengalir dengan kedalaman sekitar 200 km dan bagian paling bawah litosfer yang terdiri dari bebatuan keras dengan kedalaman antara 50 hingga 120 km. Di beberapa tempat di bawah samudra mantel terpapar dengan permukaan Bumi.


  1. Kerak Bumi (Litosfer)

Litosfer adalah kulit terluar dari planet berbatu. Litosfer berasal dari kata Yunani, lithos yang berarti berbatu, dan sphere yang berarti padat. Litosfer berasal dari kata lithos artinya batuan, dan sphere artinya lapisan. Secara harfiah litosfer adalah lapisan Bumi yang paling luar atau biasa disebut dengan kulit Bumi.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : Kulit Bumi (Litosfer) – Pengertian, Teori, Struktur dan Manfaat


Pada lapisan ini pada umumnya terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan Si02, itulah sebabnya lapisan litosfer sering dinamakan lapisan silikat dan memiliki ketebalan rata-rata 30 km yang terdiri atas dua bagian, yaitu Litosfer atas (merupakan daratan dengan kira-kira 35% atau 1/3 bagian) dan Litosfer bawah (merupakan lautan dengan kira-kira 65% atau 2/3 bagian).


Litosfer Bumi meliputi kerak dan bagian teratas dari mantel Bumi yang mengakibatkan kerasnya lapisan terluar dari planet Bumi. Litosfer ditopang oleh astenosfer, yang merupakan bagian yang lebih lemah, lebih panas, dan lebih dalam dari mantel.


Batas antara litosfer dan astenosfer dibedakan dalam hal responnya terhadap tegangan: litosfer tetap padat dalam jangka waktu geologis yang relatif lama dan berubah secara elastis karena retakan-retakan, sednagkan astenosfer berubah seperti cairan kental. Litosfer terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik yang mengakibatkan terjadinya gerak benua akibat konveksi yang terjadi dalam astenosfer.


Konsep litosfer sebagai lapisan terkuat dari lapisan terluar Bumi dikembangkan oleh Barrel pada tahun 1914, yang menulis serangkaian paper untuk mendukung konsep itu. konsep yang berdasarkan pada keberadaan anomali gravitasi yang signifikan di atas kerak benua, yang lalu ia memperkirakan keberadaan lapisan kuat (yang ia sebut litosfer) di atas lapisan lemah yang dapat mengalir secara konveksi (yang ia sebut astenosfer).


Ide ini lalu dikembangkan oleh Daly pada tahun 1940, dan telah diterima secara luas oleh ahli geologi dan geofisika. Meski teori tentang litosfer dan astenosfer berkembang sebelum teori lempeng tektonik dikembangkan pada tahun 1960, konsep mengenai keberadaan lapisan kuat (litosfer) dan lapisan lemah (astenosfer) tetap menjadi bagian penting dari teori tersebut.


Litosfer selalu bergerak terus. Kadangkala puncak gunung menjadi dasar laut, kadangkala dasar laut menjadi puncak gunung. Ada daratan yang tenggelam, ada juga daratan yang muncul. Magma adalah induk dari segala batuan.


Karena proses pendinginan di dalam bumi, sela atau diluar bumi maka akan terbentuk batuan beku. Di luar muka bumi, melalui proses penghancuran tanpa perubahan kimia, mengendap berlapis-lapis dan mengalami proses pembatuan maka akan terjadilah batuan sedimen.


Apabila karena penambahan suhu tertentu di dalam bumi atau mendekati magma, maka terjadilah batuan metamorf. Dan akhirnya apabila batuan yang berdekatan dengan dapur  magma bisa masuk lagi ke menjadi magma. Demikian siklus batuan berjalan terus.


Kerak bumi adalah lapisan terluar bumi yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-70 km. Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan tanah dan batuan .Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup.Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100 derajad Celcius. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga kedalaman 100 km dinamakan litosfer.


Unsur-unsur kimia utama pembentuk kerak bumi adalah: Oksigen (46,6%), Silikon (27,7%), Aluminium (8,1%), Besi (5,0%), Kalsium (3,6%) Natrium (2,8%), Kalium (2,6%) dan Magnesium (2,1%). Unsur–unsur tersebut membentuk satu senyawa yang disebut dengan batuan. Selimut merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak bumi. Tebal selimut bumi mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat.Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000 derajat Celcius.


C. Proses Siklus Batuan

Proses Siklus Batuan

Berikut ini terdapat beberapa proses siklus batuan, terdiri atas:


  1. Magma Mengalami Kristalisasi

Terjadinya batuan pertama kali diawali oleh adanya magma. Magma ini merupakan bahan pokok pembentuk batuan. Terbentuknya batuan pertama kali karena diawali oleh adanya magma yang mengalami proses kristalisasi. Magma ini tidak terdapat di semua area bumi, sebagian besar magma terbentuk di sepanjang batas lempeng bumi.


Kemudian magma yang yang membeku akan membentuk sebuh kristal atau mineral (hal ini dinamakan kristalisasi). Magma yang membentuk kristal ini sma seperti air yang didinginkan menjadi es.  Magma yang mengkristal ini akan banyak ditemukan pada gunung berapi yang mengalami erupsi. Magma yang keluar dari dalam gunung akan membeku setelah sampai ke permukaan bumi.


Magma yang membeku ini akan membentuk sebuah jenis batuan, yakni batuan beku. Magma yang membekunya setelah sampai di permukaa bumi akan membentuk batuan beku yang jenisnya ekstrusif. Sementara magma yang membeku namun belum sampai ke permukaan bumi ini membentuk sebuah batuan jenis intrusif. Namun, semua batuan yang dibentuk karena adanya pembekuan magma disebut dengan batuan beku.


  1. Mengalami Pengangkatan dan Pelapukan

Kemudian batuan-batuan beku yang telah terbentuk tadi lama- kelamaan akan mengalami proses pelapukan. Batuan yang mengalami proses pelapukan paling cepat terutama adalah batuan yang membeku di permukaan bumi (batuan ekstrusif). Batuan ini lebih cepat mengalami proses pelapukan karena terpapar secara langsung oleh cuaca di bumi dan juga atmosfer bumi, sehingga pelapukannya lebih cepat daripada yang berada di bawah permukaan bumi.


Meskipun demikian, bukan berarti batuan yang berada di permukaan bumi ini tidak bisa mengalami pelapukan. Batuan yang berada di bawah permukaan tanah tetap bisa mengalami pelapukan, namun harus mengalami proses pengangkatan ke permukaan tanah terlebih dahulu.


Batuan yang berada di bawah permukaan bumi harus terangkat ke permukaan bumi melalui proses tektonik, kemudian lapisan batuan yang berada di atasnya harus hilang terlebih dahulu oleh proses erosi. Setelah berada di permukaan bumi inilah proses pelapukan batuan dimulai.


Pelapukan yang terjadi pada batuan ini dapat terjadi karena adanya beberapa reaksi fisik dan kimia yang dapat disebabkan oleh interaksi udara, air, maupun organisme tertentu. Setelah batuan menjadi lapuk karena angin, air, es, gletser ataupun yang lainnya, maka akan menjadi material sedimen melalui sebuah proses yang disebut erosi.


  1. Mengalami Erosi

Setelah mengalami proses pengangkatan dan pelapukan, maka proses yang selanjutnya adalah erosi. Dalam proses erosi ini yang paling banyak berperan adalah air. Air yang mengalir misalnya dari sungai merupakan salah satu hal yang paling sepat menyebabkan proses erosi ini terjadi.


Arus dari air ini pula yang akan mengangkut material- baterial pelapukan batu menuju ke tempat lain. Selain air, ada pula yang mengangkut meterial- material lainnya yakni angin ataupun gletser.


  1. Pengendapan dan Pembentukan Batuan Sedimen

Material- material dari pelapukan batuan beku yang telah terangkut oleh air, angin, ataupun gletser, lama kelamaan akan mengendap di suatu tempat dan kan berjumlah semakin banyak. Karena semakin banyak batuan yang mengendap ini, akibatnya semakin lama akan semakin mengeras dan mengeras . Karena proses pengerasan inilah membentuk terjadinya batuan yang disebut dengan batuan sedimen.


Penjelasan yang ilmiah mengenai pembentukan batuan sedimen yang lebih ilmiah, dalam material sedimen muda akan mengubur endapan yang lebih lama (tua). Kemudian tekanan yang dihasilkan akan membuat endapan lama ini menjadi kompak. Ketika air bergerak dan masuk ke dalam material sedimen, maka mineral kalsit dan silika yang terlarut akan terendap dan mengisi rongga antar butir yang bertindak sebagai semen yakni merekatkan butiran sedimen antar satu dengan yang lainnya.


  1. Batuan Sedimen Berubah Menjadi Batuan Metamorf

Batuan sedimen banyak terdapat di bawah permukaan bumi. Batuan beku intrusif juga berada di bawah permukaan bumi. Ketika batu yang berada di di bawah permukaan bumi ini tidak tersingkap ke atas permukaan bumi ketika proses pengangkatan, maka batuan tersebut akan terkubur lebih dalam lagi.


Semakin dalam terkubur, maka akan semakin besar kemungkinan untuk terpapar suhu dan juga tekanan tinggi yang dihasilkan oleh kompresi tektonik dan energi panas yang berasal dari dalam bumi, yang pada akhirnya dapat mengubah batuan tersebut. Batuan yang telah berubah di bawah permukaan bumi akibat paparan suhu, tekanan, dan juga kontak magma ini disebut dengan batuan metamorf atau malihan.


  1. Batuan Metamorf atau Malihan Berubah Menjadi Magma

Setelah batuan menjadi batuan malihan atau metamorf, lama kelamaan batuan metamorf atau malihan ini akan berubah menjadi magma kemballi. Dan dari magma inilah proses terjadinya batu bisa terjadi kembali.


D. Batuan Beku dan Penggolongannya

Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silika cair dan pijar yang dikenal dengan nama magma. Penggolongan batuan beku sudah banyak dilakukan dari dulu hingga sekarang. Berbagai cara telah dilakukan seperti penggabungan jenis-jenis yang sama dalam satu golongan dan pemisahan dari jenis-jenis yang tidak menunjukkan persamaan.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : Batuan Beku


Karena tidak adanya kesepakatan diantara para ahli petrologi dalam  mengklarifikasikan batuan beku mengakibatkan sebagian klarifikasi dibuat atas dasar yang berbeda-beda. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan kepada tiga patokan utama, yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan mineraloginya. Di bawah ini akan diterangkan lebih lanjut dari penggolongan batuan beku sebagai berikut:


  1. Pembagian Genetik Batuan Beku

Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya batuan beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut:


  • Batuan Ekstrusi

Kelompok batuan ekstrusi terdiri dari semua material yang dikeluarkan ke permukaan bumi baik di daratan ataupun di bawah permukaan laut. Material ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat, debu, atau suatu larutan yang kental dan panas, cairan ini biasa disebut lava. Bentuk dan susunan kimia dari lava mempunyai ciri tersendiri.


Ada dua tipe magma ekstrusi, yang pertama memiliki kandungan silika yang rendah dan vikositas relative rendah. Sebagai contoh adalah lava basaltik yang sampai ke permukaan melalui celah dan setelah di permukaan mengalami pendinginan yang cepat. Biasanya lava basaltik memiliki sifat sangat cair, sehingga bila sampai ke permukaan akan menyebar dengan daerah yang sangat luas.


Gunung-gunung di kepulauan Hawaii merupakan suatu contoh yang sangat baik untuk magma yang bersifat basaltik. Lava basaltik di daerah Hawaii ini mengeluarkan material seperti batuan yang berukuran bongkah, butiran halus sampai kekacaan (glas). Bila sampai ke permukaan dan mengalami pelapukan akan menjadi tanah (lempung), jika berakumulasi di bawah permukaan akan merupakan suatu lapisan di dalam pengendapan batuan sedimen.


Tipe kedua dari lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki kandungan silika yang tinggi dan vikositas relatif tinggi. Akibat dari vikositas ini bila sampai ke permukaan akan menjadi suatu aliran sepanjang lembah. Vikositas yang tinggi dan terbentuknya urat-urat pusat, ini akibat letusan gunungapi dan berhubungan dengan lava. Cone sering terjadi akibat kegiatan gunungapi, dimana terjadi pemecahan di dalam blok batuan yang besar.


Lapisan dari butiran halus berasal dari debu vulkanik, sedangkan campuran antara batuan dengan butiran halus yang sering berasosiasi dengan batuan vulkanik disebut batuan piroklastik. Pencampuran dari fragmen batuan yang besar dengan lava dan debu vulkanik, sehingga membentuk agglomerate. Dan dari butiran halus seperti debu dan fragmen batuan maka akan membentuk tuf.


  • Batuan Intrusi

Proses batuan beku sangat berbeda dengan kegiatan batuan vulkanik, karena perbedaan dari tempat terbentuknya dari kedua jenis ini. Tiga prinsip dari tipe bentuk intrusi batuan beku, bentuk dasar dari geometri dimana kontak diantara batuan intrusi dengan batuan yang diintrusi atau daerah batuan, bila sejajar dengan lapisan batuan maka tubuh intrusi ini disebut konkordan. Bila bentuk kontaknya kontras disebut diskordan atau memotong dari lapisan masa batuan sebagai berikut:


1) Bentuk Tidak Beraturan

Bentuk tidak beraturan pada umumnya berbentuk diskordan dan biasanya memiliki bentuk yang jelas di permukaan bumi. Penampang melintang dari tubuh pluton (intrusi dengan bentuk tidak beraturan) memperlihatkan bentuk yang sangat besar dan kedalaman yang tidak diketahui batasnya. Bentuk tidak beraturan biasanya dimiliki oleh batolit, singkapan di permukaan memiliki luas sampai 100 km2.


Sedangkan stok memiliki sifat yang hamper sama dan hanya di ukurannya saja yang jauh berbeda. Felsik batolit banyak terlihat di kepulauan Riau atau pulau Sumatra dan pulau Kalimantan, salah satu contoh yang paling banyak yang terdapat di Indonesia adalah intrusi granit yang terdapat di pulau Karimun (Riau).


2) Bentuk Tabular

Intrusi berbentuk tabular mempunyai dua bentuk yang berbeda, yaitu dike (retas) mempunyai bentuk diskordan dan sil mempunyai bentuk konkordan. Dike adalah intrusi yang memotong bidang perlapisan dari batuan induk. Kadang-kadang kontak hamper sejajar, tapi perbandingan antara panjang dan lebar tidak sebanding. Kenampakan di lapangan dike dapat berukuran sangat kecil dan dapat pula berukuran sangat besar.


Sil adalah lempengan batuan beku yang diintrusikan diantara dan sepanjang lapisan batuan sedimen, dengan ketebalan dari beberapa mm sampai beberapa kilometer. Penyebaran ke arah lateral sangat luas, sedangkan penyebaran kea rah vertical sangat kecil.


Variasi khusus dari sil adalah lakolit, bentuk batuan beku yang menyerupai sil akan tetapi perbandingan ketebalan jauh lebih besar dibandingkan dengan lebarnya dan bagian atasnya melengkung. Sedangkan lopolit adalah bentuk batuan beku yang luas, dengan bentuk seperti lensa dimana bagian tengahnya melengkung karena batuan di bawahnya lentur.


3) Bentuk Pipa

Tipe ketiga dari tubuh intrusi relatif memiliki tubuh yang kecil, hanya pluton-pluton diskordan. Bentuk yang khas dari group ini adalah intrusi-intrusi yang silinder atau pipa. Sebagian besar merupakan sisa dari korok suatu gunungapi tua, biasa disebut vulkanik nek (teras gunungapi). Vulkanik adalah suatu masa batuan beku yang berbentuk selinder, kemungkinan berukuran besar, tetapi kedalamannya tidak diketahui.


Masa batuan beku ini mengisi saluran gunungapi, umumnya mempunyai sumbu tegak lurus atau condong kea rah tegak. Proses erosi mengakibatkan batuan di sekelilingnya hanyut terbawa air, sedangkan sumbat gunungapi yang lebih tahan terhadap erosi akan membentuk topografi yang menonjol. Jadi teras gunungapi (vulkanik nek) adalah sisa-sisa gunungapi. Salah satu contoh yang ada di Jawa adalah di daerah Purwakarta dan Plered dekat kota Cirebon, Jawa Barat.


Batuan intrusi memiliki butiran yang kasar dan kandungan kimianya sejenis dengan lava. Pembagian dari besar butir untuk batuan beku adalah butiran kasar dengan rata-rata besar butir lebih besar dari lima milimeter, sedangkan butiran halus dengan ukuran dari sangat halus sampai satu milimeter dan butiran sedang dengan ukuran dari satu sampai lima milimeter.


  1. Pembagian Kimia Batuan Beku

Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral dan mineral menyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa oksidasinya. Dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan jenis batuan beku itu dan dapat pula mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan mineral.


  1. Pembagian Mineralogi Batuan Beku

Analisa kimia batuan beku itu pada umumnya memakan waktu maka sebagian besar klasifikasi batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral yang biasanya dipergunakan ialah mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen dan olivin.


E. Batuan Sedimen dan Klasifikasinya

Batuan Sedimen

Batuan sedimen (batuan endapan) adalah batuan yang terjadi akibat pengendapan materi hasil erosi. Sekitar 80% permukaan benua tertutup oleh batuan sedimen. Materi hasil erosi terdiri atas berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar, berat dan ada juga yang ringan.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : Batuan Sedimen Adalah


Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan dari beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat besar dan beberapa proses yang penting yang termasuk ke dalam batuan sedimen.


Batuan sedimen yang ada di muka bumi ini dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok besar, pengelompokan ini berdasarkan cara terbentuknya batuan tersebut. Setiap kelompok tersebut mempunyai tempat pengendapan sendiri, mulai pengendapan di lingkungan darat, sungai, danau, sampai ke lingkungan laut.  Klasifikasi batuan sedimen dapat dijelaskan sebagai berikut:


  1. Batuan Sedimen Detritus (Klastik)

Batuan sedimen ini diendapan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk di lingkungan darat atau di lingkungan air (laut). Batuan yang ukuran besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan diendapkan di sekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan di lingkungan air seperti sungai, danau atau laut.


Batuan konglomerat biasanya diendapkan di lingkungan sungai dan batuan batupasir dapat terjadi di lingkungan laut, sungai, danau maupun delta. Semua batuan tersebut di atas termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sedangkan golongan detritus halus terdiri dari batu lanau, serpih, batu lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya diendapkan di lingkngan laut dari laut dangkal sampai laut dalam.


  1. Batuan Sedimen Evaporit

Proses untuk terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup sehingga sangat memungkinkan selalu terjadi pengayaan unsur-unsur tertentu.


Suatu contoh adalah larutan garam yang akan semakin pekat apabila lingkungan tempat itu berupa danau yang tidak ada saluran pembuangannya. Dan factor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan ang termasuk ke dalam golongan ini adalah gip, anhidrit, batu garam dan lainnya.


  1. Batuan Sedimen Batubara

Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organtik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal di atasnya sehingga tidak memungkinkan untuk terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentukya batu bara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau tumbuhan itu mati atau tumbang tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.


  1. Batuan Sedimen Silika

Batuan ini terdiri dari rijang, radiolarian dan tanah diatom. Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses organic seperti radiolaria atau diatom dan proses kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.


  1. Batuan sedimen Karbonat

Batuan ini sudah umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, alga, foraminifera atau lainnya yang bercangkang kapur. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk labih dahulu dan diendapkan di suatu tempat.


Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoral sampai neritik, sedangkan proses kedua diendapkan pada laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali jenisnya tergantung dari material penyusunnya, suatu contoh batu gamping terumbu terbentuk karena batuan tersebut disusun oleh material terumbu koral.


F. Batuan Metamorf dan Sifatnya

Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan-perubahan fundamental batuan yang sebelumnya telah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh suatu massa magma yang sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak. Metamorfosa regional yang meliputi daerah yang sangat luas disebabkan oleh efek tekanan dan panas pada batuan yang terkubur sangat dalam.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Berkaitan : Pengertian Dan Tipe Batuan Malihan (Batuan Metamorfisme)


Metamorfosa terjadi dalam suatu lingkungan yang sangat berbeda dengan lingkungan dimana batuan asalnya terbentuk. Banyak mineral-mineral hanya stabil dalam batas-batas tertentu dalam temperatur, tekanan dan kimiawi. Jika batuan tersebut dikenakan temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada dekat permukaan, batas kestabilan mineral dapat dilampaui, penyesuaian mekanis dan kimiawi dapat terjadi dalam batuan membentuk mineral-mineral baru yang stabil dalam kondisi baru.


Batuan metamorfosa dapat dibagi menjadi metamorfosa kontak (termal), di sekitar suatu intrusi magma dimana panas pemegang peranan dan fluida-fluida. Metamorfosa dinamis (kataklasik), di sekitar dislokasi dimana tekanan memegang peranan. Sedangkan metamorfosa regional, dimana kedua efek ini memegang peranan penting. Beberapa sifat batuan metamorf antara lain:


  1. Tekstur

Mineral dalam batuan metamorf disebut mineral metamorfosa yang terjadi karena kristalnya tumbuh dalam suasana padat, dan bukan mengkristal dalam suasana cair. Karena itu Kristal yang terjadi disebut blastos. Idiomorf untuk mineral metamorf adalah idioblastik, sedangkan xenomorf adalah xenoblastik. Kristal yang ukurannya lebih besar daripada masa dasarnya disebut profiroblastik.


Mineral atau tekstur batuan asal yang masih tersimpan dalam batuan metamorfosa dinamakan mineral relik atau struktur relik. Daripadanya sebagian daripada daur geologi batuan dapat ditelusuri kembali.


  1. Besar Butir

Besar butir dari batuan metamorf meningkat dengan meningkatnya derajat metamorf. Hal ini disebabkan oleh karena energi permukaan butir yang lebih kasar menjadi lebih kecil, sehingga daya larutannya semakin rendah pula. Dalam hubungan ini energi bebas yang berlebih mengakibatkan kelarutan yang lebih besar cenderung untuk merangsang butir-butir halus mengalami rekristalisasi mengisi butiran kasar yang lebih stabil. Metamorf kontak yang umumnya lebih halus daripada metamorf regional sekalipun sama temperatur atau derajat metamorfosa.


  1. Mineral dan Struktur Perlapisan Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan sebelumnya sehingga ada beberapa mineral dari batuan asalnya terdapat pula dalam batuan metamorfosa. Mineral tersebut sebagai berikut:

  • Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorfosa dan batuan beku yaitu kuarsa, feldspar, muskovit, biotit, hornblende, piroksin, olivine, dan bijih besi.
  • Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorf dan batuan sedimen yaitu kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit, dolomit.
  • Mineral-mineral petunjuk yang biasa terdapat dalam batuan metamorf yaitu garnet, andalusit, kianit, silimanit, staurolit, kordierit, epidot, klorit.

Sifat-sifat fisik dari mineral-mineral yang hanya terdapat di batuan metamorf. Perlapisan 1 mm sampai 1 cm atau lebih sering terlihat dalam batuan metamorf regional derajat rendah, sedang dan terutama tinggi, struktur ini dapat merupakan struktur lapisan batuan asal tetapi dapat pula oleh proses differensiasi metamorfosa.


Daftar Pustaka:

  1. Santoso, Djoko. 2000. “Batuan Dan Peta Geologi”. Bandung: ITB.
  2. Setia, Doddy. 1987. ”Batuan dan Mineral”. Bandung: Nova.

Demikianlah pembahasan mengenai Siklus Batuan – Pengertian, Proses, Jenis dan Gambar semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂