Siklus Ekonomi adalah

Diposting pada

Siklus Ekonomi Indonesia – Pengertian, Anatomi, Durasi dan Faktor – Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai Siklus Ekonomi yang dimana dalam hal ini meliputi pengertian, anatomi, durasi dan faktor, untuk lebih memahami dan mengerti simak ulasan dibawah ini.

Siklus-Ekonomi

Pengertian Siklus Ekonomi

Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang terus-menerus bertumbuh, tanpa satu tahun atau bahkan satu triwulan pun mengalami penurunan. Pertumbuhan tersebut disertai stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka luas. Neraca perdagangan dan neraca pembayaran pun mengalami surplus yang baik. Perekonomian seperti ini dipercaya akan mampu memberikan kemakmuran dan keadilan bagi rakyat dari generasi ke generasi.


Sayangnya, perekonomian tersebut di atas hanya ada  di dunia khayal. Dalam dunia nyata, perekonomian umumnya mengalami gelombang pasang-surut, setidak-tidaknya dilihat dari perkembangan tingkat output dan harga. Gelombang naik-turun tersebut relatif teratur dan terjadi berulang-ulang dengan tentang waktu yang bervariasi. Biasanya indikator yang digunakan untuk menganalisis siklus ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi dan jumlah output riil, serta tingkat harga.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Ekonomi Manajerial


Anatomi Siklus Ekonomi

Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun aktivitas, yang terdiri atas empat elemen. Indikator yang biasa digunakan untuk menganalisa siklus ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi atau jumlah output riil dan tingkat harga.


Anatomi terdiri atas 4 elemen yaitu:


  1. Gerakan menaik (Upturn atau Expansion)

Pemulihan ekonomi ditandai dengan gerakan perekonomian yang menaik. Kadang-kadang gerakan menaik ini disebut juga ekspansi bila gerakan menaik ini terjadi selama minimal dua triwulan berturut-turut.


  1. Titik puncak atau kulminasi (Peak)

Ekspansi ekonomi tidak akan terjadi selamanya, suatu ketika gerakan menaik ini mencapai titik tertinggi. Titik ini disebut titik puncak atau kulminasi. Setelah mencapai titik kulminasi, perekonomian akan mengalami penurunan kembali.


  1. Gerakan menurun (Downturn)

Yang dimaksud dengan gerak menurun adalah menurunnya output yang dilihat dari menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Kadang-kadang gerakan penurunan ini disebut resesi, bila terjadi selama minimal dua triwulan berturut-turut.


  1. Titik terendah atau nadir (Trough)

Gerakan menurun akan berlanjut hingga mencapai titik yang paling rendah, yang disebut titik nadir. Setelah mencapai titik nadir, perekonomian akan pulih kembali dilihat dari adanya gerakan menaik.


Gerakan Satu Siklus, yang dimaksud dengan gerakan satu siklus adalah gerakan dari satu titik kulminasi ke titik kulminasi yang lain (K-K) atau dari satu titik nadir ke titik nadir yang lain (N-N).

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Pengertian, Konsep Dan Model Ekonomi Makro Lengkap


Bum (Boom), kadangkala karena berbagai factor , terjadi pertumbuhan ekonomi yang begitu baik, sehingga titik kulminasinya jauh di atas biasanya. Titik kulminasi yang jauh di atas biasanya, dikenal sebagai bum (boom).


Depresi (Depression), penurunan pertumbuhan ekonomi jauuh dibawah titik nadir yang biasanya. Kondisi ini dikenal sebagai kondisi depresi.


Durasi Siklus dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Berikut ini terdapat beberapa durasi siklus dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, terdiri atas:


  • Siklus Jangka Pendek (Kitchin Cycle)

Durasi siklus jangka pendek sekitar 40 tahun. Pola siklus ini ditemukan oleh Joseph Kitchin (1923). Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi siklus jangka pendek adalah pengaruh alamiah (nature) dan adat istiadat atau kebiasaan (custom). Yang termasuk pengaruh alamiah antara lain siklus iklim, pengaruh sinar matahari, curah hujan, kekuatan angin, dan gelombang laut.


Misalnya, di Indonesia kegiatan penanaman padi akan memuncak pada musim penghujan. Pengaruh adat istiadat maupun kebiasaan terhadap aktivitas ekonomi jangka pendek juga terlihat. Di negara-negara barat pengaruh perayaan Natal dan Tahun Baru terhadap aktivitas perekonomian yang dapat disamakan dengan pengaruh bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran terhadap perekonomian di Indonesia.


  • Siklus Jangka Menengah (Juglar Cycle)

Durasi siklus jangka menengah berkisar  7-11 tahun. Pola siklus ini pertama kali ditemukan oleh Clement Juglar (1860). Menurut ekonomi inggris, William Stanley Jevon siklus ekonomi di bumi dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu siklus bintik matahari (sunspot) yang berdau rulang 11 tahun sekali. Aktivitas bintik matahari menurut Jevon, akan mempengaruhi siklus iklim atau cuaca. Siklus iklim atau cuaca akan mempengaruhi output perekonomian, yang muaranya mempengaruhi output perekonomian nasional.


  • Siklus Jangka Panjang (Kondratief Cycle)

Pola siklus jangka panjang pertama kali ditemukan oleh Nicolai D. Kondratief (1925). Durasi siklus jangka panjang berkisar antara 48-60 tahun. Salah satu faktor yang berada di belakang siklus jangka panjang adalah ditemukan dan diterapkanny ateknologi baru (invention and innovation). Contohnya, siklus jangka panjang yang terjadi di Amerika Serikat antara lain periode 1787-1842 dan 1843-1847.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Inflasi Dan Deflasi


Siklus Ekonomi, Kesempatan Kerja dan Inflasi

Terdiri atas:


Siklus ekonomi dan kesempatan kerja

Secara umum ada hubungan positif antara tingkat output dengan kesempatan kerja, terutama bila analisanya janka pendek. Sebab, dalam janka pendek teknologi dianggap konstan, barang modal merupakan input tetap. Sedangkan yang dianggap variabel adalah tenaga kerja. Karenanya pengaruh siklus sangat terasa bagi kesempatan kerja.


Siklus ekonomi dan inflasi

Jika output riil lebih kecil dari output natural , inflasi cenderung menurun dan begitu pula sebaliknya jia output riil lebih besar dari output natural maka inflasi cenderung meningkat. Karenanya pengaruh siklus sangat berpengaruh terhadap inflasi.


Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Inflasi

Terdiri atas:


  1. Jumlah uang beredar

Menurut sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar adalah faktor utama yang di tuding sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap Negara berkembang, tidak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia jumlah uang beredar ini lebih banyak diterjemahkan dalam konsep narrow money (MI). Hal ini terjadi karena masih adanya tanggapan, bahwa uang dikuasai hanya merupakan bagian dari likuiditasi perbankan. Sejak tahun 1976 presentase uang kuartal yang beredar (48,7%) lebih kecil daripada presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%).


Sehingga mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor moneter Indonesia juga mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses pengendalian jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya moneterisasi dalam kegiatan perekonomian subsisten, akibatnya memberikan kecenderungan meningkatnya laju inflasi.


Menurut data yang dihimpun dalam Laporan Bank Dunia menunjukan laju pertumbuhan rata-rata jumlah uang beredar di Indonesia pada periode tahun 1980-1992 relatif tinggi jika dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN lainnya (kecuali Filipina).kenaikan jumlah uang beredar di Indonesia pada tahun 1970-an sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit likuiditas dan defisit anggaran belanja pemerintah. Pertumbuhan ini dapat merupakan efek langsung dari kebijakan Bank Indonesia dalam sector keuangan (terutama dalam hal penurunan reserve requirement).


  1. Defisit Anggaran Belanja Pemerintah

Seperti halnya yang umum terjadi pada Negara berkembang, anggaran belanja pemerintah Indonesia pun sebenarnya mengalami defisit, meskipun Indonesia menganut prinsip anggaran berimbang. Defisitnya anggaran belanja ini banyak sekali disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut keterangan struktural ekonomi Indonesia, yang acap kali menimbulkan kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk membangun.


Selama pemerintahan Orde lama defisit anggaran belanja ini acapkali di biaya dari dalam negeri dengan cara melakukan pencetakan uang baru, mengingat orientasi kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang inward looking policy, sehingga menyebabkan tekanan inflasi yang hebat, tetapi sejak era Orde Baru, defisit anggaran belanja ini di tutup dengan pinjaman luar negeri yang nampaknya relatif aman terhadap tekanan inflasi.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : 7 Pengertian Ekonometrika Menurut Para Ahli Lengkap


Dalam era pemerintahan Orde baru, kebutuhan terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi yang telah dicanangkan sejak Pembangunan Jangka Panjang, menyebabkan kebutuhan dana untuk melakukan pembangunan sangat besar. Dengan mengingat bahwa potensi mobilisasi dana pembangunan dari masyarakat (baik dari sektor tabungan masyarakat maupun pendapatan pajak) di dalam negeri pada saat itu yang sangat terbatas (belum berkembang), juga kemampuan sector swasta yang terbatas dalam melakukan pembangunan, menyebabkan pemerintah harus berperan sebagai motor pembangunan.


Hal ini menyebabkan pos pengeluaran APBN menjadi lebih besar daripada penerimaan rutin. Artinya, peran pengeluaran pemerintah dalam investasi tidak dapat di imbangi dengan penerimaan, sehingga menimbulkan kesenjangan antara pengeluaran dan penerimaan Negara, atau dapat dikatakan telah defisit struktural dalam keuangan Negara.


Pada saat terjadinya oil booming, era tahun 70-an, pendapatan pemerintah di sector migas meningkat pesat, sehingga jumlah uang primer pun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan kemampuan pemerintah untuk berekspansi investasi di dalam negeri semakin meningkat. Dengan kondisi tingkat pertumbuhan produksi domestic yang relatif lebih lamban akibat kapasitas produksi nasional yang masih berada dalam keadaan under-employment, peningkatan permintaan (investasi) pemerintah menyebabkan terjadi relokasi sumberdaya dari masyarakat ke pemerintah, seperti yang terkonsep dalam analisis Keynes tentang inflasi.


Hal inilah yang menyebabkan timbulnya tekanan inflasi. Tetapi, sejak berubahnya orientasi ekspor Indonesia ke komoditi non migas, sejalan dengan merosotnya harga minyak bumi di pasar ekspor (sejak 1982), menyebabkan kemampuan pemerinntah untuk membiayai pembangunan nasional semakin berkurang pula, sehingga pemerintah tidak dapat lagi mempertahankan posisinya sebagai penggerak (motor) pembangunan.


Dengan kondisi seperti ini, menyebabkan secara bertahap peran sebagai penggerak utama pembangunan nasional, dengan demikian sumber tekanan inflasi pun beralih dari pemerintah ke non pemerintah (swasta). Tekanan inflasi pada periode ini lebih di sebabkan oleh meningkatnya tingkat agresifitas sektor swasta dalam melakukan ekspansi usaha, yang didukung oleh perkembangan sektor perbankan yang semakin ekspansif pula.


Dengan kondisi sumberdaya modal domestic yang masih saja relatif terbatas, maka pinjaman luar negeri yang sifatnya komersial maupun non komersial pun semakin meningkat. Peran pemerintah ini dapat dimaklumi karena kemampuan swasta nasional dalam pembangunan infrastruktur ekonomi masih sangat terbatas.


Siklus Ekonomi Indonesia

Berikut ini terdapat beberapa siklus ekonomi di indonesia, terdiri atas:


1. Periode 1969-1995

Terdiri atas:


  • Indikator PDB Riil

Bila menggunakan data PDB riil bertahun dasar 1990, perekonomian Indonesia selama 1969-1994 terus mengalami pertumbuhan, dalam arti selama PJP I perekonomian Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif). Selama PJP I pemerintah dapat mempertahankan pertumbuhan jangka panjang. Hal ini yang menyebabkan selama PJP I, PDB riil menjadi sekitar 6 kali lipat.


  • Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan indikator pertumbuhan ekonomi dapat disimpulkan bahwa selama PJP I mengalami fluktuatif tingkat pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat fluktuatif disebabkan perekonomian Indonesia sangat tergantung kepada kondisi eksternal. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 1970-an, khususnya 1971-1973 disebabkan  naiknya harga minyak bumi, yang meningkatkan penerimaan ekspor migas (oil boom). Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang rendah terutama pada periode 1982, disebabkan perekonomian mengalami resesi.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Neraca Adalah


2. Periode 1990-an

Memasuki tahun 1990-an perekonomian Indonesia kembali menikmati pertumbuhan tinggi. Tingkat pertumbuhan yang tinggi ini menyebabkan selama 7 tahun pertama periode 1990-an, PDB riil hamper menjadi dua kali lipat yaitu dari RP 263 triliun di tahun 1990 menjadi RP 434 triliun di tahun 1997.


3. Krisis Ekonomi 1998

Selama periode 1990an, resesi terjadi pada triwulan pertama dan kedua 1998. Resesi ini menandai dimulainya krisis ekonomi Indonesia, setelah diawali krisis nilai tukar rupiah pertengahan tahun 1997. Memasuki tahun 1999 perekonomian tidak mengalami penurunan output lagi, sedangkan tahun 2000 output sudah mulai tumbuh kembali. Namun tingkat pertumbuhan masih di bawah rata-rata 1990-1999.


Krisis ekonomi Indonesia merupakan konsekuensi dari mekanisme pasar yang ditempuh pemerintah. Risiko dari mekanisme pasar adalah kegagalan pasar (market failure), yang disebebkan ketidaksempurnaan informasi (imperfect information) dan penyimpangan moral (moral hazard) para pelaku ekonomi.


Daftar Pustaka:

  1. Pambudi, Eko Wicaksono.2013. Jawa Tengah; Analisis pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi (kabupaten/kota di provinsi Jawa tengah.
  2. Pdf Chapter 1 Jurnal Skripsi Universitas Sumatra Utara.

Demikian Pembahasan Tentang Siklus Ekonomi Indonesia – Pengertian, Anatomi, Durasi dan Faktor Semoga Bermanfaat Buat Para Sahabat Setia Dosenpendidikan.Com 😀