Gambar Dataran Rendah

Dataran rendah adalah hamparan luas tanah dengan tingkat ketinggian yang di ukur dari permukaan laut adalah relatif rendah (sampai dengan 200 m dpl). Istilah ini diterapkan pada kawasan manapun dengan hamparan yang luas dan relatif datar yang berlawanan dengan dataran tinggi.

Suhu udara di dataran rendah, khususnya untuk wilayah Indonesia berkisar antara 23 derajat Celsius sampai dengan 28 derajat Celsius sepanjang tahun. Kondisi wilayah yang datar mamudahkan manusia untuk beraktivitas dalam menjalankan kebidupannya. Di Indonesia daerah dataran rendah merupakan daerah yang penuh dengan kedinamisan dan kegiatan penduduk yang sangat beragam.

Sebagian besar penduduk lebih memilih bertempat tinggal di dataran rendah. Terlebih wilayah ini memiliki sumber air yang cukup. Daerah dataran rendah cocok dijadikan wilayah pertanian, perkebunan peternakan, kegiatan, industri, dan sentraLokasi yang datar, menyebabkan pengembangan daerah dapat dilakukan seluas mungkin. Pembangunan jalan raya dan jalan tol serta kelengkapan sarana transportasi ini telah mendorong daerah dataran rendah menjadi pusat ekonomi penduduk.-sentra bisnis.

Karakteristik

Pada umumnya dataran rendah akan banyak ditempat oleh penduduk bahkan dapat dijadikan sebagai tempat tinggal hewan. Selain itu dataran rendah dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, perkebunan dan lain sebagainya. Berbeda dengan dataran tinggi, dataran rendah ini memiliki suhu yang cukup tinggi yang berkisar 28-35 derajat Celcius, bahkan ada wilayah di Indonesia yang suhunya mencapai 40 derajat Celcius. Perlu diingat bahwa tidak semua dataran rendah memiliki suhu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, karena hal tersebut pada dasarnya tergantung dari kondisi lingkungannya, apakah wilayah tersebut memiliki banyak pepohonan dan tanaman atau tidak ( baca : Pelestarian Lingkungan ).

Pemanfaatan

Dataran rendah juga memiliki banyak aliran sungai yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari seperti dapat digunakan sebagai sumber irigasi dalam pertanian, dapat dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak kincir angin tenaga pembangkit listrik dan lain sebagainya. Kebanyakan dari dataran rendah yang dimanfaatkan dalam bidang pertanian atau perkebunan adalah dijadikan sebagai perkebunan tebu, kelapa sawit dan coklat. Pemanfaatan dataran rendah ini saat ini banyak disalahgunakan, mengingat saat ini banyak sekali lahan persawahan yang digunakan untuk pembangunan gedung-gedung ataupun pabrik industri. Hal ini tentunya juga akan mempengaruhi hasil pertanian di Indonesia khususnya hasil beras.

Kondisi wilayah yang datar memudahkan manusia untuk beraktifitas dalam menjalankan kehidupannya. Di Indonesia daerah dataran rendah merupakan daerah yang penuh dengan kedinamisan dan kegiatan penduduk yang sangat beragam. Sebagian besar penduduk lebih memilih bertempat tinggal di dataran rendah. Terlebih jika wilayah ini memiliki sumber air yang cukup. Daerah dataran rendah cocok dijadikan wilayah pertanian, perkebunan, peternakan, kegiatan, industri, dan sentra-sentra bisnis.

Lokasi yang datar, menyababkan pengembangan daerah dapat dilakukan seluas mungkin. Pembangunan jalan raya dan jalan tol serta kelengkapan sarana transportasi ini telah mendornong daerah dataran rendah menjadi pusat ekonomi penduduk.

Keanekaragaman aktivitas pendududuk ini menunjukkan adanya heterogenitas mata pencaharian penduduk. Petani, pedagang, buruh, dan pegawai kantor adalah beberapa contoh mata pencaharian penduduk daerah dataran rendah.

Penduduk di daerah dataran rendah yang mengolah lahan pertanian memanfaatkan awal musim penghujan untuk pengolahan tanah pertanian. Hal ini karena kondisi lahan di daerah dataran rendah sangat bergantung dengan musim.

Seperti juga pada penduduk di daerah dataran rendah biasanya menggunakan pakaian yang tipis, karena suhu di daerah ini panas. Rumah-rumah di dataran rendah juga dibuat banyak ventilasinya dan atap dibuat dari genting tanah untuk mengurangi suhu yang panas ini.

Kemudahan transportasi dan banyaknya pusat-pusat kegiatan di daerah dataran rendah menarik penduduk untuk menetap disana. Oleh karena itu, penduduknya semakin bertambah dan kebutuhan tempat tinggal serta tempat usaha juga meningkat. Lahan-lahan seperti sawah dan hutan sebagai penyangga keseimbangan alam semakin berkurang digantikan oleh tumbuhnya bangunan bertingkat.

Semakin berkurangnya lahan-lahan penyangga ini mengakibatkan daerah resapan air berkurang sehingga timbul beberapa masalah seperti banjir di musim hujan dan kekeringan yang dahsyat di musim kemarau. Selain itu menimbulkan pula masalah-masalah sosial, seperti penganggguran, polusi, dan penyakit masyarakat lainnya.

Baca Juga : Karakteristik Benua Eropa

Di Indonesia, penduduk dan segala aktivitasnya hampir semuanya terpusat pada daerah-daerah dataran rendah. Kota-kota besar yang ada, hampir semuanya terletak di daerah dataran rendah sehingga jumlah penduduk pun biasanya lebih besar dibandingkan daerah lainnya.

Ciri-Ciri Dataran Rendah

Adapun ciri dataran rendah diantaranya adalah :

  1. Tanahnyarelatifdatar, memiliki ketinggian kurangdari 200 meter diatas permukaan laut.

  2. Tanah biasanya ditemukan disekitar pantai, tetapi ada juga yang ditemukan di daerah pedalaman.

  3. Terjadinya akibat proses sedimentasi. Di Indonesia sendiri dataran rendah terjadi akibat sedimentasi sungai.

  4. Tanahnya lebih subur dan banyak ditempati penduduk jika dibandingkan dengan daerah pegunungan.

  5. Memiliki tekanan udara yang lebih tinggi dari pada daerah pegunungan.

Gambar Dataran Rendah

Hutan Dataran Rendah

Hutan dataran rendah merupakan hutan yang tumbuh di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 – 1200 m. Hutan hujan tropis yang ada wilayah Dangkalan Sunda seperti di Pulau Sumatera, dan Pulau Kalimantan termasuk hutan dataran rendah.

Baca Juga : Pengertian Ekstrusi Dan Intrusi Magma Dalam Bidang Ilmu Geografi

Formasi vegetasi hutan alam yang ada di Taman Nasional Alas Purwo sebagian besar terdapat pada zona inti, yaitu kawasan bagian timur dan sebagian kecil pada zona rimba yang terletak di bagian selatan timur kawasan dan tengah kawasan (sebelah timur zona penyangga).

Jenis-jenis vegetasi pohon dominan di formasi vegetasi ini antara lain: kepuh (Sterculia foetida), bendo (Artocarpus elastica), kedawung (Parkia roxburghii), kemiri (Aleurites moluccana), beringin (Ficus benjamina), kedondong hutan (Spondias pinnata).

Hutan dataran rendah di Zona Inti Taman Nasional Alas Purwo

  • Hutan Dataran Rendah (lowland forest)

Hutan dataran rendah merupakan hutan yang tumbuh di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 – 1200 m. Hutan hujan tropis yang ada wilayah Dangkalan Sunda seperti di Pulau Sumatera, dan Pulau Kalimantan termasuk hutan dataran rendah.

Baca Juga : Pengertian SIG

Hutan dataran rendah Sumatera memiliki keanekaragaman hayati yang terkaya di dunia. Sebanyak 425 jenis atau 2/3 dari 626 jenis burung yang ada di Sumatera hidup di hutan dataran rendah bersama dengan harimau Sumatera, gajah, tapir, beruang madu dan satwa lainnya. Selain itu, di hutan dataran rendah Sumatera juga ditemukan bunga tertinggi di dunia (Amorphophallus tittanum) dan bunga terbesar di dunia (Rafflesia arnoldi).

Hutan dataran rendah Sumatera memiliki keanekaragaman hayati yang terkaya di dunia. Sebanyak 425 jenis atau 2/3 dari 626 jenis burung yang ada di Sumatera hidup di hutan dataran rendah bersama dengan harimau Sumatera, gajah, tapir, beruang madu dan satwa lainnya. Selain itu, di hutan dataran rendah Sumatera juga ditemukan bunga tertinggi di dunia (Amorphophallus tittanum) dan bunga terbesar di dunia (Rafflesia arnoldi).

  • Hutan Hujan Dataran Rendah Sumatera

Hutan merupakan satu kesatuan ekosistem penyangga kehidupan yang di dalamnya hidup berbagai flora dan fauna yang saling berinteraksi membentuk keseimbangan kehidupan hayati. Bagi bangsa Indonesia, hutan merupakan salah bentuk ekosistem penting, selain terumbu karang, yang didalamnya terdapat keanekaragaman hayati yang tinggi. Untuk ekosistem hutan, hutan hujan dataran rendah Sumatera merupakan salah satu ekosistem terpenting di dunia karena secara topografis menghubungkan dua tipe ekosistem hutan lainnya yaitu hutan pantai dan hutan dataran tinggi dan terutama karena memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.

Berbagai jenis burung dan mamalia besar hidup di hutan dataran rendah Sumatera. Untuk jenis burung saja pada hutan dataran rendah Sumatera terdapat 425 dari 626 jenis burung yang hidup di hutan hujan Sumatera. Jenis-jenis burung tersebut antara lain adalah rangkong papan (Buceros bucornis),sempidan Sumatera (Lophura inornata), srigunting Sumatera (Dicrurus sumatranus), dan Bondol tunggir-putih (Lonchura striata).

Selain itu Sumatera juga merupakan habitat bagi jenis-jenis mamalia besar yang tidak dijumpai di wilayah lain seperti harimau Sumatra (Panthera tigris), gajah (Elephas maximus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), beruang madu (Helarctos malayanus) dan Tapir (Tapirus indicus). Keanekaragaman hayati yang tinggi yang dimiliki oleh hutan dataran rendah Sumatera, menempatkan hutan Sumatera menjadi salah satu ekosistem terpenting di dunia.

Namun hutan dataran rendah Sumatera mengalami penyusutan yang sangat drastis. Saat ini, hutan dataran rendah yang tersisa hanya seluas 500.000 hektar dari 16.000.000 hektar di tahun 1900. Kondisi ini utamanya disebabkan oleh semakin meningkatnya aktivitas penebangan kayu (baik yang legal maupun ilegal), pembukaan lahan hutan dan peralihan fungsi kawasan hutan untuk penggunaan lain. Dengan laju penyusutan hutan yang tinggi ini, World Bank pada tahun 2000 memperkirakan bahwa hutan dataran rendah Sumatera akan habis dalam waktu yang sangat dekat jika tidak ada tindakan segera untuk menyelamatkannya.

Baca Juga : Pengertian Dan Klasifikasi Palung, Teluk Serta Danau Akibat Peristiwa Alam

Sebagian besar spesies tumbuhan endemis Sumatera ditemukan di hutan-hutan dataran rendah yang berada di bawah 500 meter, meskipun sampai saat ini baru sekitar 15% dari keseluruhannya yang telah tercatat. Hutan primer Sumatera yang masih tersisa hanyalah kurang dari 40%. Tingkat penebangan hutan saat ini rata-rata sebesar 2,5% per tahun, dan yang terparah terjadi di daerah dataran rendah dan hutan-hutan perbukitan yang kaya akan spesies. Para ilmuwan memprediksikan bahwa semua hutan tropis dataran rendah Sumatera akan lenyap di tahun 2005.

  • Hutan Dataran Rendah Sumatera dan Manfaatnya

Seperti telah disebutkan sebelumnya, hutan dataran rendah adalah hutan yang berada di bawah ketinggian 1000 meter dpl. Hutan kering dataran rendah adalah kawasan hutan yang berada di ketinggian di bawah 1000 m dpl dan tidak tergenang air. Berdasarkan interpretasi citra satelit Sumatera tahun 2000, tutupan hutan kering dataran rendah yang masih tersisa saat ini antara lain sebagian besar berada di Provinsi Jambi, Riau, dan Sumatera Selatan yang terbagi dalam:

  • Provinsi Jambi

Kelompok hutan Bukit Tigapuluh, Bukit Panjang – Bukit Siguntang, Bukit Bakar – Bukit Gajah, Bukit Duabelas, Batang Asai, Pelepat, dan Bukit Bahar – Tajau Pecah.

  • Provinsi Sumatera Selatan

Kelompok hutan Dangku – Meranti, Benakat, Gumai Pasemah, Musi Rawas.

  • Provinsi Riau

Kelompok hutan Bukit Tigapuluh, Air Sawan – Teso Nilo, Bukit Rimbang Baling, Peranap.

Hutan dataran rendah Sumatera memiliki beragam manfaat baik secara langsung maupun tak langsung. Manfaat langsung dari hutan dataran rendah yang saat ini sudah secara langsung dirasakan adalah manfaat kayu dan hasil hutan non kayu seperti rotan, madu, dan lain-lain. Namun demikian pemanfaatan hasil hutan non kayu belum dikelola secara optimal terutama dari segi keberlanjutan produksi.

Manfaat tidak langsung hutan adalah yang belum dieksplorasi saat ini adalah jasa lingkungan. Pemanfaatan jasa lingkungan memiliki dampak yang positif terhadap ekosistem karena tidak melakukan ekstraksi hasil hutan. Hutan dataran rendah Sumatera berperan besar dalam menjaga kestabilan iklim, menjaga tata air, penyerapan karbon dari udara dan sebagainya. Jasa lingkungan yang bisa dikembangkan dalam konsep pemanfaatan adalah ekowisata, olahraga tantangan, pemanfaatan air dan usaha penyelamatan hutan dan lingkungan.

Baca Juga : Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

  • Potensi Pengembangan

Situasi dimana kualitas ekosistem hutan dataran rendah, khususnya di Sumatera, semakin menurun menunjukkan perlunya sebuah pendekatan baru dalam upaya pengelolaan hutan. Pola pengelolaan hutan konvensional yang hanya berorientasi pada potensi kayu semata sudah perlu ditunjau kembali. Oleh karena kondisi hutan dataran rendah Sumatera semakin memburuk, sudah saatnya dikedepankan upaya pemulihan ekosistem agar hutan dapat terus dimanfaatkan di masa depan.

Beberapa alternatif pemanfaatan hutan dengan prinsip mengedepankan pemulihan ekosistem adalah ekowisata dan eduwisata yang mengkombinasikan pendidikan dan wisata alam bebas. Keanekaragaman hayati di hutan dataran rendah yang telah diarahkan sebagai lokasi restorasi ekosistem dapat menjadi obyek wisata yang menarik. Dan oleh karena program restorasi ekosistem merupakan yang pertama di Indonesia, bahkan di dunia, maka kegiatan eduwisata akan menjadi hal yang sangat menarik untuk dikembangkan di dalam kawasan ini.

  • Restorasi Ekosistem

Untuk menekan laju deforestasi berbagai upaya dilakukan pemerintah diantaranya melalui pemberantasan illegal logging. Selain itu pemerintah dalam hal ini Departemen Kehutanan baru-baru ini telah mengeluarkan sebuah pengelolaan hutan produksi baru yaitu melalui kegiatan restorasi ekosistem. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. SK.159/Permenhut-II/2004, Restorasi Ekosistem adalah upaya mengembalikan fungsi abiotik dan biotik dari hutan produksi sehingga tercipta keseimbangan hayati.

Restorasi Ekosistem di hutan produksi dicirikan dengan adanya jeda balak selama masa restorasi, dialakukannya kegiatan pengamanan ekosistem, penanaman dan pengayaan di kawasan hutan produksi yang produktif, kurang produktif dan tidak produktif. Berdasarkan itu maka pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan hutan produksi, dalam hal ini hutan dataran rendah Sumatera merupakan tujuan Restorasi Ekosistem, pemanfaatan hutan dalam masa pemulihan adalah berdasarkan pada keseimbangan antara ekologi, ekonomi, dan tanggung jawab sosial yang didukung oleh unsur transparansi dan partisipasi oleh para pihak.

Melalui surat keputusan menteri kehutanan No. SK.83/Menhut-II/2005 telah diarahkan kelompok hutan sungai Meranti sungai Kapas di provinsi Jambi dan provinsi Sumatera Selataan seluas ± 101.355 hektar untuk arahan lokasi restorasi ekosistem di kawasan hutan produksi.

Kawasan yang telah diarahkan sebagai lokasi restorasi ekosistem ini dikelilingi oleh kawasan yang telah terokupasi dalam bentuk perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman, dan hutan alam produksi. Walaupun demikian, kawasan hutan ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan potensi regenerasi yang memungkinkan untuk dapat pulih. Pada kawasan ini hidup 235 jenis burung atau setengah dari jenis burung yang hidup di hutan dataran rendah Sumatera.

Setidaknya terdapat 8 jenis rangkong dari 10 jenis yang hidup di pulau Sumatera, diantaranya adalah rangkong gading (Buceros vigil), rangkong badak (Buceros rhinoceros) dan kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus) yang kesemuanya termasuk jenis yang terancam dan dilindungi oleh Pemerintah Indonesia.

Disamping itu juga hidup burung-burung endemik seperti sempidan Sumatera (Lophura inornata), dan srigunting Sumatera (Dicrurus sumatranus). Bukan hanya itu, 5% dari perkiaan populasi harimau Sumatera yang tersisa saat ini diketahui hidup di dalam kawasan hutan ini bersama-sama dengan gajah Sumatera, tapir, beruang madu, simpai, dan berbagai jenis mamalia besar lainnya. Berdasarkan hasil survey keanekaragaman hayati yang dilakukan BirdLife Indonesia sejak tahun 2002, selain 235 jenis burung dan 40 jenis mamalia, berhasil diidentifikas 33 jenis reptil dan 25 jenis amfibia. Oleh karena itu kawasan ini menjadi surga keanekaragaman hayati yang terisolasi.

Didasari oleh tingginya keanekaragaman hayati dan semakin cepatnya laju degradasi hutan dataran rendah Sumatera, Konsorsium BirdLife yang terdiri dari BirdLife Indonesia, BirdLife International dan Royal Society for the Protection of Birds mendukung dan terus-menerus mendorong terlaksananya kegiatan restorasi ekosistem ini.

Baca Juga :  Pengertian, Penyebab, Dampak Negatif, Dan Penyebab Pencemaran Tanah

Konsorsium ini telah menandatangani pernyataan dukungan terhadap kegiatan restorasi ekosistem dan berkomitmen untuk menyediakan bantuan teknis serta pendanaan melalui perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dengan kegiatan restorasi ekosistem di hutan produksi di Provinsi Sumatera Selatan. Dengan dukungan kemitraan dan keanggotaan yang besar dari ketiga organisasi yang bergerak di bidang pelestarian burung dan habitatnya ini, Konsorsium BirdLife yakin bahwa restorasi ekosistem dapat berhasil dijalankan di Indonesia dan akan menjadi harapan bagi hutan hujan dataran rendah Sumatera untuk selamat dari ancaman kepunahan.

Vegetasi hutan dataran rendah memiliki keunikan tersendiri. Dua karakteristik utama yang membedakan hutan dataran rendah dengan bioma terestrial lainnya adalah tingginya kerapatan jenis pohon dan status konservasi tumbuhannya yang hampir sebagian besar dikategorikan jarang secara lokal (Clark et al., 1999).

Komposisi jenis dan keanekaragaman tumbuhan di hutan tergantung pada beberapa faktor lingkungan seperti kelembaban, nutrisi, cahaya matahari, topografi, batuan induk, karateristik tanah, struktur kanopi dan sejarah tataguna lahan (Hutchincson et al., 1999). Vegetasi hutan dataran rendah dapat ditemukan di Cagar Alam Tangkoko, yang secara administratif terletak di wilayah Desa Batuputih, Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi Utara. Secara umum kawasan ini mempunyai topografi dari landai sampai bergunung dengan ketinggian sampai 1.109 m dpl, mulai dari hutan dataran rendah, hutan pegunungan dan hutan lumut. Puncak Gunung Tangkoko memiliki diameter ±1 km.

Menurut Schmidt dan Ferguson, kawasan ini mempunyai curah hujan 2.500-3.000 mm/tahun, temperatur rata-rata 200C-250C, dengan musim kemarau pada bulan April-November. Kawasan ini ditunjuk sebagai salah satu cagar alam oleh Pemerintah Belanda melalui GB No. 6 Stbl. 90 tanggal 12 Pebruari 1919 dengan luas 3.196 ha. Secara geografis kawasan ini terletak pada 12503’-125015’ BT dan 103’-1034’ LU karena memiliki tipe ekosistem yang beragam dari vegetasi pantai hingga pegunungan dan memiliki beberapa satwa endemik seperti tangkasi (Tarsius spectrum), yaki/monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) dan burung rangkong (Rhyticeros cassidix), air terjun dan sumber air panas (Cenderawasih dkk., 2005). Suatu vegetasi terbentuk oleh adanya kehadiran dan interaksi dari beberapa jenis tumbuhan di dalamnya. Salah satu bentuk interaksi antar jenis ini adalah asosiasi.

Asosiasi adalah suatu tipe komunitas yang khas, ditemukan dengan kondisi yang sama dan berulang di beberapa lokasi. Asosiasi dicirikan dengan adanya komposisi floristik yang mirip, memiliki fisiognomi yang seragam dan sebarannya memiliki habitat yang khas (Daubenmire, 1968; Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974; Barbour et al., 1999).

Asosiasi terbagi menjadi asosiasi positif dan asosiasi negatif. Asosiasi positif terjadi apabila suatu jenis tumbuhan hadir secara bersamaan dengan jenis tumbuhan lainnya dan tidak akan terbentuk tanpa adanya jenis tumbuhan lainnya tersebut. Asosiasi negatif terjadi apabila suatu jenis tumbuhan tidak hadir secara bersamaan (McNaughton dan Wolf, 1992). Studi yang telah dilakukan di kawasan ini pada umumnya mengenai penelitian satwa seperti tarsius dan yaki, sebaliknya informasi tentang keanekaragaman flora masih jarang ditemukan. Oleh karena itu, studi vegetasi di kawasan ini sangat perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai tingkat dominasi dan asosiasi tumbuhan yang berada di kawasan hutan dataran rendah di bagian utara CA Tangkoko.

Tercatat 93 jenis pohon di kawasan hutan dataran rendah CA Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara, yang terdiri atas 58 marga; 38 suku tumbuhan serta 7 jenis tergolong ke dalam kelas pohon dewasa dan 86 jenis termasuk kelas tiang. Palaquium sp. merupakan jenis pohon yang mendominasi dengan Indeks Nilai Penting sebesar 21,05.Cananga odorata dan Dracontomelon dao adalah jenisjenis tumbuhan yang mendominasi di lokasi penelitian setelah Palaquium sp. Terdapat 1 pasangan jenis berasosiasi secara positif di antara 7 jenis pohon dominan di hutan dataran rendah CA Tangkoko yaitu C. odorata dengan kayu kapur. Umumnya pasangan jenis dominan lainnya berasosiasi negatif.

Dataran Tinggi

Wilayah Indonesia pada daerah dataran tinggi memiliki system pegunungan yang memanjang dan masih aktif. Relief dataran dengan banyaknya pegunungan dan perbukitan, menyebabkan Indonesia memiliki kesuburan tanah vulkanik, udara yang sejuk, dan alam yang indah.

Dataran tinggi biasanya dijadikan sebagai daerah tangkapan air hujan (catchment area). Selain dapat memenuhi kebutuhan air tanah di wilayah sekitar, daerah tangkapan air hujan dapat mencegah terjadinya banjir pada daerah bawah. Dataran tinggi yang ditumbuhi pepohonan besar dengan kondisi hutan yang masih terjagaberfungsi mencegah erosi, digunakan sebagai suaka margasatwa, cagar alam, atau bahkan tempat wisata.

Namun sayangnya, penebangan liar tanpa memperhatikan upaya penanaman kembali dan usaha konservasi lahan sering menimbulkan bencana bagi penduduk di sekitarnya. Pembangunan vila dan pemukiman di daerah pegunungan juga telah mengurangi area resapan air. Dapat ditebak pada akhirnya dapat menyebabkan banjir. Seperti terjadi di Jakarta yang selalu mendapat kiriman air banjir dari Bogor.

Setiap pergantian musim, kita sering dihadapkan pada bencana. Banjir pada musim penghujan dan bencana kekeringan setiap musim kemarau. Kita juga sering mengalami bencana tanah longsor, kebakaran hutan, dan bencana lain diakibatkan kerusakan kawasan hutan lindung atau hutan konservasi pada daerah hulu.

Relief daratan dengan banyak pegunungan dan perbukitan, tanah yang subur, dan udara yang sejuk sangat dinikmati penduduk yang kegiatan utamanya di bidang pertanian. Sebagian besar penduduk juga masih banyak tergantung pada alam dan memanfaatkan hasil dari alam. Penduduk daerah pegunungan juga banyak yang memanfaatkan suhu udara yang dingin untuk menanam sayuran dan tanaman perkebunan. Selain itu, relief daratan yang demikian juga memiliki potensi menjadi daerah pariwisata. Beberapa kawasan yang dijadikan tempat kegiatan wisata alam dan memberikan penghasilan penduduk sekitarnya adalah kawasan Puncak di Bogor, Kaliurang di Yogyakarta, Lembang bandung, dan Batu Malang.

Pada wilayah dataran tinggi, suhu udara jauh lebih dingin dibandingkan dengan dataran rendah maupun daerah pantai. Tingkat kelembapan udara dan curah hujan yang berlangsung juga cukup tinggi. Oleh karena itu, penduduk yang tinggal di daerah tersebut biasanya mempunyai pola makan dan cara berpakaian yang berbeda dengan daerah lainnya. Untuk menghangatkan tubuhnya mereka banyak mengkomsumsi makanan yang hangat dan lebih tertutup dalam cara berpakaian .

Jika kamu pernah berkunjung ke daerah pegunungan yang dingin maka akan kamu jumpai bentuk rumah yang berbeda dengan daerah pantai. Suhu yang dingin dan intensitas matahari sedikit menyebabkan rumah di daerah ini berventilasi sedikit dan atapnya terbuat dari seng. Ventelasi yang sedikit mengakibatkan udara dingin tidak masuk ke dalam rumah. Atap terbuat dari seng agar panas matahari yang diterima dapat disimpan dan dapat menghangatkan bagian dalamnya.

Pola pemukiman penduduk sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi dan tingkat kesubuan tanah. Pola pemukiman penduduk di daerah dataran tinggi biasanya menyebar mengikuti lereng dan mengelompokan pada daerah yang mempunyai lahan subur dan relatif datar.

Ciri-Ciri Dataran Tinggi

Adapun ciri-ciri dataran tinggi diantaranya adalah

  1. Beriklim Sejuk

  2. Pertanian Dibuat Terasering

  3. Memiliki Udara Yang Kering

  4. JarangTurunHujan

  5. MemilikiAmplitudo

  6. Memiliki Kelembapan Udara Nisbi Sangat Rendah

Pegunungan

Seperti yang ktia ketahui bahwa pegunungan merupakan wilayah yang berada di ketinggian 700 mdpl. Pegunungan sendiri terdiri atas rangkaian dari gunung-gunung yang berjajar lurus yang memiliki tinggi atau luas yang hampir sama antara satu dengan yang lainnya.

Jika dilihat, pegunungan memang lebih tinggi dari dataran tinggi, sehingga suhu di pegunungan tentunya lebih dingin dibandingan wilayah dataran tinggi ataupun dataran rendah dan tentunya pemandangan alam yang disuguhkan tidak kalah jauh. Adapun pemanfatan dari pegunungan diantaranya adalah :

  • dapat dimanfaatkan untuk wisata alam ataupun camp di bagian puncaknya

  • dapat dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan seperti teh dan kopi

  • dapat dimanfaatkan untuk tempat tumbuh dan berkembangnya tumbuhan langka serta sebagai tempat perlindungan bagi hewan langka agar keduanya dapat terlindungi ( baca : Cara Melestarikan Flora dan Fauna ).

Secara umum wilayah Indonesia sendiri dilewati oleh jalur pegunungan dunia, yaitu rangkaian pegunungan sirkum Pasifik dan rangkaian pegunungan sirkum Mediterania. Hal inilah yang menjadikan wilayah Indonesia memliki banyak gunung berapi yang masih aktif.

Demikian penjelasan artikel diatas tentang Gambar Dataran Rendah – Pengertian, Ciri, Manfaat, Contoh semoga bisa bermanfaat bagi pembaca setia kami.