Cerpen Adalah

Cerpen atau cerita pendek dalam cerpen memiliki unsur-unsur dan ciri-ciri cerpen yang memudahkan kita untuk mengetahui bahwa ini cerpen dan memudahkan kita dalam membedakan bahwa ini benar-benar cerpen dan ini hanya cerita biasa yang terkadang sulit untuk membedakannya.

Cerpen Adalah

Oleh karena itu untuk pertama-tama kita membahas pengertian cerpen, cerpen merupakan cerita yang wujudnya fisiknya berbentuk pendek. Untuk dapat kita mengetahui lebih jelas mari kita liha penjelasan cerpen karna dalam pengertian cerpen serasa masih belum begitu jelas, nah untuk lebih jelasnya simak dibawah ini.

Untuk penjelasan cerpen yakni ukuran panjang-pendeknya suatu cerita memang relative, akan tetapi pada umumnya, cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepeuluh menit atau setengah jam. Untuk jumlah katanya sekitar 500-5.000 kata. Olah karena itu, cerita pendek sering diungkapkan sebagai cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk. Cerita pendek pada umumnya bertema sederhana, jumlah tokohnya pun terbatas. Untuk jalan ceritanya pun sederhana dan latarnya meliputi ruang lingkup yang terbatas.


Pengertian Cerpen

Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.


Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.


Makna Cerpen

Cepen dengan judul Cinta Sesaat ini bermakna bahwa dalam menjalin suatu persahabatan jangan di campuri dengan rasa cinta yang sesaat karena dapat menyebabkan rasa sakit dalam hati yang menyebabkan rusaknya persahabtan dan dalam mengambil keputusan harus di pertimbangkan dahulu baik buruknya untuk ke depannya.


Sejarah Cerpen

Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama, dengan irama yang berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.


Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon dianggap oleh sejarahwan Yunani Herodotussebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia seringkali, diartikan sebagai cerita tentang binatang sebagai pemeran(tokoh) utama. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.


Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau Mitos lebih mengarah pada cerita yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung pengertian sebagai sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat. Contoh Banyuwangi.


Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan dalam Gesta Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger de Coverley diterbitkan.


Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita tertulis pada awal abad ke-14, terutama sekali dengan terbitnya karyaGeoffrey Chaucer Canterbury Tales dan karya Giovanni Boccaccio Decameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek yang terpisah (yang merentang dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang dikarang dengan baik), yang ditempatkan di dalam cerita naratif yang lebih besar (sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari cerita-cerita pendek yang paling populer di Eropa adalah “novella” kelam yang tragis karya Matteo Bandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya). Pada masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-cerita pendek.


Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan novel pendek yang diperhalus, “nouvelle”, oleh pengarang-pengarang sepertiMadame de Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradisional mulai diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah karya Charles Perrault). Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu Malam karya Antoine Galland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada 1710–12) menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita pendek Eropa karya Voltaire, Diderot dan lain-lainnya padaabad ke-18.


Ciri-Ciri Cerpen

Dengan membaca penjelasan cerpen seperti yang ada diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan telah menguraikan didapatkan ciri-ciri cerpen sebagai berikut :

  • Alurnya lebih sederhana.
  • Tokohnya hanya sedikit.
  • Latar hanta dilukiskan sesaat dan dalam lingkup yang relatif terbatas.
  • Terdiri atas 3 halaman sampai 10 halaman.
  • Habis dibaca dalam sekali duduk.
  • Hanya ada satu plot atau alur.
  • Watak dan tokoh diterangkan atau diceritakan secara singkat.
  • Banyaknya tokoh terbatas atau kurang.

Unsur-Unsur Cerpen

Dalam cerpen dibangun oleh berbagai macam unsur, unsur dalam cerpen dibagi menjadi 2 yaitu Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik, nah untuk lebih jelasnya dari masing-masing unsur tersebut simak ulasannya berikut ini.


Unsur Instrinsik

Unsur Instrinsik ialah unsur pembangun cerita yang berasal dari dalam cerita itu sendiri, berikut macam-macam unsur Instrinsik.


  • Tema

Tema yakni titik tolak pengarang dalam menyusun sebuah cerita, pengarang menentukan tema sebelum mengarang pembaca menemukan tema setelah membaca seluruh cerita.


  • Alur/Plot

Alur/Plot merupakan rangkaian kejadian peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat. Jenis alur : alur maju, alur mundur dan alur campuran. Untuk tahap alur yaitu :

  • Pengenalan situasi cerita/permulaan/exposition.
  • Pengungkap peristiwa ( complication ).
  • Menuju pada adanya konflik ( rising action ).
  • Tahap perumitan.
  • Tahap puncak konflik ( klimaks ).
  • Tahap peleraian.
  • Tahap penyelesaian.

  • Tokoh

Jenis-jenis tokoh :

  • Tokoh protagonis : mendukung cerita ( tokoh utama/baik ).
  • Tokoh antagonis : penentang cerita ( tokoh musuh/jahat ).
  • Tokoh tritagonis : tokoh pembantu, baik protagonis/antagonis.

Penokohan

Penokohan ialah, proses pengarang dalam menampilkan tokoh. Cara pengarang menampilkan perwatakan tokoh :

  • Ciri-ciri fisik tokoh
  • Percakapan antar pelaku
  • Lingkungan sosial
  • Gambar tempat tinggal tokoh
  • Pemaparan sifat tokoh

Kedudukan Tokoh

  • Orang pertama ; pelaku utama, pengarang sebagai pengamat tidak langsung, pengarang sebagai pengamat langsung.
  • Orang ketiga ; sudut pandang serba tahu, sudut pandang terarah.
  • Latar

  •  Latar tempat
  • Latar waktu
  • Latar suasana

  • Sudut Pandang ( Point Of View )

Ialah, cara pengarang menceritakan tokoh, ada 3 sudut pandang yaitu :

  • Sudut pandang orang pertama yakni aku atau saya.
  • Sudut pandang orang ketiga yakni ia, dia atau nama tokohnya.
  • Sudut pandang campuran yakni pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohnya.
  • Amanat

Ialah, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, baik tersurat maupun tersirat amanat disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita.


Unsur Ekstrinsik

Unsur Ekstrinsik ialah unsur yang tidak secara langsung melekat dan membangun cerita yang berasal dari luar, unsur ekstrinsik antara lain :

  • Latar belakang kehidupan pengarang
  • Kondisi zaman saat karya sastra itu diciptakan
  • Latar belakang kehidupan pengarang meliputi : tingkat pendidikan, profesi/pekerjaan, status sosial ekonomi, pandangan politik, kepercayaan/agama/faham yang dianut pengarang dan lain-lain. Dan keadaan zaman pada saat karya sastra diciptakan merujuk pada situasi politik dan tingkat peradaban masyarakat saat karya sastra itu diciptakan ( disarikan dari berbagai sumber ).

Cerita-Cerita Pendek Modern

Cerita-cerita pendek modern muncul sebagai genrenya sendiri pada awal abad ke-19. Contoh-contoh awal dari kumpulan cerita pendek termasuk Dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824–1826), Evenings on a Farm Near Dikanka (1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque and Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe dan Twice Told Tales (1842) karya Nathaniel Hawthorne. Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan majalah dan jurnal melahirkan permintaan pasar yang kuat akan fiksi pendek antara 3.000 hingga 15.000 kata panjangnya. Di antara cerita-cerita pendek terkenal yang muncul pada periode ini adalah “Kamar No. 6” karya Anton Chekhov.


Pada paruhan pertama abad ke-20, sejumlah majalah terkemuka, seperti The Atlantic Monthly, Scribner’s, dan The Saturday Evening Post, semuanya menerbitkan cerita pendek dalam setiap terbitannya. Permintaan akan cerita-cerita pendek yang bermutu begitu besar, dan bayaran untuk cerita-cerita itu begitu tinggi, sehingga F. Scott Fitzgerald berulang-ulang menulis cerita pendek untuk melunasi berbagai utangnya.


Permintaan akan cerita-cerita pendek oleh majalah mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-20, ketika pada 1952 majalah Lifemenerbitkan long cerita pendek Ernest Hemingway yang panjang (atau novella) Lelaki Tua dan Laut. Terbitan yang memuat cerita ini laku 5.300.000 eksemplar hanya dalam dua hari.


Sejak itu, jumlah majalah komersial yang menerbitkan cerita-cerita pendek telah berkurang, meskipun beberapa majalah terkenal seperti The New Yorker terus memuatnya. Majalah sastra juga memberikan tempat kepada cerita-cerita pendek. Selain itu, cerita-cerita pendek belakangan ini telah menemukan napas baru lewat penerbitan online. Cerita pendek dapat ditemukan dalam majalah online, dalam kumpulan-kumpulan yang diorganisir menurut pengarangnya ataupun temanya, dan dalam blog.


Unsur Dan Ciri Khas

Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.


Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya), komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik dan tokoh utama); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan moralnya.


Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi.


Seperti dalam cerita-cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik balik. Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk seni manapun, ciri khas dari sebuath cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya. Cerpen juga memiliki cerpen.


Contoh Cerpen


Cinta Sesaat

Matahari telah menyapa dunia, sinarnya yang begitu cerah membuat Rangga bersemangat untuk lewati harinya ini. Kapten basket ini segera mengambil sepeda motornya dan berangkat ke sebuah sekolah di Mojokerto. Rangga adalah seorang cowok yang terkenal keren. Banyak cewek yang suka dengan Rangga. Tapi, sampai saat ini Rangga belum mempunyai seorang cewek.Saat istirahat, Rangga dan teman satu genknya menuju lapangan basket. Seperti hari-hari biasanya mereka akan bertanding basket.


Dari lapangan itu, terlihat cewek yang duduk sendiri melihat Rangga dan teman satu genknya tersebut. Dan cewek itu pun tidak asing. Dia adalah Clara teman kecilnya Rangga. Setiap Rangga dan temannya bermain basket, Clara selalu duduk sendiri melihat permainan itu dengan senang. Suatu hari, setelah Rangga dan temannya selesai bermain basket. Tiba-tiba Clara menarik tangan Rangga dan membawanya ke suatu tempat. Dengan terpaksa Rangga tidak bisa melepaskan tangan Clara dan dia akhirnya berjalan mengikuti Clara. Mereka berdua terdiam, tak ada kata yang terucap waktu itu.


Clara menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba untuk mengatakan sesuatu. Tapi, dia merasa ada seseorang yang menahannya. Sulit untuk mengatakan apa yang akan dia katakan pada Rangga. Karena heran, terpaksa Rangga membuka keheningan itu. “Ra, sebenernya kita di sini mau ngapain sih? Kamu mau ngomong sesuatu ta? Kalau iya, ngomong aja, nggak apa-apa.” Tanya Rangga heran. “Eeee… iya, aku mau ngomong sesuatu.. tapi… ehmm …. gimana ya, ngomongnya..” Clara pun menjadi gugup. “kalau gak ngomong ya udah, aku balik ke kelas.” Kata Rangga sambil berjalan pergi. Tiba-tiba Clara menghentikan langkah Rangga dan akhirnya dia menyatakan cintanya pada Rangga. Clara pun terdiam dan menutup matanya. Rangga yang ada di depan Clara itu tersentak kaget.


Sejenak kemudian Clara memberanikan diri untuk bicara pada Rangga. “Kamu mau nggak, jadi cowokku?” tanya Clara serius dengan malu-malu. Spontan Rangga langsung jawab “ya”. Padahal sebenarnya Rangga nggak suka sama Clara, tapi entah kenapa. Langsung tanpa difikirkan matang-matang, Rangga nrima cinta Clara. Mendengar jawaban dari Rangga tadi, Clara sangat senang dan lansung berlari meninggalkan Rangga.


Memang Clara seorang cewek, tapi dia udah nggak tahan lagi saking cintanya sama rangga. Akhirnya dengan terpaksa, dia mengungkapkan rasa hatinya itu pada Rangga. Hari-hari tlah berlalu. Rangga dan Clara telah melewatkan sepanjang hari bersama, meskipun Rangga nggak suka sama Clara. Mereka sudah jalan-jalan ke banyak tempat bersama. Akan tetapi suatu hari setelah Rangga jalan-jalan dengan Clara. Rangga langsung merenung dalam kamar. Rangga sudah mulai sadar atas perbuatannya itu. Dia nggak suka dengan Clara. Tapi, kenapa waktu itu dia spontan jawab “ya”.


Apabila Rangga memutuskan Clara, pasti dia akan nyakitin hati Clara. Rangga terus memikirkan hal tersebut. Setelah beberapa jam dia merenung. Rangga berfikir, dia nggak akan ambil jalan putus. Jika dia melakukannya, dia hanya akan melukai hati Clara yang mencintainya. “Mungkin, ini cuma cinta sesaatku dengan Clara.” Kata Rangga yakin. Suatu hari, seperti biasa. Mereka tampak kompak dan selalu bersama. Clara memang sangat mencintai Rangga.


Tapi, karena ada sesuatu yang mengganjal di hati Clara. Dia harus memutuskan Rangga. Mendengar keputusan Clara itu, Rangga hanya terdiam dan tidak terlalu memikirkan Clara, karena memang Rangga tidak mencintai Clara. Akan tetapi waktu itu, Clara menangis akan keputusannya itu. Memang benar yang Rangga katakan. Clara hanya cinta sesaat untuknya.


Piknik

Cerpen Agus Noor


Para pelancong mengunjungi kota kami untuk menyaksikan kepedihan. Mereka datang untuk menonton kota kami yang hancur. Kemunculan para pelancong itu membuat kesibukan tersendiri di kota kami. Biasanya kami duduk -duduk di gerbang kota m enandangi para pelancong yang selalu muncul berombongan mengendarai kuda, keledai, unta, atau permadani terbang dan juga kuda sembrani. Mereka datang dari segala penjuru dunia. Dari negeri -negeri jauh yang gemerlapan.


Di bawah langit senja yang kemerahan kedatangan mereka selalu terlihat bagaikan siluet iring -iringan kafilah melintasi gurun perbatasan, membawa bermacam perbekalan piknik. Berkarung -karung gandum yang diangkut gerobak pedati, daging asap yang digantungkan di punuk unta terlihat bergoyang -goyang, roti kering yang disimpan dalam kaleng, botol -botol cuka dan saus, biskuit dan telor asin, rendang dalam rantang —juga berdus -dus mi instan yang kadang mereka bagikan pada kami.


Penampilan para pelancong yang selalu riang membuat kami sedikit merasa t erhibur. Kami menduga, para pelancong itu sepertinya telah bosan dengan hidup mereka yang sudah terlampau bahagia. Hidup yang selalu dipenuhi kebahagiaan ternyata bisa membosankan juga. Mungkin para pelancong itu tak tahu lagi bagaimana caranya menikmati h idup yang nyaman tenteram tanpa kecemasan di tempat asal mereka. Karena itulah mereka ramai -ramai piknik ke kota kami: menyaksikan bagaimana perlahan -lahan kota kami menjadi debu. Kami menyukai cara mereka tertawa, saat mereka begitu gembira membangun tend a-tenda dan mengeluarkan perbekalan, lalu berfoto ramai -ramai di antara reruntuhan puing -puing kota kami. Kami seperti menyaksikan rombongan sirkus yang datang untuk menghibur kami.


Kadang mereka mengajak kami berfoto. Dan kami harus tampak menyedihkan da lam foto-foto mereka. Karena memang untuk itulah mereka mengajak kami berfoto bersama. Mereka tak suka bila kami terlihat tak menderita. Mereka menyukai wajah kami yang keruh dengan kesedihan. Mata kami yang murung dan sayu. Sementara mereka—sembari berdir i dengan latar belakang puing -puing reruntuhan kota — berpose penuh gaya tersenyum saling peluk atau merentangkan tangan lebar -lebar. Mereka segera mencetak foto -foto itu, dan mengirimkannya dengan merpati -merpati pos ke alamat kerabat mereka yang belum semp at mengunjungi kota kami.


Belakangan kami pun tahu, kalau foto -foto itu kemudian dibuat kartu pos dan diperjualbelikan hingga ke negeri -negeri dongeng terjauh yang ada di balik pelangi. Pada kartu pos yang dikirimkannya itu, para pelancong yang sudah meng unjungi kota kami selalu menuliskan kalimat -kalimat penuh ketakjuban yang menyatakan betapa terpesonanya mereka saat menyaksikan kota kami perlahan -lahan runtuh dan lenyap. Mereka begitu gembira ketika melihat tanah yang tiba -tiba bergetar. Bagai ada naga menggeliat di ceruk bumi —atau seperti ketika kau merasakan kereta bawah tanah melintas menggemuruh di bawah kakimu. Betapa menggetarkan melihat pohon – pohon bertumbangan dan rumah -rumah rubuh menjadi abu. Membuat hidup para pelancong yang selalu bahagia it u menjadi lengkap, karena bisa menyaksikan segala sesuatu sirna begitu saja.


Bagi para pelancong itu, kota kami adalah kota paling menakjubkan yang pernah mereka saksikan. Mereka telah berkelana ke sudut -sudut dunia, menyaksikan beragam keajaiban di tiap kota. Mereka telah menyaksikan menara -menara gantung yang dibuat dari balok -balok es abadi, candi -candi megah yang disusun serupa tiara; menyaksikan seekor ayam emas bertengger di atas katedral tua sebuah kota yang selalu berkokok setiap pagi. Mereka juga telah melihat kota dengan kanal -kanal yang dialiri cahaya kebiru -biruan.


Kepada kami para pelancong itu juga bercerita perihal kota kuno yang berdiri di atas danau bening, dengan rumah -rumah yang beranda – berandanya saling bertumpukan, dan jalan -jalannya ya ng menyusur dinding -dinding menghadap air, hingga menyerupai kota yang dibangun di atas cermin; kota dengan jalan layang menyerupai jejalin benang laba -laba; sebuah kota yang menyerupai benteng di ujung sebuah teluk, dengan jendela -jendela dan pintu -pintu yang selalu tertutup menyerupai gelapanggur dan hanya bisadilihat ketika senja kala. Bahkan mereka bersumpah telah mendatangi kota yang hanya bisa ditemui dalam imajinasi seorang penyair. Tapi kota kami, menurut mereka, adalah kota paling ajaib yang pernah mereka kunjungi.


Para pelancong menyukai kota kami karena kota kami dibangun untuk menanti keruntuhan. Banyak kota dibangun dengan gagasan untuk sebuah keabadian, tetapi tidak dengan kota kami. Kota kami berdiri di atas lempengan bumi yang selalu bergeser. Kau bisa membayangkan gerumbul awan yang selalu bergerak dan bertabrakan, seperti itulah tanah di mana kota kami berdiri. Membuat semua bangunan di kota kami jadi terlihat selalu berubah letaknya. Barisan pepohonan seakan berjalan pelan. Lorong -lorong, jalanan, dan sungai selalu meliuk -liuk. Dan ketika sewaktu -waktu tanah terguncang, bangunan dan pepohonan di kota kami saling bertubrukan, rubuh dan runtuh menjadi debu —serupa istana pasir yang sering kau buat di pinggir pantai ketika kau berlibur menikmati laut.


Rupanya itulah pemandangan paling menakjubkan yang membuat para pelancong itu terpesona. Para pelancong itu segera menghambur berlarian menuju bagian kota kami yang runtuh, begitu mendengar kabar ada bagian kota kami yang tergoncang porak – poranda. Dengan handycam mereka merekam detik -detik keruntuhan itu. Mereka terpesona mendengar jerit ketakutan orang -orang yang berlarian menyelamatkan diri, gemeretak tembok -tembok retak, suara menggemuruh yang merayap dalam tanah. Itulah detik -detik paling menak jubkan bagi para pelancong yang berkunjung ke kota kami; seolah semua itu atraksi paling spektakuler yang beruntung bisa mereka saksikan dalam hidup mereka yang terlampau bahagia. Lalu mereka memotret mayat – mayat yang tertimbun balok -balok dan batu bata. M engais reruntuhan untuk menemukan barang -barang berharga yang bisa mereka simpan sebagai kenangan.


Saat malam tiba, dan bintang – bintang terasa lebih jauh di langit hitam, para pelancong itu bergerombol berdiang di seputar api unggun sembari berbagi cerit a. Memetik kecapi dan bernyanyi. Atau rebahan di dalam tenda sembari memainkan harmonika. Dari kejauhan kami menyaksikan mereka, merasa sedikit terhibur dan tak terlalu merasa kesepian. Bagaimanapun kami mesti berterima kasih karena para pelancong itu mau berkunjung ke kota kami. Mereka membuat kami semakin mencintai kota kami. Membuat kami tak hendak pergi mengungsi dari kota kami. Karena bila parapelancong itu menganggap kota kami adalah kota yang penuh keajaiban, kenapa kami mesti menganggap apa yang te rjadi di kota kami ini sebagai malapetaka atau bencana?


Seperti yang sering dikatakan para pelancong itu pada kami, setiap kota memang memiliki jiwa. Itulah yang membuat setiap kota tumbuh dengan keunikannya sendiri – sendiri. Membuat setiap kota memiliki k isahnya sendiri -sendiri. Keajaiban tersendiri. Setiap kota terdiri dari gedung – gedung, sungai -sungai, kabut dan cahaya serta jiwa para penghuninya; yang mencintai dan mau menerima kota itu menjadi bagian dirinya.


Kami sering mendengar kota -kota yang lenya p dari peradaban, runtuh tertimbun waktu. Semua itu terjadi bukan karena semata -mata seluruh bangunan kota itu hancur, tetapi lebih karena kota itu tak lagi hidup dalam jiwa penghuninya. Kami tak ingin kota kami lenyap, meski sebagian demi sebagian dari ko ta kami perlahan – lahan runtuh menjadi debu. Karena itulah kami selalu membangun kembali bagian – bagian kota kami yang runtuh. Kami mendirikan kembali rumah -rumah, jembatan, sekolah, tower dan menara, rumah sakit -rumah sakit, menanam kembali pohon – pohon, hin gga di bekas reruntuhan itu kembali berdiri bagian kota kami yang hancur. Kota kami bagaikan selalu muncul kembali dari reruntuhan, seperti burung phoenix yang hidup kembali dari tumpukan abu tubuhnya.


Kesibukan kami membangun kembali bagian kota yang run tuh menjadi tontonan juga bagi para pelancong itu. Sembari menaiki pedati, para pelancong itu berkeliling kota menyaksikan kami yang tengah sibuk menata reruntuhan. Mereka tersenyum dan melambai ke arah kami, seakan dengan begitu mereka telah menunjukkan s impati pada kami. Sesekali para pelancong itu berhenti, membagikan sekerat biskuit, sepotong dendeng, sebotol minuman, atau sesendok madu – kemudian kembali pergi untuk melihat -lihat bagian lain kota kami yang masih bergerak bertabrakan dan hancur.


Kemudian para pelancong itu pergi dengan bermacam cerita ajaib yang akan mereka kisahkan pada kebarat dan kenalan mereka yang belum sempat mengunjungi kota kami. Mereka akan bercerita bagaimana sebuah kota perlahan – lahan hancur dan tumbuh kembali. Sebuah kota yan g akan mengingatkanmu pada yang rapuh, sementara, dan fana. Sebuah kota yang membuat para pelancong berdatangan ingin menyaksikannya.


Bila kau merencanakan liburan akhir pekan —dan kau sudah bosan piknik ke kota -kota besar dunia yang megah dan gemerlap —ada baiknya kau berkunjung ke kota kami. Jangan lupa membawa kamera untuk mengabadikan penderitaan kami. Mungkin itu bisa membuatmu sedikit terhibur dan gembira. Berwisatalah ke kota kami. Jangan khawatir, kami pasti akan menyambut kedatanganmu dengan kalung an bunga-air mata…

Yogyakarta, 2006


Catatan:

Deskripsi kota -kota dalam paragraf ini mengacu pada karya Italo Calvino, Invisible Cities —telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: Kota -kota Imajiner, oleh Erwin Salim (Fresh Book, 2006)


Demikianlah pembahasan mengenai Cerpen Adalah – Pengertian, Jenis, Unsur, Tujuan Dan Contohnya  semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya