Planet Pluto – Pengertian, Menghilang, Ukuran, Fakta Dan Gambar – DosenPendidikan.Com – Sekitar 2.500 ilmuwan yang berkumpul pada tanggal 24 Agustus 2006 di Praha,Ceko. Mengesahkan bahwa pedoman baru bersejarah yang menurunkan pangkat planet kecil yang jaraknya sangat jauh dari matahari itu ke kategori kedua. Para peneliti menjelaskan, bahwa pluto telah gagal mendominasi orbitnya disekitar matahari seperti yang dilakukan planet-planet yang lainnya.
Keputusan Uni Astronomi Internasional ( IAU ) itu menyebabkan buku bacaan kini harus menggambarkan sistem tata surya hanya terdiri atas delapan planet besar saja ( yang sebelumnya sembilan ). Pluto ini yang ditemukan pada tahun 1930 oleh seorang yang bernama Clyde Tombough yang berasal dari Amerika, dianggap sebagai planet kecil.
Planet Pluto
Pluto (nama planet minor: 134340 Pluto) adalah planet katai di sabuk Kuiper dan objek trans-Neptunus pertama yang ditemukan. Pluto merupakan planet katai terbesar dan bermassa terbesar kedua di Tata Surya dan benda terbesar kesembilan dan bermassa terbesar kesepuluh yang mengorbit Matahari secara langsung. Pluto merupakan objek trans-Neptunus dengan volume terbesar dan massa yang sedikit lebih kecil daripada Eris, planet katai di piringan tersebar.
Layaknya objek lain di sabuk Kuiper, Pluto terdiri dari batu dan esdan relatif kecil—kurang lebih seperenam massa Bulan dan sepertiga volume Bulan. Pluto memiliki orbit eksentris dan miring dengan jarak 30 sampai 49 satuan astronomi (4,4–7,3 miliar km) dari Matahari. Ini berarti ada saatnya Pluto lebih dekat ke Matahari daripada Neptunus; resonansi orbit yang stabil dengan Neptunus membuat kedua planet ini tidak bertabrakan. Pada tahun 2014, Pluto berjarak 32,6 SA dari Matahari. Cahaya Matahari butuh waktu 5,5 jam untuk mencapai Pluto pada jarak rata-ratanya.
Baca Juga : Pengertian Dan Tipe Batuan Malihan (Batuan Metamorfisme)
Orbit Dan Rotasi
Periode orbit Pluto adalah 248 tahun Bumi. Ciri orbitnya sangat berbeda dengan ciri orbit planet yang melingkar mengelilingi Matahari dengan bidang acuan nyaris datar (ekliptika). Sebaliknya, orbit Pluto justru sangat terinklinasi relatif ke ekliptika (lebih dari 17°) dan eksentris (eliptis). Eksentrisitas yang tinggi ini berarti ada wilayah orbit Pluto yang lebih dekat dengan Matahari daripada orbit Neptunus. Barisenter Pluto–Charon mencapai perihelion pada tanggal 5 September 1989, dan diketahui terakhir kali lebih dekat ke Matahari daripada Neptunus antara tanggal 7 Februari 1979 dan 11 Februari 1999.
Dalam jangka panjang, orbit Pluto berantakan (chaotic). Walaupun simulasi komputer dapat digunakan untuk memprediksi posisinya sampai beberapa juta tahun (ke depan dan belakang), setelah waktu jedanya lebih panjang daripada waktu Lyapunov (10–20 juta tahun), perhitungan komputer mulai mengarah ke spekulasi: Pluto sensitif terhadap hal-hal kecil yang tak terukur di Tata Surya dan faktor-faktor tak terbayangkan yang perlahan akan mengganggu orbitnya.
Hubungan dengan Neptunus
Meski orbit Pluto tampaknya melintasi orbit Neptunus apabila dilihat secara langsung dari atas, orbit kedua objek ini sejajar sehingga mereka tidak akan pernah bertabrakan atau berdekatan. Ada beberapa alasan yang memungkinan fenomena ini.
Sederhananya, seorang pengamat dapat mengamati dua orbit ini dan melihat bahwa keduanya tidak berpotongan. Ketika Pluto berada di jarak terdekat dengan Matahari, atau terdekat dengan orbit Neptunus bila dilihat dari atas, Pluto juga berada pada jarak terjauh di atas orbit Neptunus. Orbit Pluto melintas kira-kira 8 SA di atas orbit Neptunus sehingga mencegah terjadiny tabrakan. Titik naik dan turun Pluto, yaitu titik-titik saat orbitnya melintasi ekliptika, saat ini terpisah dari titik naik dan turun Neptunus sebesar lebih dari 21°.
Ini sendiri tidak cukup untuk melindungi Pluto; perturbasi dari beberapa planet lain (khususnya Neptunus) mampu mengubah beberapa aspek orbit Pluto (misalnya presesi orbitnya) dalam kurun jutaan tahun dan meningkatkan kemungkinan tabrakan. Ada beberapa mekanisme lain yang memengaruhi Pluto. Salah satunya, Pluto berada dalam resonansi gerak rata-rata 2:3 dengan Neptunus, artinya setiap kali Pluto melakukan dua putaran orbit, Neptunus melakukan tiga putaran.
Kedua objek ini kemudian kembali ke posisi awalnya dan siklus ini berulang kembali; setiap siklus berlangsung sekitar 500 tahun. Dalam siklus 500 tahun, pola ini sangat teratur sehingga ketika Pluto pertama kali berada di dekat perihelion, Neptunus berada lebih dari 50° di belakang Pluto. Ketika Pluto mendekati perihelion kedua, Neptunus sudah mengitari satu setengah orbitnya dengan jarak yang sama di depan Pluto. Jarak minimal Pluto dan Neptunus adalah lebih dari 17 SA, lebih besar daripada jarak minimal Pluto dan Uranus (11 SA).
Baca Juga : Lapisan Atmosfer
Resonansi 2:3 antara kedua objek ini sangat stabil selama jutaan tahun. Ini mencegah perubahan orbit relatif terhadap satu sama lain; siklus ini selalu berulang dengan cara yang sama sehingga kedua objek ini tidak akan bisa melintas dekat satu sama lain. Bahkan apabila orbit Pluto tidak berinklinasi tinggi, kedua objek ini tidak akan bisa bertabrakan.
Struktur Dalam
Kepadatan Pluto adalah 2,03±0,06 g/cm3. Karena peluruhan elemen radioaktif akan memanaskan es yang kemudian memisahkan bebatuan di dalamnya, ilmuwan memperkirakan bahwa struktur dalam Pluto memiliki lapisan-lapisan tertentu. Material batu terdapat di inti padat yang dikelilingi mantel es air. Intinya diperkirakan berdiameter kurang lebih 1.700 km, 70% diameter Pluto. Proses pemanasan ini bisa saja berlangsung sampai sekarang; proses tersebut menciptakan lapisan laut cair di bawah permukaan setebal 100 sampai 180 km di batas inti–mantel.
Pluto memiliki massa 1,31×1022 kg, kurang dari 0,24 persennya Bumi, dan diameternya 2370 km. Luas permukaannya 1,665×107 km2, kurang lebih sama dengan luas permukaan Rusia. Gravitasi permukaannya 0,067g (dibandingkan dengan 1g di Bumi).
Penemuan satelit Pluto, Charon, tahun 1978 memungkinkan pengukuran massa sistem Pluto–Charon menggunakan rumus Newton dari hukum ketiga Kepler. Pengamatan Pluto yang bersamaan dengan Charon memungkinkan para ilmuwan mengukur diameter Pluto lebih tepat, sedangkan penemuan optik adaptif membuat mereka dapat menentukan bentuknya lebih tepat.
Dengan kurang dari 0,2 massa Bulan, Pluto memiliki massa yang jauh lebih ringan daripada planet terestrial dan lebih ringan daripada tujuh satelit, Ganymede, Titan, Callisto, Io, Bulan, Europa, dan Triton. Massanya jauh lebih ringan daripada yang diperkirakan sebelum Charon ditemukan. Pluto memiliki dua kali diameter dan dua belas kali massa planet katai Ceres, objek terbesar di sabuk asteroid. Pluto memiliki massa yang lebih ringan daripada planet katai Eris, objek trans-Neptunus yang ditemukan tahun 2005, namun Pluto memiliki diameter yang lebih besar (2370 km) daripada perkiraan diameter Eris.
Baca Juga : Pengertian Dan Gejala Pra Serta Pasca Vulkanik Gunung Berapi
Atmosfer
Pluto memiliki atmosfer tipis terdiri atas nitrogen (N2), metana (CH4), dan karbon monoksida (CO) yang eksis dalam keadaan kesetimbangan bersama es di permukaannya. Tekanan permukaan bervariasi antara 6,5 hingga 24 μbar (0,65 hingga 2,4 Pa),[118] kira-kira satu juta sampai 100.000 kali lebih rendah daripada tekanan atmosfer Bumi. Orbit elips Pluto diperkirakan memiliki dampak besar terhadap atmosfernya; seiring Pluto bergerak menjauhi Matahari, atmosfernya perlahan membeku. Saat Pluto mendekati Matahari, suhu permukaan padat Pluto meningkat sehingga esnya menyublim. Layaknya keringat yang mendinginkan tubuh ketika menguap dari kulit, proses sublimasi ini turut mendinginkan permukaan Pluto.
Metana, gas rumah kaca kuat, di atmosfer Pluto menciptakan inversi suhu dengan suhu udara rata-rata 36 K lebih hangat 10 km di atas permukaan. Atmosfer bawahnya memiliki kandungan metana yang lebih tinggi daripada atmosfer atasnya.Ketika Pluto menjauhi Matahari tahun 2002, tekanan atmosfernya (0,3 Pa) lebih tinggi daripada tahun 1988, karena pada tahun 1987 kutub selatan Pluto muncul untuk pertama kalinya dalam 120 tahun. Hal ini menyebabkan es nitrogen menyublim dari kutub. Butuh beberapa dasawarsa agar nitrogen ini memadat lagi dan menyatu dengan kutub utara Pluto yang gelap.
Mendefinisikan Planet
Dengan munculnya pengakuan bahwa penurunan pangkat itu tampaknya bakal membingungkan publik, sudah terbiasa dengan gambaran khusu sistem tata surya ( saya memang menangis saat ini, namun pada akhirnya kita harus menggambarkan sistem tata surya secara benar, bukan seperti yang kita sukai ) kata Profesor Iwan Williams yang menjawab sebagai Ketua panel IAU. Panel tersebut telah bekerja sama selama beberapa bulan untuk mendefinisikan istilah ( Planet ).
Definis yang tegas sangat diperlukan setelah teknologi teleskop baru mulai bisa mengungkapkan benda-benda jauh yang besarnya menyaingi pluto. Tanpa tata nama baru, penemuan-penemuan ini menambah prospek bahwa buku bacaan yang mungkin akan segera menjelaskan tetang 50 atau lebih planet dalam sistem tata surya kita ini.
Baca Juga : Pengertian Dan Tipe Air Laut Pasang Dan Surut Serta Penyebab Terjadinya Pasang Laut
Syarat Planet
Berbagai para ilmuwan telah menyepakati bahwa syarat benda angkasa yang disebut dengan planet ialah :
- Harus berada diorbit sekitar matahari.
- Ukurannya cukup besar sehingga bentuknya hampir bulat.
- Dan menjauhkan orbitnya dari benda-benda yang lainnya.
Status pluto diperjuangan selama bertahun-tahun. Namun planet itu lebih kecil jika dibandingan dengan delapan planet yang lainnya didalam sistem tata surya kita ini.
Dengan memiliki jarak lintas yang hanya 2.360 km, pluto lebih kecil jika dibandingakn dengan beberapa bulan dalam sistem tata surya kita. Orbitnya disekitar matahari juga sangat miring bila dibandingan dengan bisang planet-planet yang memiliki ukuran besar. Selain itu, sejak awal tahun 1990-an, para astronomi telah menemukan beberapa benda angkasa yang memiliki ukurannya yang hampir sama dengan Pluto, di wilayah luar sistem tata surya yang disebut dengan Sabuk Kuiper.
Pukulan kritis bagi Pluto itu terjadi saat ditemukannya benda langit yakni beberapa tahun yang lalu yang kini disebut dengan UB 313. Setelah diukur dengan menggunakan alat Telskop Antariksa Hubble benda itu memiliki diameter sekitar 3.000 km yang lebih besar ketimbang Pluto. UB313 kini tergabung ke dalam kategori kecil bersama bulan besar Pluto, Charon dan Asteroid terbesar dalam tata surya, ceres. Dalam mitologi Yunani diberi nama seperti dewa jahat, Pluto mengelilingi Matahari pada jarak rata-rata 5,9 milyar kilometer, yang membutuhkan waktu 247,9 tahun Bumi untuk sekali mengelilingi Matahari.
Baca Juga : Pengertian Dan Penyebab Terjadinya Tsunami Serta Sistem Peringatan Dini
Alasan Planet Pluto bukan Bagian Tata Surya
Kalian semua pasti sudah tahu kan, kalau Pluto sekarang sudah tidak menjadi bagian dari planet di tata surya kita ini. Tapi apakah kalian juga tahu, mulai kapan keputusan tersebut diambil dan apa yang menjadi pertimbangannya? Nah jika kalian belum tahu, berikut ini penjelasannya.
Mulai 24 Agustus 2006 Pluto sudah diputuskan tidak lagi berhak menyandang predikat sebagai planet.
Sidang Umum Himpunan Astronomi Internasional (International Astronomical Union/IAU) Ke-26 di Praha, Republik Ceko, menghasilkan keputusan bersejarah dalam dunia astronomi dengan mengeluarkan Pluto dari daftar planet-planet di Tata Surya kita. Mulai sekarang, anggota Tata Surya hanya terdiri dari delapan planet, yakni Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Keputusan mengeluarkan Pluto yang sudah menjadi anggota Keluarga Planet Tata Surya selama 76 tahun merupakan konsekuensi ditetapkannya definisi baru tentang planet. Resolusi 5A Sidang Umum IAU Ke-26 berisi definisi baru itu.
Dalam resolusi tersebut dinyatakan, sebuah benda langit bisa disebut planet apabila memenuhi tiga syarat :
- Mengorbit Matahari
- Berukuran cukup besar sehingga mampu mempertahankan bentuk bulat
- Memiliki jalur orbit yang jelas dan bersih (tidak ada benda langit lain di orbit tersebut)
Definisi tersebut adalah definisi universal pertama tentang planet sejak istilah planet dikenal di kalangan astronom, bahkan sebelum era Nicolaus Copernicus yang tahun 1543 membuktikan Bumi adalah salah satu planet yang berputar mengelilingi Matahari.
Dengan definisi baru tersebut, Pluto tidak berhak menyandang nama planet karena tidak memenuhi syarat yang ketiga. Orbit Pluto memotong orbit planet Neptunus sehingga dalam perjalanannya mengelilingi Matahari, Pluto kadang berada lebih dekat dengan Matahari dibandingkan Neptunus.
Baca Juga : Pengertian, Jenis Dan Proses Pembentukan Tanah Gambut Di Indonesia
Planet Kerdil (Dwarf Planets)
Pluto kemudian masuk dalam keluarga baru yang disebut planet kerdil atau planet katai (dwarf planets). Keluarga ini beranggotakan Pluto dan benda-benda langit lain di Tata Surya yang mirip dengan Pluto, termasuk di dalamnya asteroid terbesar Ceres, satelit Pluto, Charon, dan beberapa benda langit lain yang baru saja ditemukan.
Menurut Direktur Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, Dr Taufiq Hidayat, keputusan Sidang Umum IAU tersebut adalah puncak perdebatan ilmiah dalam astronomi yang sudah berlangsung sejak awal 1990-an lalu. Perdebatan tersebut dipicu berbagai penemuan baru yang menimbulkan keraguan apakah Pluto masih layak disebut planet atau tidak.
Karakteristik Pluto memang berbeda dengan planet-planet lainnya. Bahkan komposisi kimianya lebih menyerupai komet daripada planet, ungkap astronom yang mendalami bidang ilmu-ilmu planet ini. Selain itu, perkembangan teknologi teleskop juga membawa pada penemuan berbagai benda langit yang masuk dalam kelompok Obyek Sabuk Kuiper (Kuiper Belt Object/KBO). Sabuk Kuiper sendiri adalah sebutan untuk wilayah di luar orbit planet Neptunus hingga jarak 50 Satuan Astronomi (SA/1 Satuan Astronomi = jarak rata-rata Matahari-Bumi, yakni sekitar 149,6 juta kilometer) dari Matahari.
Beberapa KBO(kuiper Black Object) sangat menarik perhatian karena berukuran hampir sama atau bahkan lebih besar daripada Pluto (diameter 2.300 km) dan ada yang memiliki satelit atau bulan. Beberapa obyek tersebut, antara lain, Quaoar (diameter 1.000 km-1.300 km), Sedna (1.180 km- 1.800 km), dan yang paling terkenal adalah obyek bernama 2003 UB313 yang ditemukan Michael Brown dari California Institute of Technology (Caltech) pada 2003 lalu.
Obyek yang dijuluki Xena tersebut memiliki diameter 2.400 km, yang berarti lebih besar daripada Pluto. Xena sempat dihebohkan sebagai planet ke-10 Tata Surya.
Baca Juga : Teori Pembentukan Bumi
Sejak saat itu, lanjut Taufiq, terjadi perbedaan pendapat di kalangan astronom. Pilihannya adalah memasukkan Ceres, Charon, dan 2003 UB313 ke dalam keluarga planet sehingga jumlah planet menjadi 12, atau mengeluarkan Pluto. Akhirnya pilihan kedua yang disepakati, tutur mantan Ketua Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung ini.
Kesepakatan itu sendiri bukannya datang dengan mudah. Taufiq mengatakan, pengambilan keputusan itu bahkan dicapai dengan cara pemungutan suara di antara para anggota IAU yang hadir setelah didahului perdebatan yang sangat sengit. Empat astronom senior dari Indonesia turut serta dalam Sidang Umum IAU tersebut, yakni Jorga Ibrahim, Iratius Radiman, Suryadi Siregar, dan Ny Permana Permadi.
Beberapa pihak memprediksi debat mengenai status Pluto tidak akan berakhir di sini. Alan Stern, ketua misi pesawat ruang angkasa NASA, New Horizon, yang diluncurkan ke Pluto, Januari lalu, mengaku merasa malu terhadap keputusan itu. Meski demikian, misi senilai 700 juta dollar AS dan baru akan tiba di Pluto pada 2015 itu tetap akan dilanjutkan. Ini benar-benar sebuah definisi yang ceroboh.
Pencopotan Gelar
Wajar saja pencopotan gelar planet dari Pluto memicu reaksi yang emosional. Pluto selama ini memiliki tempat tersendiri di hati para astronom, baik yang profesional maupun amatir. Pluto sering dianggap Si Bungsu dari Tata Surya karena jaraknya yang terjauh dari Matahari dan ditemukan paling akhir dibandingkan delapan planet lainnya.
Orbit Pluto yang sangat lonjong dan tidak sejajar dengan bidang lintasan planet lainnya juga membuat planet ini unik. Pluto juga sempat dianggap sebagai jawaban dari misteri Planet X, sebuah planet hipotetis yang diduga ada di luar orbit Neptunus dan menyebabkan gangguan pada orbit planet Uranus dan Neptunus. Meski ukuran Pluto kemudian terbukti terlalu kecil untuk menjadi Planet X, dugaan tersebut menjadi bagian dari legenda Pluto.
Analisis :
- Pluto di keluarkan dari tata surya karena Pluto terlalu jauh dari matahari dan orbit nya yang menumpang pada planet neptunus.
- Pluto di anggap tidak memenuhi syarat untuk menjadi sebuah planet.
- Pada tahun 2006 pluto di keluarkan dari persatuan 9 planet terbesar di tata surya karena Pluto tidak memenuhi kriteria sebagai sebuah planet.
- Objek planet yang bisa di sebut planet haruslah memenuhi 3 syarat tersebut di atas.
Demikianlah pembahasan mengenai Planet Pluto – Pengertian, Menghilang, Ukuran, Fakta Dan Gambar semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂