Rumah Adat Jawa Barat, Tengah, Timur

Diposting pada

Keunikan rumah adat selalu menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan, tak terkecuali rumah adat Jawa. Salah satu rumah adat tradisional Jawa yang terkenal ialah rumah adat Joglo. Akan tetapi, selain Joglo, Jawa masih mempunyai cukup banyak rumah adat lainnya dengan nama yang berbeda-beda.

Hal ini tentu tidak mengherankan karena Pulau Jawa itu lumayan luas dan terdiri atas tiga provinsi, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Oleh sebab itu, pembahasan mengenai rumah adat yang ada di Jawa ini bisa didasarkan pada ketiga provinsi tersebut. Informasinya kurang lebih sebagai berikut.

Jenis Rumah Adat Jawa Barat

1. Kasepuhan

Kasepuhan

Bila berbicara tentang rumah adat yang dibuat pertama kali di Jawa Barat, maka salah satu yang harus disebut ialah Kasepuhan. Berdasarkan sejumlah informasi, rumah ini dibangun pertama kali oleh Pangeran Cakrabuana tahun 1529.

Pangeran Cakrabuana adalah putra dari raja Padjajaran yaitu Prabu Siliwangi. Kasepuhan sendiri pada dasarnya merupakan istana atau keraton yang menjadi perluasan keraton Pakungwati. Bangunan ini disebut-sebut mempunyai tiga fungsi sekaligus sebagai berikut:

  1. Tempat pelatihan untuk para prajurit kerajaan
  2. Tempat untuk beristirahat atau berteduh
  3. Tempat pengadilan

Sementara jika berbicara mengenai bagian yang ada dalam bangunan, Kasepuhan mempunyai beberapa bagian sebagai berikut.

  • Pangrawit atau Pancaniti. Bagian ini berarti 5 mata atau 5 atasan. Lokasi bagian ini berada di depan sebelah kiri dan menghadap ke arah timur
  • Pancaratna yang berfungsi sebagai ruang serba guna. Bangunan ini ada di bagian barat keraton dan arahnya dibuat menghadap pembesar desa, seperti demang atau wedana
  • Pintu gerbang utama, yang ada di sebelah utara dan selatan keraton. Jika di bagian utara, disebut Lawang Sanga yang berarti pintu kesembilan. Sedangkan di bagian selatan, disebut Kreteg Pangrawit yang berbentuk jembatan

2. Imah Capit Gunting

Imah-Capit-Gunting

Selain disebut dengan Imah Capit Gunting, rumah adat Jawa Barat satu ini juga biasa disebut dengan Susuhunan, sesuai dengan cara menyebut bentuk atapnya. Sedangkan mengenai artinya, capit gunting ialah pisau atau gunting yang berada dalam posisi menyilang.

Sesuai dengan namanya itu, bagian atap Imah Capit Gunting di bagian depan serta belakang terbuat dari kayu. Kayu tersebut diposisikan menyilang ke arah atas sehingga mirip dengan bentuk gunting.

Capit sendiri merupakan kata yang berarti mencapit atau menjepit sesuatu dalam bahasa Sunda. Sedangkan gunting merupakan alat untuk memotong seperti yang biasa Anda lihat. Jika berbicara mengenai usia, bisa dikatakan bahwa Imah Capit Gunting ini termasuk rumah adat yang tertua.

Makanya tidak heran jika keberadaan Imah Capit Gunting jarang dijumpai, namun masih bisa ditemukan khususnya di daerah Tasikmalaya. Bentuk rumah adat Imah Capit Gunting secara umum adalah persegi panjang dengan posisi yang memanjang ke arah belakang.

3. Imah Jolopong

Imah-Jolopong

Berbeda dengan rumah adat Jawa Barat yang sebelumnya, Imah Jolopong saat ini masih banyak digunakan, khususnya oleh masyarakat yang bertempat tinggal di Garut, khususnya lagi oleh masyarakat yang bertempat tinggal di pedesaan.

Jika melihat artinya, Jolopong bermakna tegak lurus atau terkulai. Nama ini diberikan pada rumah adat satu ini karena merujuk pada bentuk atapnya. Bentuk atap Imah Jolopong tergolek lurus dan terkesan sederhana sekaligus pembuatannya juga tidak rumit.

Dengan kelebihan tersebut, pembangunan Imah Jolopong tidak memerlukan banyak material. Walaupun bentuk atapnya lurus, namun di bagian atasnya masih dilengkapi atap tambahan dengan bentuk segitiga sama kaki yang membuat penampilan rumah menjadi lebih unik.

4. Rumah Tagog Anjing

Rumah-Tagog-Anjing

Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, Tagog Anjing artinya adalah seekor anjing yang tengah duduk. Nama ini menunjukkan bentuk rumah adat yang seperti anjing dalam posisi duduk atau jongkok. Memang rumah ini mirip seperti rumah panggung pada umumnya.

Akan tetapi, pondasi rumah Tagog Anjing lebih rendah dibandingkan dengan rumah adat Sunda yang lainnya. Bentuk bangunannya sendiri sangat sederhana, yaitu persegi panjang yang memanjang ke arah belakang,

Bagian atap yang berada di atas bangunan rumah berbentuk segitiga dan masih diteruskan dengan atap yang posisinya agak menjorok ke luar. Atap yang menyambung seperti ini biasa disebut dengan soronday yang fungsinya adalah untuk melindungi teras dan membuat rumah terkesan sejuk.

Rumah adat Jawa Barat satu ini masih bisa Anda jumpai di daerah Garut. Namun bentuk rumah Tagog Anjing juga diadaptasi menjadi bungalow, villa, hotel dan lain sebagainya di area wisata. Hanya saja mungkin Anda akan menemukannya dalam desain yang modern.

5. Imah Parahu Kemureb

Imah-Parahu-Kemureb

Jika pergi ke Ciamis, Anda berkesempatan untuk menyaksikan rumah adat Imah Parahu Kemureb. Ya, rumah adat satu ini juga tergolong jarang, akan tetapi di daerah Ciamis tersebut masih ada beberapa Imah Parahu Kemureb yang terawat dengan baik karena warga menggunakannya sebagai tempat tinggal

Sesuai dengan namanya, rumah adat Jawa Barat satu ini menyerupai perahu yang tengkurap atau perahu yang terbalik. Rumah terdiri atas 4 bagian utama, di mana pada bagian depan serta belakang berbentuk trapesium.

Lalu bagian kanan serta bagian kiri berbentuk segitiga sama sisi. Jika berbicara soal struktur, rumah ini hampir sama dengan Rumah Limasan, rumah adat daerah Sumatera Selatan.

Untuk membentuk atap Imah Parahu Kemureb diperlukan banyak sambungan. Oleh sebab itu, rumah ini rentan bocor dan ini juga yang menjadi penyebab mengapa Imah Parahu Kemureb sudah jarang digunakan di Jawa Barat yang curah hujannya bisa dikatakan cukup tinggi.

6. Imah Julang Ngapak

Imah-Julang-Ngapak

Julang Ngapak berarti burung yang tengah mengepakkan sayapnya. Nama ini juga menunjukkan bentuk atap Imah Julang Ngapak yang memang menyerupi burung yang tengah mengepakkan sayap.

Rumah adat yang bisa dijumpai di Kota Tasikmalaya ini memiliki atap yang bentuknya melebar ke bagian samping kanan dan juga kirinya. Lalu pada bagian puncaknya ada kayu yang bentuknya seperti huruf V. Jadi kalau diperhatikan memang rumah ini layaknya burung yang tengah mengembangkan sayap.

Atap tersebut terbuat dari alang-alang atau ijuk rumbia. Tanaman tersebut diikat dengan kerangka atap dan walaupun terbuat dari tanaman, atap ini tidak mudah bocor. Lalu pada kerangka rumah ada yang disebut bubungan dengan tiang penyangga yang disebut dengan Capit Hurang atau Cagak Gunting.

7. Imah Badak Heuay

Imah-Badak-Heuay

Sebelumnya sudah ada rumah Tagog Anjing kan. Nah, Imah Badak Heuay ini gaya arsitekturnya hampir sama dengan rumah adat Jawa Barat tersebut. Jika diartikan, Badak Heuay ialah badak yang tengah menguap. Jika hanya dilihat sepintas, Anda mungkin tidak akan melihat keterkaitan nama dengan bentuk bangunan.

Akan tetapi jika diperhatikan dengan baik, bagian atap belakang hingga ke tepiannya bentuknya seperti badak yang tengah menguap. Walaupun sekarang sudah banyak desain rumah yang modern dan minimalis, namun keberadaan Imah Badak Heuay masih lestari.

Anda bisa menjumpainya di daerah Sukabumi. Di daerah ini, masyarakat masih menggunakannya sebagai bentuk atap yang utama.

Jenis Rumah Adat Jawa Tengah1.

Rumah Adat Kampung

Rumah-Adat-Kampung

Rumah adat Kampung merupakan rumah adat yang mempunyai desain bangunan paling sederhana. Rumah ini mempunyai tiang yang jumlahnya berkelipatan 4 dan dimulai dari 8 tiang atau cagak. Tiang ini biasanya terbuat dari kayu mahoni, kayu nangka atau kayu jati.

Rumah adat Kampung mempunyai atap yang berbentuk segitiga serta ada penghubung yang disebut bubungan. Rumah ini menjadi tempat tinggal bagi para rakyat yang kelas sosialnya menengah hingga ke bawah seperti peternak, petani dan pekerja pasar.

2. Rumah Adat Tajug

Rumah-Adat-Tajug

Jika rumah adat Kampung menjadi hunian masyarakat, maka rumah adat Tajug tidak dibuat untuk tujuan itu. Pasalnya, rumah adat Tajug dibuat sebagai tempat untuk melaksanakan ibadah sehingga bangunan ini tidak boleh dibangun secara sembarangan.

Sehingga apabila ada orang yang membangun rumah adat ini dengan tujuan untuk dijadikan tempat tinggal, maka ini tidak diperbolehkan. Contoh nyata dari rumah adat Tajug yang juga sangat populer ialah Masjid Agung Demak.

Bangunan ini mempunyai atap yang berbentuk segitiga dan melambangkan keesaan Tuhan. Rumah adat Jawa Tengah ini terdiri atas beberapa macam yakni Semar Sinongsong, Semar Tinandhu, Mangkurat dan Lambang Sari.

3. Rumah Adat Panggang Pe

Rumah-Adat-Panggang-Pe

Rumah adat Panggang Pe selain dijadikan tempat tinggal, juga biasa digunakan sebagai pos jaga, kios atau warung. Rumah ini mempunya tiang penyangga yang jumlahnya 4 atau 6 dan terdiri atas beberapa jenis, yaitu Cere Gancet, Gedhang Salirang, Gedhang Setangkep dan Empyak Setangkep.

4. Rumah Adat Limasan

Rumah-Adat-Limasan

Sesuai dengan namanya, rumah adat Limasan mempunyai atap yang berbentuk limas. Namun atap ini terdiri atas 4 yang dua diantaranya disebut dengan kejen atau cocor sedangkan dua lainnya disebut bronjong.

Untuk atap kejen berbentuk segitiga sama kaki sedangkan atap bronjong berbentuk jajar genjang. Bangunan rumah adat Limasan umumnya dibuat dari batu bata. Namun yang menjadikannya unik adalah bangunan ini tidak dicat dan juga tidak dibalut oleh lapisan lainnya. Jadi dibiarkan begitu saja.

Rumah adat Jawa Tengah Limasan juga terdiri atas beberapa jenis yakni Limasan Lambang Teplok, Limasan Lambang Gantung Rangka Kutuk Ngambang, Limasan Semar Tinandhu, Limasan Trajumas, Limasan Gajah Ngombe, Limasan Lambang Sari dan Limasan Lambang Gantung.

5. Rumah Adat Joglo

Rumah-Adat-Joglo

Jika rumah adat Kampung dibangun oleh orang-orang yang status sosialnya rendah, rumah adat Jawa Joglo dibangun oleh para bangsawan atau orang kaya. Pasalnya, rumah ini dibuat dari bahan utama berupa kayu yang berkualitas yang pastinya harganya lebih mahal.

Rumah adat Joglo terdiri atas empat tiang utama di bagian depan rumah. Rumah ini begitu luas dan umumnya dibagi menjadi 5 bagian seperti yang disebutkan di bawah ini.

  1. Senthong, ialah bagian belakang yang terdiri atas 3 ruang. Biasanya ruang bagian barat untuk menyimpan hasil panen, ruang tengah untuk pengantin baru dan ruang timur untuk menyimpan alat pertanian
  2. Dalem, ialah bagian yang tertutup dan di dalamnya masih dibagi menjadi beberapa ruang
  3. Omah, ialah bangunan utama yang berbentuk persegi dengan atap limasan dan lantai yang lebih ditinggikan
  4. Peringgitan, ialah bangunan penghubung omah dan pendopo serta menjadi tempat bermain wayang. Biasanya bangunan ini mempunyai atap dengan desain limasan atau kampung
  5. Pendopo, ialah bagian yang ada di depan komplek rumah pendopo yang berfungsi sebagai tempat untuk menggelar rapat, menyambut tamu serta kegiatan sosial lainnya.

Ragam Rumah Adat Jawa Timur

1. Rumah Adat Limasan Trajumas dan Limasan Trajumas Lawakan

Rumah-Adat-Limasan-Trajumas-dan-Limasan-Trajumas-Lawakan

Rumah adat Limasan Trajumas mempunyai 6 tiang penyangga utama sekaligus yang fungsinya ialah untuk menopang rumah. Sedangkan bangunannya sendiri terdiri atas 2 bagian yakni ruang Rong Rongan dan ruang Sama.

Rumah ini sangat menarik dengan bentuk yang menyerupai gabungan antara desain modern dan tradisional. Gazebonya terletak terpisah dari bangunan utama dengan ukuran yang lebih kecil dibanding bangunan induk.

Adapun rumah adat Jawa Timur Limasan Trajumas Lawakan, ini adalah perkembangan dari bangunan Limasan Trajumas biasa. Rumah adat ini sudah mempunyai teras di sekeliling rumah dengan tiang yang membentuk rong-rongan di bagian dalam.

Bagian teras tersebut dilengkapi atap dengan kemiringan yang berbeda dari atap utama. Sementara atap utama terdiri atas 4 sisi dimana masing-masing sisinya bersusun dua. Bangunan ini mempunyai 20 tiang penyangga sekaligus sehingga tampak lebih stabil dan juga kokoh.

2. Rumah Adat Dhurung

Rumah-Adat-Dhurung

Rumah adat Dhurung merupakan rumah adat yang ada di Pulau Bawean. Rumah adat Jawa Timur ini berbentuk gubuk yang tidak dilengkapi dengan dinding serta dibuat dari kayu atau bambu. Untuk atap, dibuat dari rumbai daun pohan.

Karena tidak dilengkapi dinding, rumah adat Dhurung tidak berfungsi sebagai tempat tinggal. Namun lebih berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat melepas lelah setelah bekerja di ladang atau di sawah. Bangunan ini juga biasa dipakai untuk bersosialisasi dengan tamu yang datang dari luar desa.

Bahkan terkadang rumah adat Dhurung juga dupakai untuk mencari jodoh. Maka dari itu, bangunannya biasanya ditempatkan di bagian depan atau samping rumah. Walaupun demikian, bangunan ini berukuran besar dan juga berfungsi sebagai lumbung padi.

3. Rumah Adat Suku Tengger

Rumah-Adat-Suku-Tengger

Sesuai dengan namanya, rumah adat Jawa Timur satu ini dibangun oleh Suku Tengger yang menempati lereng Gunung Bromo. Rumah ini bukanlah bangunan yang bertingkat serta bukan pula rumah panggung. Struktur rumahnya dibuat dari papan atau batang kayu.

Sementara atap dibuat terjal dan hanya mempunyai 1 atau 2 buah jendela. Namun di bagian depan rumah dilengkapi dengan balai yang menyerupai dipan. Biasanya disinilah anggota keluarga bersantai.

Biasanya pula bangunan rumah adat Suku Tengger bergerombol secara tidak beraturan. Dimana antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya saling berdekatan. Rupanya hal ini dimaksudkan untuk menghalau angin ketika cuaca tengah ekstrem.

4. Rumah Tradisional Osing

Rumah-Tradisional-Osing

Rumah tradisional Osing adalah rumah tradisional yang masih bisa Anda jumpai di daerah Banyuwangi tepatnya di Desa Kemiren Kecamatan Glagah dan masih terawat dengan baik hingga saat ini. Namun rumah ini terdiri atas 3 macam yaitu Tikel Balung, Crocogan dan Baresan.

Ketiga jenis rumah tersebut berbeda dari jumlah bidang atap atau rab. Rumah Tikel Balung mempunyai 4 rab, rumah Crocogan 2 rab dan Baresan 3 rab. Sementara untuk pembagian ruang, ketiga jenis rumah tersebut sama.

Yaitu ada ruang teras atau amper, lalu ada pembatas atau baleh ruang pribadi dengan ruang publik, jerumah atau ruang tengah yang menjadi ruang pribadi serta dapur atau pawon.

5. Rumah Joglo Jompongan dan Rumah Joglo Sinom

Rumah-Joglo-Jompongan-dan-Rumah-Joglo-Sinom

Rumah Joglo Jompongan mempunyai denah yang berbentuk bujur sangkar serta memakai dua pengerat di bangunan. Rumah ini bisa dikatakan sebagai bentuk dasar dari rumah Joglo yang tidak dimodifikasi.

Adapun rumah Joglo Sinom, ini merupakan rumah Joglo yang paling kecil ukurannya dengan proporsi atap utama yang lebih tinggi. Atap ini juga mempunyai 3 sudut kemiringan namun bangunan tidak difungsikan untuk tempat tinggal. Hanya sebagai tempat diskusi rakyat atau petinggi desa.

6. Rumah Joglo Situbondo

Rumah-Joglo-Situbondo

Rumah ini mempunyai bentuk yang mirip dengan rumah Joglo di Jawa Tengah. Susunan rumah ini mengandung makna keharmonisan antara sesama dan alam sekitar, sejalan dengan kepercayaan Kejawen.

Material utama bangunan ini biasanya ialah kayu jati dan bangunan terdiri atas bagian depan yang berupa pendopo dan bagian rumah yang lantas dibagi menjadi sentong tengen untuk gudang dan dapur, sentong kiwo untuk kamar tidur dan sentong tengah untuk menyimpan benda berharga dan pusaka.

7. Rumah Joglo Hageng

Rumah-Joglo-Hageng

Rumah ini hanya dapat dimiliki oleh keluarga kaya atau bangsawan karena merupakan jenis rumah Joglo yang lebih megah. Halamannya pun lebih luas dengan jumlah pilar yang lebih banyak. Sedangkan bagian atapnya berbentuk tumpul.

Mempelajari rumah adat Jawa adalah hal yang menyenangkan. Karena dengan mengetahui hal ini bisa diketahui bahwa sebenarnya nenek moyang zaman dulu juga mempunyai pemikiran dan teknologi yang hebat. Selain itu, rumah adat ini juga mengandung filosofi yang berisi kebaikan. Semoga bermanfaat.

 

Lihat Juga :

  1. Rumah Adat Papua

  2. Rumah Adat Bali