Rumah Adat

Rumah Adat 34 Provinsi

Rumah Adat 34 Provinsi

Rumah Adat Tradisional Aceh

Rumah Adat Tradisional : Rumoh Aceh

Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur).


  1. Provinsi Sumatera Utara atau Sumut

Rumah Adat Tradisional : Rumah Balai Batak Toba

Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan “kerbau berdiri tegak”. Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan kepala kerbau.

Rumah adat suku bangsa Batak bernama Ruma Batak. Berdiri kokoh dan megah dan masih banyak ditemui di Samosir.


  1. Provinsi Sumatera Barat atau Sumbar

Rumah Adat Tradisional : Rumah Gadang

Rumah adat Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun. Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah.


  1. Provinsi Riau

Rumah Adat Tradisional : Balai Salaso Jatuh

 

Balai salaso jatuh adalah bangunan seperti rumah adat tapi fungsinya bukan untuk tempat tinggal melainkan untuk musyawarah atau rapat secara adat. Sesuai dengan fungsinya bangunan ini mempunyai macam-macam nama antara lain : Balairung Sari, Balai Penobatan, Balai Kerapatan dan lain-lain. Bangunan tersebut kini tidak ada lagi, didesa-desa tempat musyawarah dilakukan di rumah Penghulu, sedangkan yang menyangklut keagamaan dilakukan di masjid. Ciri – ciri Balai Salaso Jatuh mempunyai selasar keliling yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah, karena itu dikatakan Salaso Jatuh. Semua bangunan baik rumah adat maupun balai adat diberi hiasan terutama berupa ukiran.


  1. Provinsi Jambi

Rumah Adat Tradisional : Rumah Panggung

 

Rumah tinggal orang Batin disebut Kajang Lako atau Rumah Lamo. Bentuk bubungan Rumah Lamo seperti perahu dengan ujung bubungan bagian atas melengkung ke atas. Tipologi rumah lamo berbentuk bangsal, empat persegi panjang dengan ukuran panjang 12 m dan lebar 9 m. Bentuk empat persegi panjang tersebut dimaksudkan untuk mempermudah penyusunan ruangan yang disesuaikan dengan fungsinya, dan dipengaruhi pula oleh hukum Islam.


  1. Provinsi Sumatera Selatan

Rumah Adat Tradisional : Rumah Limas

 

Rumah Bari Palembang (Rumah Adat Limas) merupakan Rumah panggung kayu. Bari dalam bahasa Palembang berarti lama atau kuno. Dari segi arsitektur, rumah-rumah kayu itu disebut rumah limas karena bentuk atapnya yang berupa limasan. Sumatera Selatan adalah salah satu daerah yang memiliki ciri khas rumah limas sebagai rumah tinggal. Alam Sumatera Selatan yang lekat dengan perairan tawar, baik itu rawa maupun sungai, membuat masyarakatnya membangun rumah panggung. Di tepian Sungai Musi masih ada rumah limas yang pintu masuknya menghadap ke sungai.


  1. Provinsi Lampung

Rumah Adat Tradisional : Nuwo Sessat

 

Rumah adat pribumi Lampung bernama Sessat. Bentuk bangunan dimaksud berdasarkan keasliannya mempunyai ciri-ciri fisik berbentuk panggung bertiang yang bahan bangunannya sebagian besar terbuat dari kayu. Pada sisi bangunan tertentu ada yang memiliki ornamen yang khas. Umumnya sessat ini berupa rumah besar. Namun dewasa ini, rumah-rumah adat (sessat) di kampung-kampung penduduk asli Lampung sebagian besar dibangun tidak bertiang/depok (berlantai di tanah). Sedangkan fungsinya tetap sama. Secara umum bentuk bangunan tempat tinggal di lingkungan masyarakat pribumi Kabupaten Lampung boleh di bilang cukup beraneka ragam.


  1. Provinsi Bengkulu

Rumah Adat Tradisional : Rumah Bubungan Lima

 

Dalam bahasa melayu Bengkulu, rumah tempat tinggal dinamakan juga “Rumah”. Rumah tradisional Bengkulu termasuk tipe rumah panggung. Rumah panggung ini dirancang untuk melindungi penghuninya dari banjir. Disamping itu kolong rumah panggung juga dapat dipergunakan untuk menyimpan gerobak, hasil panen, alat-alat pertanian, kayu api, dan juga berfungsi sebagai kandang hewan ternak.


  1. Provinsi DKI Jakarta

Rumah Adat Tradisional : Rumah Kebaya

 

Rumah Kebaya merupakan rumah adat betawi dengan bentuk atap perisai landai yang diteruskan dengan atap pelana yang lebih landai, terutama pada bagian teras. Bangunannya ada yang berbentuk rumah paggung dan ada pula yang menapak di atas tanah dengan lantai yang ditinggikan. Masyarakat betawi lama memiliki adat untuk membuat sumur di halaman depan rumah dan mengebumikan keluarga yang meninggal di halaman samping kanan rumah.


  1. Provinsi Jawa Barat

Rumah Adat Tradisional : Kesepuhan

 

Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II (cicit dari Sunan Gunung Jati) yang menggantikan tahta dari Sunan Gunung Jati pada tahun 1506, beliau bersemayam di dalem Agung Pakungwati Cirebon. Keraton Kasepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati, sedangkan Pangeran Mas Mochammad Arifin bergelar Panembahan Pakungwati I. Dan sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati.


  1. Provinsi Jawa Tengah Jawa Timur

Rumah Adat Tradisional : Rumah Joglo

 

Rumah Joglo ini kebanyakan hanya dimiliki oleh mereka yang mampu. Hal ini disebabkan rumah bentuk joglo membutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan mahal daripada rumah bentuk yang lain. Masyarakat jawa pada masa lampau menganggap bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh orang kebanyakan, tetapi rumah joglo hanya diperkenankan untuk rumah kaum bangsawan, istana raja, dan pangeran, serta orang yang terpandang atau dihormati oleh sesamanya saja.


  1. Provinsi Bali

Rumah Adat Tradisional : Gapura Candi Bentar

 

Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China) Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.


  1. Provinsi Nusa Tenggara Barat

Rumah Adat Tradisional : Dalam Loka Samawa

 

Salah satu bentuk dari bukti kebudayaan Sasak adalah bentuk bangunan rumah adatnya. Rumah bukan sekadar tempat hunian yang multifungsi, melainkan juga punya nilai estetika dan pesan-pesan filosofi bagi penghuninya, baik arsitektur maupun tata ruangnya. Rumah adat Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti gunungan, menukik ke bawah dengan jarak sekitar 1,5 – 2 m. Atap dan bubungannya (bungus) terbuat dari alang-alang, dindingnya dari anyaman bambu, hanya mempunyai satu berukuran kecil dan tidak ada jendelanya.


  1. Provinsi Nusa Tenggara TImur

Rumah Adat Tradisional : Sao Ata Mosa Lakitana

 

Di NTT ada banyak sekali rumah adat yang kesemuanya sangat etnik. Setiap daerah di NTT memiliki rumah yang desain yang berbeda-beda. Namun, kalau dilihat perhatikan rumah adat di NTT menyerupai bangunan megalitik yang berupa susunan batu-batuan ceper. Layaknya batu menhir yang dibuat oleh Obelix di cerita komik Asterix. Di NTT, Penduduk desA masih mendiami rumah-rumah yang terbuat dari kayu, bambu dan beratapkan alang-alang.


  1. Provinsi Kalimantan Barat

Rumah Adat Tradisional : Rumah Panjang

 

Salah satu rumah adat yang cukup memiliki kekhasan tersendiri adalah rumah panjang.Rumah adat kalimantan barat ini memang sangat unik, selain karena bentuknya yang panjang dan berbeda dibandingkan rumah biasa lainya, rumah panjang juga berpanggung, sehingga terlihat panjang dan tinggi.Rumah Panjang atau disebut rumah betang adalah sebuah tiruan (reflika) dari rumah panjang tradisional suku Dayak di daerah pedalaman Kalimantan. Rumah ini dibangun dengan tiang tinggi lebih dari 2 meter, sehingga orang dapat dengan leluasa berjalan di bawah dan di dalam rumah.


  1. Provinsi Kalimantan Tengah

Rumah Adat Tradisional : Rumah betang

 

Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung, memanjang. pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya kearah matahari terbenam, sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari tumbuh dan pulang ke rumah di matahari padam.


  1. Provinsi Kalimantan Selatan

Rumah Adat Tradisional : Rumah Banjar

 

Rumah Banjar adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain memiliki perlambang, memiliki penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris. Rumah tradisonal Banjar adalah type-type rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri mulai sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935.

Pada tahun 1871 pemerintah kota Banjarmasin mengeluarkan segel izin pembuatan Rumah Bubungan Tinggi di kampung Sungai Jingah yang merupakan rumah tertua yang pernah dikeluarkan segelnya. Umumnya rumah tradisional Banjar dibangun dengan ber-anjung (ba-anjung) yaitu sayap bangunan yang menjorok dari samping kanan dan kiri bangunan utama karena itu disebut Rumah Baanjung.


  1. Provinsi Kalimantan TImur

Rumah Adat Tradisional : Rumah lamin

 

Rumah lamin merupakan rumah adat dayak, khusunya yang berada di Kalimantan timur. Kata ’rumah lamin’ memililki arti rumah panjang kita semua, karena rumah ini digunakan untuk beberapa keluarga yang tergabung dalam satu keluarga besar. Ciri dari rumah ini berbentuk panggung degan ketinggian kolong sampai 3 meter. Denahnya berbentuk segi empat memanjang dengan atap pelana.


  1. Provinsi Sulawesi Utara

Rumah Adat Tradisional : Rumah Bolaang Mongondow

 

Rumah tradisional Minahasa berbentuk rumah panggung atau rumah kolong. Salah satu ciri khas dari rumah Minahasa ialah, bentuk tangganya. Orang Minahasa salah satu arsitek yang hebat dalam mendesain tangga rumah. Jika biasanya rumah adat hanya memiliki tangga dengan desain yang kaku, rumah Minahasa memiliki tangga dengan konstruksi seperti huruf X. Menurut kepercayaan nenek moyang Minahasa peletakan tangga tersebut dimaksudkan apabila ada roh jahat yang mencoba untuk naik dari salah satu tangga maka roh jahat tersebut akan kembali turun di tangga yang sebelahnya. Sampai saat ini, di daerah Minahasa banyak pengrajin rumah adat.


  1. Provinsi Sulawesi Tengah

Rumah Adat Tradisional : Souraja atau Rumah Besar

 

Rumah adat Sulawesi Tengah adalah Rumah Tambi. Rumah tersebut berbentuk panggung dan atapnya sekaligus berfungsi sebagai dinding Tangga untuk naik terbuat dan batang kayu bulat dan atap rumah terbuatdari daun rumbia atau bambu di belah dua.


  1. Provinsi Sulawesi Tenggara

Rumah Adat Tradisional : Laikas

 

Anjungan atau bangunan induk anjungan mengambil bentuk Istana Sultan Buton (disebut Malige) yang megah. Meskipun didirikan hanya dengan saling mengait, tanpa tali pengikat ataupun paku, bangunan ini dapat berdiri dengan dengan kokoh dan megah diatas sandi yang menjadi landasan dasarnya. Patung dua ekor kuda jantan yan sedang bertarung, pelengkap bangunan, menggambarkan tradisi mengadu kuda dari Pulau Muna yang digemari masyarakat Sulawesi Tenggara.


  1. Provinsi Sulawesi Selatan

Rumah Adat Tradisional : Tongkonan

 

Rumah adat yang terdapat di Sulawesi Selatan terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah Tongkonan (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone) dan Balla Lompoa (Makassar Gowa).

Tongkonan: Konon kata tongkonan berasal dari tongkon, yang berarti duduk. Dahulu rumah ini merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat, dan perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Toraja. Rumah ini tidak bisa dimiliki oleh perseorangan melainkan turun temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja.


  1. Provinsi Maluku

Rumah Adat Tradisional : Baileo

 

Jika anda memasuki satu desa atau kampung di Maluku, salah satu hal yang segera nampak menonjol adalah satu bangunan yang berbeda dengan kebanyakan rumah penduduknya. Bangunan ini biasanya berukuran lebih besar, dibangun dengan bahan-bahan yang lebih baik, dan dihias dengan lebih banyak ornamen. Karena itu, bangunan tersebut biasanya sekaligus juga merupakan marka utama (landmark) kampung atau desa yang bersangkutan, selain mesjid atau gereja. Bangunan itu adalah rumah adat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat, sekaligus tempat seluruh warga berkumpul membahas masalah-masalah yang mereka hadapi.


  1. Provinsi Irian Jaya / Papua

Rumah Adat Tradisional : Rumah honai

 

Rumah adat Papua ini sangat unik. Kalau kita lihat dari kejauhan bentuknya menyerupai jamur. Bentuknya pun tak ada duanya. Dindingnya terbuat dari kayu sedangkan atapnya terbuat dari rerumputan kering. Honai sendiri memiliki tiga tipe. Honai ialah rumah untuk lelaki, Ebei ialah rumah untuk wanita, sedangkan Wamai ilah rumah untuk ternak. Tapi, masyarakat kita lebih akrab dengan sebutan Honai.


  1. Provinsi Rumah Adat Tradisional Bangka Belitung

 

Secara umum arsitektur di Kepulauan Bangka Belitung berciri Arsitektur Melayu seperti yang ditemukan di daerah-daerah sepanjang pesisir Sumatera dan Malaka. Di daerah ini dikenal ada tiga tipe yaitu Arsitektur Melayu Awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Rumah Melayu Awal berupa rumah panggung kayu dengan material seperti kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang yang tumbuh dan mudah diperoleh di sekitar pemukiman. Bangunan Melayu Awal ini beratap tinggi di mana sebagian atapnya miring, memiliki beranda di muka, serta bukaan banyak yang berfungsi sebagai fentilasi. Rumah Melayu awal terdiri atas rumah ibu dan rumah dapur, yang berdiri di atas tiang rumah yang ditanam dalam tanah.


  1. Provinsi Rumah Adat Bandoyo di Gorontalo

 

Rumah adat Dulohupa ini, biasanya terdapat di sebuah bidang tanah yang luasnya kurang lebih lima ratus meter. Dan halamannya dilengkapi taman bunga, bangunan tempat penjualan sovenir, dan sebuah bangunan garasi bendi kerajaan yang bernama TalanggedaAsal kamu tahu saja, pada masa pemerintahan para raja, rumah adat ini digunakan sebagai ruang pengadilan kerajaan. Bagian dalamnya digunakan untuk memvonis para pengkhianat negara melalui sidang tiga alur pejabat pemerintahan, yaitu Buwatulo Bala (Alur Pertahanan / Keamanan), Buwatulo Syara (Alur Hukum Agama Islam), dan Buwatulo Adati (Alur Hukum Adat).


  1. Rumah Adat Baduy Banten

 

Seluruh bangunan rumah tinggal suku Baduy menghadap ke utara-selatan dan saling berhadapan. Menghadap ke arah barat dan timur tidak diperkenankan berdasarkan adat. Di samping itu, ada hal yang cukup menarik dan penting di kalangan suku Baduy, yaitu cara mereka memperlakukan alam atau bumi. Mereka tidak pernah berusaha mengubah atau mengolah keadaan lahannya-misalna ngalelemah taneuh, disaeuran, atawa diratakeun-untuk kepentingan bangunan yang akan didirikan di atasnya.


  1. Rumah Adat Provinsi Riay

Rumah Adat Tradisional : Rumah Lontik/Lancang (Kampar)

 

Rumah lontik yang dapat juga disebut rumah lancang karena rumah ini bentuk, ciri atapnya melengkung keatas, agak runcing seperti tanduk kerbau. Sedangkan dindingnya miring keluar dengan hiasan kaki dinding mirip perahu atau lancang. Hal itu melambangkan penghormatan kepada Tuhan dan-sesama. Rumah adat lontik diperkirakan dapat pengaruh dari kebudayaan Minangkabau karena kabanyakan terdapat di daerah yang berbatasan dengan Sumatera Barat. Tangga rumah biasanya ganjil.


  1. Rumah Adat Daerah Istimewa Yogyakarta

 

Bangunan pokok rumah adat Jawa ada lima macam, yaitu: panggung pe, kampung, limasan, joglo dan tajug. Namun dalam perkembangannya, jenis tersebut berkembang menjadi berbagai jenis bangunan rumah adat Jawa, hanya bangunan dasarnya masih tetap berpola dasar bangunan yang lima tersebut (Narpawandawa, 1937-1938). Di dalam bangunan rumah adat Jawa tersebut juga ditentukan ukuran, kondisi perawatan rumah, kerangka, dan ruang-ruang di dalam rumah serta situasi di sekeliling rumah, yang dikaitkan dengan status pemiliknya.


  1. Rumah Adat Sunda (Panggung)

 

Pada umumnya rumah adat sunda disebut dengan rumah panggung dinamai demikian karena posisi rumah melayang di atas permukaan tanah yang diberi tumpuan terbuat dari batu kali dan ditopang oleh beberapa pondasi tumpuan tersebut disebut wadasan, titinggi, umpak, tatapakan dengan ketinggian sekitar 40 s/d 60 cm. Ruang tanah dangan pondasi rumah disebut kolong imah (kolong rumah), kolong rumah dibuat sedemikian rupa dengan maksud tertentu diantaranya untuk menyimpan kayu bakar dan paranje untuk ternak ayam dan sebagainya.


  1. Rumah Adat Papua Barat

 

Rumah Adat Provinsi yang dinamai juga dengan Mod Aki Aksa ini memiliki atap yang terbuat dari jerami. Tiang-tiangnya ada dua jenis, yakni tiang tinggi dan tiang rendah yang memiliki filosofi sebagai pelindung dari ancaman orang yang berniat jahat, ilmu hitam, dan ancaman binatang liar. Miniatur Rumah Lgkojei ini juga dapat dilihat di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di kawasan Najungan Papua.


  1. Rumah Adat Teluk Cendrawasih Bernama Lgkojei

 

Rumah Adat Lgkojei merupakan rumah adat yang berasal dari Suku Wamesa dari Provinsi Teluk Cendrawasih. Bangunan rumah adat khas Cendrawasih ini menyerupai Rumah Kaki Seribu. Persamaannya ada pada kaki rumah yang memiliki banyak penyangga seperti rumah kaki seribu yang disebut juga dengan Rumah Kaki Seribu. Sedangkan Rumah Adat Lgkojei ini memiliki kemiripan dengan rumah panggung dan atap yang lebih modern. Di samping itu, rumah Adat Lgkojei ini juga memiliki banyak ventilasi udara dan lubang cahaya, sehingga dapat disebut sebagai rumah adat perkembangan.


  1. Rumah Adat Bali Bernama Gampura Candi Bentar

Rumah Adat Bali Bernama Gampura Candi Bentar

 

Rumah Gapura Candi Bentar sejatinya merujuk pada bangunan gapura yang menjadi gerbang rumah-rumah adat Bali. Gapura tersebut terdiri dari dua buah candi yang serupa dan sebangun dan membatasi sisi kiri dan sisi kanan pintu masuk ke pekarangan rumah. Gapura-gapura tersebut tidak memiliki atap penghubung pada bagian atasnya sehingga kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya terhubung di baagian dalam olehk-anak tangga yang menjadi jalan masuk. Gapura Candi Bentar dalam arsitektur Bali merupakan sebuah perwujudan bangunan yang berfungsi untuk masuk-keluar dari satu sisi ke sisi lainnya (dari luar ke dalam dan atau sebaliknya).


  1. Rumah Adat Bali Bernama Angkul-Angkul

 

Bentuknya merupakan gapura, atau candi yang terbelah dua tepat di tengah-tengahnya sehingga menjadi bentukan yang simetri. Baik di puri mau pun di pura, Candi Bentarmenempati posisi di areal paling luar, menjadi pembuka jalansekaligus penerimabagi mereka yang akan mengunjungitempat tersebut. Para Undagi yang mengerjaakan bangunan ini sudah memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungannya, sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan peruntukannya.Undagi memahami betul, di mana dan kapan Candi Bentar harus tampil megah, tampil normal (akrab), kokoh dan sebagainya.


  1. Rumah Adat Bali Bernama Aling-Aling

 

Di Pura yang merupakan Kahyangan Jagat seperti Pura Ulun Danu Batur (di Kintamani, Bangli), atau di Pura Besakih (Karangasem), tampak bahwa Gapura Candi Bentar berdiri kokoh, besar, tinggi atau dengan kata lain: megah. Areal Pura yang luas dan topografi yang tidak rata (rendah di arah luar, dan meninggi menuju ke areal Pura yang lebih di dalam), ikut mendukung kemegahan yang terwujud. Dalam teori modern, para undagi telah memperhitungkan dan menerapakan beberapa aspek estetika, dalam hal ini skala dan propors


  1. Rumah Adat Bali Bernama Bale Gede

 

Bagi masyarakat Bali, rumah merupakan keseluruhan bangunan dalam pekarangan yang pada umumnya dikelilingi oleh tembok (panyengker). Berikut ini adalah bagian-bagian dan fungsi tiap ruangan yang ada di Rumah Gapura Candi Bentar.


  1. Rumah Adat Bali Bernama Bale Tiang Sangga

 

Rumah Adat Bali dibangun dengan aturan yang disebut Asta Kosala Kosali yang mengatur tentang tata peletakan rumah, aturan ini mungkin hamper sama dengan aturan Feng Shui dari Cina. Pembangunan rumah Adat Bali harus memiliki tiga asppek yang biasa disebut dengan “Tri Hita Karana”yakni filosofi yang mengatur tata hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dan manusia, serta manusia dengan alam. Kednamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan (penghuni rumah), palemahan (lingkungan dari tempat rumah itu berada), dan parahyangan.


  1. Rumah Adat Bali Bernama Jieng

 

ada umumnya Rumah Adat Balidpenuhi dengan hiasan berupa ukiran, pahatan, serta pemberian warna. Ukiran atau pahatan yang ditempatkan pada rumah adat tersebut menambil 3 aspek kehidupan di bumi yaitu: manusia, hewan, dan tumbuhan. Ragam hias yang ditempatkan pada bagian-bagian bangunan dari jenis tumbuhan antara lain.


  1. Rumah Adat NTB Bernama Dalam Loka

 

Rumah Adat Dalam Loka adalah kediaman raja-raja yang berasal dari Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Rumah dalam Loka atau istana Sumbawa ini merupakan peninggalan sejarah dari kerajaan Sumbawa. Istana Dalam Loka dibangun pada tahun 1885 oleh Sultan Muhammad Jalalludin III (1983-1931).

Rumah adat Dalam Loka merupakan desain asli rumah kediaman raja-raja Sumbawa. Kuatnya pengaruh budaya Islam yang masuk di wilayah ini pada masa itu telah membuat hampir seluruh aspek adat dan kesukuan masyarakat Sumbawa larut dalam nilai-nilai syariah Islam.


  1. Rumah Adat Bernama Sasadu & AMP: Safe

 

Sasadu merupakan rumah adat suku bangsa Sahu di Halmahera Barat yang juga merupakan suku bangsa asli dan tertua yang ada di daerah tersebut. Di rumah ini, masyarakat adat Sahu biasa berkumpul dalam pertemuan-pertemuan. Di Halmahera Barat, rumah ini lazim ditemui di setiap desa. Penggunaan Sasadu sebagai lokasi pertemuan masyarakat biasanya terkait dengan diselenggarakannya berbagai acara, misalnya ritual atau upacara adat seperti perayaan panen dan pemilihan ketua adat, dan menyambut tamu yang datang. Meski demikian dapat pula Sasadu digunakan hanya untuk sekadar bersantai tanpa ada acara khusus.


  1. Rumah Adat Bale Jajar

 

Rumah Adat Sasak,merupakan rumah tradisional suku Sasak yang berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Rumah Adat Sasak terdapat dua jenis yakni Bale Tani dan Lumbung. Bale Tani adalah bangunan yang dipergunakan sebagai tempat tinggal, dan Lumbung adalah bangunan yang biasa digunakan sebagai tempat menyimpan padi hasil panen atau untuk menyimpan segala kebutuhan


  1. Rumah Adat Berugaq Sekenam

 

Di Sade, berugaq sekenam yang berukuran 8×3 meter berada di kiri pintu masuk dusun. Beberapa warga duduk di sini, berangin-angin di siang yang terik, bercengkerama dengan tetangga dan wisatawan yang baru datang.

Selain berugaq sekenam, ada lagi berugaq berukuran lebih kecil, yakni berugaq sekepat yang disangga empat tiang, dan jejinjit yang lebih kecil dari berugaq sekepat.


Demikianlah artikal dari dosenpendidikan.co.id mengenai Rumah Adat – 34 Provinsi, Daerah, Jambi, Joglo, Bangka Belitung, Gadang, Jawa, Penjelasannya, Lengkap, Baileo, Papua, Bali, Aceh, Jawa Tengah, Timur, Barat,