Rumah Adat Papua

Diposting pada

Salah satu rumah adat yang terkenal di Papua ialah rumah adat Honai karena bentuknya yang unik menyerupai jamur. Namun, provinsi yang terletak di bagian timur Indonesia ini rupanya mempunyai rumah adat lebih dari satu. Bisakah Anda menyebutkan berbagai rumah adat Papua tersebut?

Kalaupun belum memahami hal ini tidak mengapa karena Anda bisa menambah pengetahuan sekarang juga dengan menyimak informasi yang ada di bawah ini.

Rumah Ada Papua, Filosofi, dan Penjelasannya

1. Rumah Adat Papua Honai

Rumah-Adat-Papua-Honai

Rumah adat satu ini asalnya ialah Kabupaten Jayawijaya. Di kabupaten tersebut, terdapat Suku Dani yang mendiami lembah Baliem. Selain Suku Dani, ada juga Suku Lani dan Suku Yali yang menempati wilayah yang sama dan juga menggunakan rumah adat yang mirip jamur ini.

Umunya, rumah Honai akan dibangun pada ketinggian antara 1.600 sampai dengan 1.700 mdpl. Honai diketahui berasal dari katan ‘hun’ dan ‘ai’. Hun artinya adalah laki-laki, sedangkan ai artinya rumah.

Dari arti kata tersebut, bisa disimpulkan bahwa rumah Honai ialah rumah yang ditinggali oleh laki-laki, namun laki-laki ini adalah laki-laki dewasa dari Suku Dani. Rumah Honai dibuat dari material utama yang berupa kayu. Dindingnya berbentuk bulat serta berukuran kecil.

Bagian atap rumah Honai dibuat dari jerami yang diatur sedemikian rupa sehingga mampu melindungi dinding dari air hujan. Atap rumah yang dibuat agak mengerucut rupanya juga bisa mengurangi hawa dingin di dalam rumah.

Rumah adat Papua satu ini hanya dilengkapi dengan 1 pintu dan tidak ada jendelanya. Tingginya mencapai 2,5 meter dan luasnya sekitar 5 meter. Terhitung kecil bukan? Rupanya hal ini memang dilakukan dengan tujuan untuk menahan suhu dingin di pegunungan.

Karena konon ruangan yang sempit akan lebih hangat. Sedangkan di bagian tengah rumah terdapat lingkaran yang berfungsi untuk tempat menyalakan api, baik sebagai penerangan maupun untuk menghangatkan badan.

Selain informasi tersebut, rumah Honai juga menyimpan fakta unik lain sebagai berikut.

  1. Tidak boleh dibuat secara sembarangan dan hanya boleh dibangun laki-laki. Waktu pembangunan juga telah ditentukan untuk menghindari adanya hambatan yang berupa cuaca maupun bencana alam
  2. Penempatan pintu rumah Honai harus bertemu dengan arah matahari tenggelam atau terbit. Pasalnya, hal ini dinilai bisa membuat penghuni rumah Honai menjadi lebih siaga misal terjadi sesuatu seperti kebakaran atau serangan musuh
  3. Pembangunan rumah Honai dibangun secara berkelompok dan satu keluarga bisa mempunyai beberapa rumah sekaligus. Biasanya satu rumah diantaranya sebagai tempat tinggal dan rumah lainnya sebagai tempat ternak mereka
  4. Rumah Honai terkadang dibangun bertingkat. Tingkat dasar biasanya digunakan untuk menyimpan mumi. Kemudian tingkat selanjutnya untuk menerima tamu laki-laki sedangkan bagian atasnya tempat untuk tidur
  5. Orang perempuan dilarang masuk walaupun itu adalah istrinya sendiri. Karena yang boleh masuk hanyalah orang laki-laki.

2. Rumah Pohon Suku Korowai

Rumah-Pohon-Suku-Korowai

Rumah adat Papua yang lainnya ialah rumah pohon Suku Korowai. Sesuai dengan cara penyebutannya, rumah ini dibangun di atas pohon dengan ketinggian bisa 15 meter sampai 30 meter. Bahkan ada juga yang mencapai 50 meter.

Rumah pohon Suku Korowai mempunyai dinding yang dibuat dari ranting dan juga kayu.Sementara bagian atap dibuat dari dedaunan. Alasan mengapa rumah ini dibangun di atas pohon ialah untuk mengindari gangguan binatang buas dan juga roh jahat yang diyakini mereka.

Mereka yakin bahwa semakin tinggi posisi rumah, maka akan semakin aman pula dari serangan Laleo, yaitu sosok iblis kejam yang suka menyerang mendadak. Namun, jumlah rumah pohon ini konon semakin berkurang karena penghuninya yang juga semakin berkurang.

3. Rumah Adat Kaki Seribu

Rumah-Adat-Kaki-Seribu

Rumah adat Kaki Seribu adalah rumah adat Papua khas Suku Arfak di Papua Barat. Rumah ini biasa dikenal juga dengan Igkojei dan Mod Aki Aksa. Rumah ini sejatinya merupakan rumah panggung. Namun jika rumah panggung yang biasa umumnya tiang pondasinya hanya ada di sisi pinggir rumah.

Sedangkan pada rumah Kaki Seribu ini pondasinya tersebar di seluruh bawah rumah sekaligus menjadi tumpuan yang utama dari bangunan. Rumah ini mempunyai atap yang dibuat dari rumput ilalang, sedangkan bagian lantainya dibuat dari anyaman rotan.

Lalu bagian dinding dibuat dari kayu yang disusun secara vertikal-horizontal yang saling mengikat. Rumah Kaki Seribu cukup luas sehingga nyaman dijadikan tempat tinggal. Lalu untuk tiang yang ada di bawah biasanya diameternya 10 cm yang disusun dengan jarak hanya sekitar 30 cm dari tiang lainnya.

Terbayang betapa rapatnya tiang tersebut bukan? Lebih lanjut lagi, rumah adat Papua satu ini hanya memiliki 2 pintu. Tidak ada jendela sama sekali. Rumah ini memang sengaja dibuat demikian agar keluarga lebih aman dari hewan buas.

Selain itu, konon agar yang bertempat tinggal di dalamnya juga bisa terhindar dari udara dingin dan juga bencana alam sekaligus musuh. Sayangnya, rumah adat satu ini sekarang sudah sangat jarang ditemui, namun Suku Arfak asli masih menggunakannya di pedalaman.

4. Rumah Adat Kariwari

Rumah-Adat-Kariwari

Kalau rumah adat Kariwari, ini adalah rumah adat yang dimiliki oleh Suku Tobati dan juga Suku Enggros. Rumah ini dapat ditemukan di kawasan Danau Sentani, daerah Jayapura. Selayaknya rumah Honai, rumah Kariwari juga dibuat khusus untuk laki-laki, namun yang telah mencapai usia 12 tahun.

Di rumah ini, anak laki-laki tersebut akan dididik berbagai keahlian, misalnya melindungi suku, cara berperang dan cara mencari nafkah apabila telah dewasa. Berbeda dengan rumah Honai yang agak membulat, rumah adat Kariwari ini justru dibangun dengan bentuk atap yang seperti kerucut.

Semakin ke atas semakin runcing dan menjulang cukup tinggi. Rupanya ini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat yang mendekatkan diri kepada leluhur. Ukuran rumah ini juga lebih besar dan dibangun dari bahan yang bervariasi.

Rumah adat Kariwari terdiri atas 3 lantai dengan tinggi yang bisa mencapai antara 20 bahkan hingga 30 meter. Lantai pertama biasa dipakai untuk mendidik anak laki-laki.

Sedangkan lantai kedua biasa digunakan sebagai ruang pertemuan kepala suku, di mana pada malam hari juga berfungsi sebagai tempat tidur anak laki-laki. Kemudian lantai ketiga, menjadi tempat khusus untuk meditasi atau berdoa.

5. Rumah Adat Ebai

Rumah-Adat-Ebai

Nah, kalau rumah adat Papua satu ini khusus untuk para perempuan dan anak-anak. Namun selain dihuni oleh para perempuan, rumah ini juga diperbolehkan sebagai tempat untuk melakukan hubungan badan suami dengan istri.

Kalau dari segi bentuk, rumah adat Ebai dengan rumah adat Honai tampak tidak jauh berbeda. Namun rumah adat Ebai ini lebih lebar dan juga lebih pendek. Biasanya letaknya berdampingan dengan rumah Honai. Hanya saja pintunya tidak dibuat sejajar dengan rumah Honai.

Sebagaimana yang telah dijelaskan, rumah adat Ebai menjadi rumah bagi kaum perempuan, anak perempuan dan juga anak laki-laki. Akan tetapi setelah mencapai usia dewasa, anak laki-laki tersebut nanti akan pindah ke rumah Honai.

6. Rumah Adat Wamai

Rumah-Adat-Wamai

Kalau rumah adat Wamai, tidak ditujukan sebagai tempat tinggal. Melainkan digunakan sebagai kandang untuk ternak baik kambing, ayam atau babi. Oleh sebab itu, luas bangunan ini menyesuaikan dengan banyaknya ternak yang akan ditempatkan di dalamnya.

Atap rumah adat Wamai bentuknya cukup berbeda dengan rumah adat yang lainnya. Sementara bagian dindingnya dibuat dari papan kayu yang membentuk lingkaran karena ditata sedemikian rupa. Biasanya bangunan ini dibuat agak jauh dari pemukiman.

7. Rumah Adat Rumsram

Rumah-Adat-Rumsram

Rumah adat Rumsram ialah rumah adat yang dihuni oleh suku Biak Numfor. Suku ini umumnya bekerja sebagai nelayan. Bentuknya persegi dan berupa rumah panggung sebagaimana rumah-rumah yang ada di pesisir pada umumnya.

Bagian atapnya seperti perahu terbalik yang seolah mencerminkan profesi orang yang menempatinya. Tinggi rumah ini bisa mencapai 8 meter dan di beberapa bagian juga ada hiasan yang berupa ukiran. Rumah adat Rumsram terdiri atas 2 lantai.

Lantai yang pertama adalah ruangan terbuka yang tidak diberi dinding. Di lantai ini para anak laki-laki dididik. Baru lantai dua di atasnya dipakai untuk tempat tinggal. Sedangkan bagian lantainya dibuat dari kulit kayu dengan dinding yang dibuat dari cacahan bambu.

Rumah adat Rumsram mempunyai atap yang dibuat dari daun sagu. Rumah ini juga dilengkapi dengan dua pintu di bagian belakang serta depan rumah, serta beberapa jendela.

Rumah adat Papua beberapa diantaranya masih bisa Anda temukan jika berkunjung ke sana. Hal yang perlu Anda ketahui adalah masing-masing rumah adat di sana mempunyai ciri khas yang membuatnya unik serta filosofi dan kegunaan yang berbeda-beda.

 

Lihat Juga : Rumah Adat Bali