Return on Assets (ROA)

Diposting pada

Pengertian Return on Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) adalah salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian di proyeksikan di masa yang akan datang.

Rumus-Return-on-Assets

Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.


Pengertian Return on Assets (ROA)

Berikut ini terdapat beberapa pengertian return on assets (roa), terdiri atas:


  1. Menurut Putra dan Wirawati (2013)

ROA adalah rasio yang mengukur perbandingan antara laba sebelum pajak dengan totak aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi tingkat ROA menunjukan kinerja keuangan semakin baik, karena return yang dihasilkan semakin besar.


  1. Menurut Harahap (2013:305)

Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukan berapa besar laba bersih diperoleh bila diukur dari nilai aktiva dengan cara membagi laba bersih yang didapar dengan rata-rata total aset perusahaan.


  1. Menurut Fahmi (2013:137)

Return On Asset (ROA) adalah rasio yang melihat sejauh mana investasi atau total aktiva yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Apabila Return On Asset  dalam perusahaan tinggi, maka perusahaan mempunyai kemampuan dalam menghasilkan laba sehingga investor akan semakin yakin bahwa berinvestasi diperusahaan tersebut akan menguntungkan. Karena dengan semakin tingginya Return On Asset, mengandung arti bahwa perusahaan telah efisien dalam menciptakan laba dengan cara mengolah semua total aktiva yang dimilikinya.


Rumus Return On Assets (ROS)

Dalam hal ini, Return On Asssets (ROA) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus-Return-On-Assets


Fungsi Return On Assets (ROA)

Menurut Munawir “2007:91” kegunaan dari analisa Return on Assets dikemukakan sebagai berikut:

  • Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsip ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka manajemen dengan menggunakan teknik analisa Return on Assets dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan.
  • Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh rasio industri, maka dengan analisa Return on Assets dapat dibandingan efisiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama atau di atas rata-ratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui dimana kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
  • Analisa Return on Asset juga dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan. Arti pentingnya mengukur rate ofretum pada tingkat bagian adalah untuk dapat membandingkan efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain didalam perusahaan yang bersangkutan.
  • Analisa Return on Asset juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan dengan menggunakan product cost system yang baik, modal dan biaya dapat dialokasikan kepada berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga dengan demikian dapat dihitung profitabilitas dari masing-masing produk. Dengan demikian manajemen akan dapat mengetahui produk mana yang mempunyai profit potential.
  • Return on Assets selain berguna untuk keperluan kontrol juga berguna untuk keperluan perencanaan, misalnya Return on Assets dapat digunakan sebagian dasar untuk pengembalian keputusan kalau perusahaan akan mengadakan ekspansi.

Unsur-Unsur Pembentuk Return On Assets (ROA)

Indikator “Alat ukur” yang digunakan didalam Return on Assets (ROA) melibatkan unsur laba bersih dan total asset “total aktiva” dimana laba bersih dibagi dengan total asset atau total aktiva perusahaan dikalikan 100% “Brigham dan Houston, 2010:148”.


Dari definisi diatas , maka komponen-komponen pembentuk Retrun on Assets (ROA) menurut Kieso, Weygant Warfield yang diterjemahkan oleh Emil Salim “2002:153” adalah sebagai berikut:

  1. Pendapatan adalah arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya dalam aktiva entitas atau pelunasan kewajibannya selama seuatu periode yang ditimbulkan oleh pengiriman atau produksi barang, penyedia jasa atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama perusahaan.
  2. Beban adalah arus keluar atau penurunan lainnya dalam aktiva sebuah entitas atau penambahan kewajibannya selama satu periode yang ditimbulkan oleh pengiriman atau produksi barang, penyedia jasa atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama perusahaan.
  3. Keuntungan adalah kenaikan ekuitas “aktiva bersih” perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
  4. Kerugian adalah penurunan ekuitas “aktiva bersih” persahaan dari transaksi sampingan ataun insidentil kecuali yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik.

Kelebihan dan Kekurangan Return On Assets (ROA)

Adapun kelebihan dan kekurangan Return on Assets sebagai berikut:


1. Kelebihan Return On Assets (ROA)

Menurut Munawir “2001:91-92” kelebihan Return on Assets yaitu:

  • Dapat diperbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri, hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi.
  • Selain berguna untuk kepentingan montrol, analisa Return on Assets ( ROA ).
  • Jika perusahan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka dengan analisis Retun on Assets ( ROA ) dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan.

2. Kekuranan Return On Aseets (ROA)

Kekurangan Return on Assets (ROA) menurut Munawir “2001:94” adalah:

  1. Return on Asset (ROA) sebagai pengukur divisi sangat dipengaruhi oleh metode depresiasi aktiva tetap.
  2. Return on Assets (ROA) mengandung distorsi yang cukup besar terutama dalam kondisi inflasi. Return on Assets (ROA) akan cenderung tinggi akibat dan penyesuain “kenaikan” harga jual, sementara itu beberapa komponen biaya masih dinilai dengan harga distorsi.

Contoh Soal Return On Assets (ROA)

Mari kita mulai dengan contoh2 sederhana:

Asumsi tidak ada extraordinary items, pajak, & depresiasi.

Kasus 1: Bunga 15%, ROA 20% 1a 1b 1c
Assets 10M 10M 10M
Equity 10M 5M 0
Debt 0 5M 10M
Sales 5M 5M 5M
OP.profit 2M 2M 2M
Intst(15%) 0 750jt 1.5M
Net profit 2M 1.25M 0.5M
ROA 20% 20% 20%
ROE 20% 25% INF*
INF = infinity (besar sekali, bisa diartikan tanda modal bisa cetak profit

Kasus di atas adalah dimana ROA = 20% dan lebih besar daripada bunga pinjaman = 15%. Dalam hal ini semakin besar menggunakan hutang, semakin besar ROE kita.


Kalau istilah roberti kiyosaki ini disebut good debt.

Kasus 2: Bunga 15%, ROA 10%… 2a 2b 2c
Assets 10M 10M 10M
Equity 10M 5M 1M
Debt 0 5M 9M
Sales 5M 5M 5M
OP.profit 1M 1M 1M
Intst(15%) 0 750jt 1.35M
Net profit 1M 0.25M -0.35M
ROA 10% 10% 10%
ROE 10% 5% -35%
minus: rugi – biaya bunga lebih besar drpd pendapatan operasional

Kalau ROA (10%) lebih kecil bunga pinjaman 15%, semakin banyak kita berhutang ROE akan semakin kecil bahkan negatif karena bunga pinjaman yang gede.

Kalau istilah Robert Kiyosaki ini disebut bad debt.

Kasus 3: Bunga 15%, ROA 15% 3a 3b 3c
Assets 10M 10M 10M
Equity 10M 5M 1M
Debt 0 5M 9M
Sales 5M 5M 5M
OP.profit 1.5M 1.5M 1.5M
Intst(15%) 0 750jt 1.35M
Net profit 1.5M 0.75M 0.15M
ROA 15% 15% 15%
ROE 15% 15% 15%

Kalau ROA (15%) sama dengan bunga pinjaman 15%, keputusan untuk berhutang atau tidak tidak akan mempengaruhi ROE, artinya mau hutang mau nggak nggak jadi masalah.


Kesimpulan:

  1. Jika ROA > bunga pinjaman, secara teori berhutang lah sebanyak mungkin. Namun perlu diingat bahwa hutang akan menambah resiko financial. Jadi secara teori biasanya ada cap untuk perbandingan antara hutang dan modal.
  2. Jika ROA < bunga pinjaman. Berhutang untuk menutupi kerugian atau kekurangan dana capex akan semakin menjerumuskan perusahaan ke lubang yang lebih dalam.
  3.  Jika ROA = bunga pinjaman, mau hutang boleh, mau nggak juga boleh. Tidak akan mempengaruhi profitabilitas modal investor.

Biasanya orang menjadikan bunga pinjaman sebagai batas bawah ROA. Dalam hal ini saya sebenarnya kurang setuju, mengingat suku bunga pinjaman biasanya naik turun. Contohnya jika bunga pinjaman naik menjadi 17%, bukankah ROA menjadi lebih kecil daripada bunga pinjaman?


Saya lebih suka menambah margin of safety (mungkin 5%). Jadi batas bawah ROA saya menjadi 20%. Kalau pun bunga pinjaman naik dari 15% menjadi 19%, saya masih bisa tidur nyenyak.
Pada saat ini, sepertinya suku bunga pinjaman perusahaan2 di IDX berkisar dari 15%-20%. SO, hati2 memilih perusahaan dengan ROA dibawah 20%.


DER = total liabilities (debt) / total equities. harusnya emang namanya LER (liabilities – equities ratios).
kasus 1a, 2a, dan 3a: Asset 100% berasal dari ekuitas. DER=0 atau tidak menggunakan hutang)


Kasus 1b,2b, dan 3b: assets berasal dari 50% ekuitas dan 50% hutang. DER=1.0 atau porsi hutang dan ekuitas sama besar.


Kasus 1c,2c,dan 3c: assets berasal dari 10% ekuitas dan 90% hutang. der = 9.0 atau penggunaan hutang yang sangat tinggi.


Pada kasus 1 dimana ROA > bunga hutang, terlihat protfolio dengan menggunakan hutang yang besar (DER gede), ROE menjadi semakin besar.


Pada kasus 2 dimana ROA < bunga hutang, semakin banyak kita berhutang (DER semakin besar), maka profit akan semakin terbakan biaya bunga dan ROE semakin mengecil. Dalam hal ini, pada saat ROA < bunga pinjaman keputusan berhutang adalah tindakan sangat fatal. (nb: coba lihat berapa banyak perusahaan di IDX yang ROAnya < 15% dan mempunyai DER sangat gede…)


Pada kasus 3 dimana ROA = bunga pinjaman, maka tidak masalah apakah pembiayaan assets melalui modal atau hutang, hasilnya rOE akan tetap sama.


Dalam menentukan apakah sebuah perusahaan memiliki utang yang besar atau kecil, cara yang paling umum digunakan adalah dengan membandingkannya dengan modalnya. Contohnya, jika A tercatat memiliki total utang hingga Rp10 trilyun, tapi modalnya masih lebih besar lagi yaitu Rp 20 trilyun, maka A belum bisa dikatakan memiliki utang yang besar. Sementara jika B memiliki utang Rp10 milyar saja, tapi modalnya lebih kecil yaitu Rp5 milyar, maka utang B sudah cukup banyak sehingga sahamnya menjadi kurang ideal secara fundamental.


Demikianlah pembahasan mengenai Rumus Return on Assets (ROA) – Pengertian Menurut Para Ahli, Fungsi, Unsur dan Contoh Soal semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua,,, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂


Baca Juga Artikel Lainnya:

  1. E-Money adalah
  2. “Kepemimpinan Transformasional” Pengertian & ( Ciri – Prinsip )
  3. “Adversity Quotient” Pengertian & ( Aspek – Cara Menumbuhkan )
  4. “Strategi Membaca DRTA ( Directed Reading Thinking Activity )” Pengertian – Tujuan – Langkah & ( Kelebihan – Kekurangan )
  5. “Break Even Point (BEP)” Pengertian & ( Analisis – Manfaat – Asumsi )
  6. Laba Adalah
  7. Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Para Ahli