Seni Teater – Pengertian, Sejarah, Fungsi, Ciri, Jenis dan Unsur

Seni Teater – Pengertian, Sejarah, Fungsi, Ciri, Jenis dan Unsur DosenPendidikan.Com – Untuk pembahasan kali ini kami akan memberikan ulasan mengenai resensi yang dimana dalam hal ini meliputi pengertian, fungsi, unsur, sistematika dan contoh, nah agar lebih dapat memahami dan mengerti simak ulasan selengkapnya dibawah ini.

Seni Teater - Pengertian, Sejarah, Fungsi, Ciri, Jenis dan Unsur

Pengertian Teater

Teater merupakan istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater ialah proses pemilihan teks atau naskah, panafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience “bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti”.


Dalam proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater, Teater bisa diartikan dengan dua cara yakni dalam arti sempit dan dalam arti luas. Teater dalam arti sempit ialah sebagai drama “kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis”.


Dalam arti luas, teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.


Pengertian Seni Teater Menurut Para Ahli

Berikut ini terdapat beberapa seni teater menurut para ahli, antara lain:


  • Menurut Moulton

Seni teater merupakan kisah hidup yang dilukiskan dalam bentuk gerakan (life presented in action).


  • Menurut Balthazar Vallhagen

Seni teater merupakan sebuah kesenian yang melukiskan sifat dan watak manusia dengan gerakan.


  • Menurut Ferdinand Brunetierre

Menurutnya seni teater harus melahirkan sebuah kehendak dengan action atau gerak.


  • Menurut Budianta, dkk (2002)

Seni teater merupakan genre sastra dimana penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya percakapan atau dialog diantara para tokoh yang ada.


  • Menurut Tim Matrix Media Literata

Seni teater merupakan bentuk kisahan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia melalui tingkah laku (akting) yang dipentaskan.


  • Menurut Seni Handayani & Wildan

Seni teater adalah bentuk karangan yang berpijak pada dua cabang kesenian, yakni seni sastra dan seni pentas sehingga drama dibagi dua, yaitu drama dalam bentuk naskah tertulis dan drama yang dipentaskan.


  • Menurut Anne Civardi

Seni teater adalah sebuah kisah yang diceritakan lewat kata-kata dan gerakan.


Sejarah Seni Teater Di Indonesia

Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk 24 mendukung upacara ritual.


Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakatlingkungannya.


Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Berikut ini disajikan beberapa bentuk teater tradisional yang ada di daerah-daerah di Indonesia.


  • Wayang

 Wayang merupakan suatu bentuk teater tradisional yang sangat tua, dan dapat ditelusuri bagaimana asal muasalnya. Dalam menelusuri sejak kapan ada pertunjukan wayang di Jawa, dapat kita temukan berbagai prasasti pada Zaman Raja Jawa, antara lain pada masa Raja Balitung. Prakerja.Co.Id Pada masa pemerintahan Raja Balitung, telah ada petunjuk adanya pertunjukan Wayang seperti yang terdapat pada Prasasti Balitung dengan tahun 907 Masehi. Prasasti tersebut mewartakan bahwa pada saat itu telah dikenal adanya pertunjukan wayang.


Petunjuk semacam itu juga ditemukan dalam sebuah kakawin Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa, pada Zaman Raja Airlangga dalam abad ke-11. Oleh karenanya pertunjukan wayang dianggap kesenian tradisi yang sangat tua. Sedangkan bentuk wayang pada zaman itu belum jelas tergambar model pementasannya.


Awal mula adanya wayang, yaitu saat Prabu Jayabaya bertakhta di Mamonang pada tahun 930. Sang Prabu ingin mengabadikan wajah para leluhurnya dalam bentuk gambar yang kemudian dinamakan Wayang Purwa. Dalam gambaran itu diinginkan wajah para dewa dan manusia Zaman Purba. Pada mulanya hanya digambar di dalam rontal (daun tal). Orang sering menyebutnya daun lontar. Kemudian berkembang menjadi wayang kulit sebagaimana dikenal sekarang.


  • Mamanda

Daerah Kalimantan Selatan mempunyai cukup banyak jenis kesenian antara lain yang paling populer adalah Mamanda, yang merupakan teater tradisional yang bersifat kerakyatan, yang orang sering menyebutnya sebagai teater rakyat. Pada tahun 1897 datang ke Banjarmasin suatu rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka yang lebih dikenal dengan Komidi Indra Bangsawan.


Pengaruh Komidi Bangsawan ini sangat besar terhadap perkembangan teater tradisional di Kalimantan Selatan. Sebelum Mamanda lahir, telah ada suatu bentuk teater rakyat yang dinamakan Bada Moeloek, atau dari kata Ba Abdoel Moeloek. Nama teater tersebut berasal dari judul cerita yaitu Abdoel Moeloek karangan Saleha.


  • Ketoprak

Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer, terutama di daerah Yogyakarta dan daerah Jawa Tengah. Namun di Jawa Timur pun dapat ditemukan ketoprak. Di daerah-daerah tersebut ketoprak merupakan kesenian rakyat yang menyatu dalam kehidupan mereka dan mengalahkan kesenian rakyat lainnya seperti srandul dan emprak.


Pada mulanya ketoprak merupakan permainan orang-orang desa yang sedang menghibur diri dengan menabuh lesung pada waktu bulan purnama, yang disebut gejogan. Dalam perkembangannya menjadi suatu bentuk teater rakyat yang lengkap.


Ketoprak merupakan salah satu bentuk teater rakyat yang sangat memperhatikan bahasa yang digunakan. Bahasa sangat memperoleh perhatian, meskipun yang digunakan bahasa Jawa, namun harus diperhitungkan masalah unggahungguh bahasa. Dalam bahasa Jawa terdapat tingkat-tingkat bahasa yang digunakan, yaitu:

  • Bahasa Jawa biasa (sehari-hari)
  • Bahasa Jawa kromo (untuk yang lebih tinggi)
  • Bahasa Jawa kromo inggil (yaitu untuk tingkat yang tertinggi)

Menggunakan bahasa dalam ketoprak, yang diperhatikan bukan saja penggunaan tingkat-tingkat bahasa, tetapi juga kehalusan bahasa. Karena itu muncul yang disebut bahasa ketoprak, bahasa Jawa dengan bahasa yang halus dan spesifik.


Fungsi Seni Teater

Peranan seni teater telah mengalami pergeseran seiring dengan berkembangnya teknologi. Seni teater tidak hanya dijadikan sebagai sarana upacara maupun hiburan, namun juga sebagai sarana pendidikan. Sebagai seni, teater tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat sebagai hiburan semata, namun juga berperan dalam nilai afektif masyarakat. Adapun beberapa fungsi seni teater, antara lain:


1. Teater sebagai Sarana Upacara

Pada awal munculnya, teater hadir sebagai sarana upacara persembahan kepada dewa Dyonesos dan upacara pesta untuk dewa Apollo. Teater yang  berfungsi untuk kepentingan upacara tidak membutuhkan penonton karena  penontonnya adalah bagian dari peserta upacara itu sendiri. Di Indonesia seni teater yang dijadikan sebagai sarana upacara dikenal dengan istilah teater tradisional.


2. Teater sebagai Media Ekspresi

Teater merupakan salah satu bentuk seni dengan fokus utama pada laku dan dialog. Berbeda dengan seni musik yang mengedepankan aspek suara dan seni tari yang menekankan pada keselarasan gerak dan irama. Dalam praktiknya, Seniman teater akan mengekspresikan seninya dalam bentuk gerakan tubuh dan ucapan-ucapan.


3. Teater sebagai Media Hiburan

Dalam perannya sebagai sarana hiburan, sebelum pementasannya sebuah teater itu harus dengan persiapkan dengan usaha yang maksimal. Sehingga harapannya penonton akan terhibur dengan pertunjukan yang digelar.


4. Teater sebagai Media Pendidikan

Teater adalah seni kolektif, dalam artian teater tidak dikerjakan secara individual. Melainkan untuk mewujudkannya diperlukan kerja tim yang harmonis. Jika suatu teater dipentaskan diharapkan pesan-pesan yang ingin diutarakan penulis dan pemain tersampaikan kepada penonton. Melalui pertunjukan biasanya manusia akan lebih mudah mengerti nilai baik buruk kehidupan dibandingkan hanya membaca lewat sebuah cerita.


Ciri-Ciri Seni Teater

Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri seni teater, antara lain:

  1. Pada seluruh cerita berbentuk dialog, baik pada tokoh maupun narator. semua ucapan ditulis dalam sebuah teks.
  2. Semua dialog tidak menggunakan sebuah tanda petik (“…”). Dialog drama bukan sebuah kalimat langsung. Oleh sebab itu, naskah drama tidak memakai sebuah tanda petik.
  3. Naskah drama dilengkapi sebuah petunjuk tertentu yang harus dilakukan tokoh pemerannya. Petunjuk ditulis dalam tanda kurung (…) atau dengan memberikan suatu jenis huruf yang berbeda dengan huruf dialog.
  4. Naskah drama terletak diatas dialog atau disamping kiri dialog.

Jenis-Jenis Seni Teater

Dalam pertunjukan seni teater dikenal ada beberapa jenis pertunjukan teater, antara lain:


1. Teater Boneka

Pertunjukan boneka telah dilakukan sejak zaman kuno, sisa peninggalannya ditemukan di makam-makam india kuno, Mesir dan Yunani. Boneka sering dipakai untuk menceritakan legenda atau kisah-kisah religius.


Berbagai jenis bonek dimainkan dengan cara yang berbeda. Boneka tangan dipakai di tangan sementara boneka tongkat digerakkan dengan tongkat yang dipegang dari bawah, marionette atau boneka tali digerakkkan dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali boneka diikatkan.


2. Drama Musikal

Merupakan pertunjukan teater yang menggabungkan seni menyayi, menari dan akting. Drama musikal mengedepankan unsur musik, nyanyi dan gerak dari pada dialog para pemainnya. Di panggung Broadway jenis pertunjukan ini sangat terkenal dan biasa disebut dengan pertunjukan kabaret.


3. Teater Gerak

Teater gerak merupakan pertunjukan teater yang unsur utamanya ialah herak dan ekspresi wajah serta tubuh pemainnya. Penggunaan dialog sangat dibatasi atau bahkan dihilangkan seperti dalam pertunjukan pantomim klasik.


Teater gerak, tidak dapat diketahui dengan pasti kelahirannya tetapi ekspresi bebas seniman teater terutama dalam hal gerak menemui puncaknya dalam masa commedia del’arte di Italia.


4. Teater Dramatik

Istilah dramatik digunakan untuk menyebut pertunjukan teater yang berdasar pada dramatika lakon yang dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan karakter secara psikologis sangat diperhatikan dan situasi cerita serta latar belakang kejadian dibuat sedetil mungkin.


Unsur-Unsur Seni Teater

Berikut ini terdapat beberapa unsur-unsur seni teater, antara lain:


Unsur Teater Internal

  • Naskah Atau Skenario
    Naskah atau skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan dialog yang diucapkan.
  • Pemain
    Pemain merupakan orang yang memerankan tokoh tertentu, ada tiga jenis pemain yakni peran utama, peran pembantu dan peran tambahan atau figuran. Dalam film atau sinetron, pemain biasanya disebut aktris untuk perempuan dan aktor untuk laki-laki. Aktor merupakan penunjang utama dalam teater dan aktor juga menghasilkan beberapa unsur diantaranya, unsur gerak dan suara.
  • Sutradara
    Sutradara ialah orang yang memimpin dan mengatur sebuah teknik pembuatan atau pementasan teater.
  • Properti
    Properti merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan dalam pementasan teater. Properti sangat penting untuk menunjang pertunjukan suatu teater. Contohnya dari properti teater seperti kursi, meja, robot, hiasan ruang, dekorasi dan lain-lain.
  • Penataan
    Seluruh pekerja yang terkait dengan pementasan teater antara lain:
    1. Tata rias ialah cara mendandani pemain dalam memerankan tokoh teater agar lebih menyakinkan.
    2. Tata busana ialah pengaturan pekaian pemain agar mendukung keadaan yang menghendaki. Contohnya pakaian sekolah lain dengan pakian harian.
    3. Tata lampu ialah pencahayaan dipanggung.
    4. Tata suara ialah pengaturan pengeras suara.

Unsur Eksternal Teater

Unsur eksternal yakni mengurus segala yang berkenan dengan di luar pemintasan. Yaitu staf produksi, karena staf produksilah yang melakukan segala perlengkapan yang menyangkut pemintasan.

Staf produksi menyangkut menager tingkat produser atau pimpinan produksi sampai segala bagian dibawahnya “Tjokroatmojo dkk”. Adapun untuk tugas masing-masing yaitu:


Produser/Pimpinan Produksi

  • Mengurus produksi secara keseluruhan.
  • Menetapkan personal “petugas”, anggaran biaya, program kerja fasilitas dan sebagainya.

Derektor/Sutradara

  • Pembawa naskah
  • Koordinator pelaksanaan pementasaan
  • Menyiapkan aktor

Stage Manager

  • Pemimpin panggung
  • Membantu sutradara

Desainer

Menyiapkan aspek-aspek visual:

  • Setting “tempat, suasana”
  • Property “perlengkapan pentas”
  • Lighting “tata lampu”
  • Costume “tata busana”
  • Sound “pengeras suara”

Crew

  • Bagian pentas
  • Bagian tata lampu
  • Bagian perlengkapan
  • Bagian taat suara musik

Sutradara

Seorang sutrada memilih naskah, memilih aktor, melatihnya dan lain sebagainya. Asisten sustradara “asdos”. Membantu segala sesuatu yang dibutuhkan oleh seorang sutradara.


Peran Seni Teater dalam Lingkup Sosial Masyarakat

Pertunjukkan teater rakyat tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik.


Semua itu tercermin dalam bentuk garapan teaternya. Bentuk-bentuk garapan teater rakyat selalu dan merupakan cerminan kehidupan sosial. Apa yang diungkapkan dalam garapan teaternya adalah suasana hati, perasaan, dan nurani, serta keadaan jiwa. Oleh karena itu, teater merupakan media ungkap seniman teater sebagai wakil dari nurani masyarakat pendukungnya.


Berikut fungsi-fungsi teater dalam lingkup sosial masyarakat.

  1. Teater berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan ide-ide keindahan (presentasi estetis). Manusia bisa tersentuh oleh ungkapan-ungkapan seniman lewat media teater. Bagaimana indahnya hidup rukun dengan sesama dan bagaimana indahnya hidup berdampingan dengan alam. Kadang-kadang, ide-ide itu tidak semuanya menyenangkan penonton. Bisa saja penonton setelah melihat pertunjukkan teater merasa benci, marah, takut, haru, atau sedih. Semua perasaan itu luruh menjadi perasaan tunggal, yaitu indah (estetis). Menonton sebuah pertunjukkan teater adalah belajar menafsirkan ide-ide apa yang dikomunikasikan oleh seniman teater kepada khalayak. Oleh sebab itu, penonton dituntut untuk tidak hanya menggunakan emosinya dalam menyaksikan pertunjukkan, tetapi juga pikirannya agar bisa mengambil hikmah dari apa yang telah disaksikannya. Dalam sebuah pertunjukkan, selalu ada tema, isi, serta pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Menonton adlah proses belajar memahami gagasan atauide yang disampaikan oleh orang lain (seniman). Jika kamu tidak paham, pertunjukkan teater tersebut tiada bermanfaat. Oleh sebab itu untuk memahami sebuah pertunjukkan, kamu harus sering menonton pertunjukkan teater agar hati dan pikiranmu terasa menerjemahkan sebuah karya drama.
  2. b. Teater berfungsi untuk alat propaganda, misalnya program-program pemerintah, propaganda politik, atau program-program yayasan tertentu yang berhubungan dengan jasa layanan masyarakat. Program-program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah sering dititipkan pada pertunjukkan teater rakyat. Misalnya, menyosialisasikan program Keluarga Berencana (KB), sadar hukum, disiplin nasional, bebas narkoba, atau hidup sederhana.

Perbedaan Teater dan Drama

Teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat dan “drame” yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah.


Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata “drama” juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata “teater” dan “drama” bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau karya sastra (Bakdi Soemanto, 2001).


Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa istilah “teater” berkaitan langsung dengan pertunjukan, sedangkan “drama” adalah berkaitan dengan lakon atau naskah cerita yang akan dipentaskan. Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh penonton.


Jika “drama” adalah lakon dan “teater” adalah pertunjukan maka “drama” merupakan bagian atau salah satu unsur dari “teater”.


Dengan kata lain, secara khusus teater mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan (to act) sehingga tindak- tanduk pemain di atas pentas disebut acting. Istilah acting diambil dari kata Yunani “dran” yang berarti, berbuat, berlaku, atau beraksi. Karena aktivitas beraksi ini maka para pemain pria dalam teater disebut actor dan pemain wanita disebut actress.


Meskipun istilah teater sekarang lebih umum digunakan tetapi sebelum itu istilah drama lebih populer sehingga pertunjukan teater di atas panggung disebut sebagai pentas drama. Hal ini menandakan digunakannya naskah lakon yang biasa disebut sebagai karya sastra drama dalam pertunjukan teater. Di Indonesia, pada tahun 1920-an, belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara atau  tonil (dari bahasa Belanda: Het Toneel).


Istilah Sandiwara konon dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah” yang berarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara” berarti “pengajaran yang dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993).


Rombongan teater pada masa itu menggunakan nama Sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman.


Contoh Seni Teater

Mengisahkan sebuah keluarga petani yang hidup serba kekurangan di Tanah Gayo, Aceh. Kesedihan dan penderitaan yang dialami kepala keluarga beserta sang istri bertambah karena anak pertama mereka sangat tidak mengerti akan kondisi dan situasi yang dialami keluarga. Bahkan anak itu tak sudi untuk mengurus adiknya. Hingga suatu saat, hal yang tidak masuk akal terjadi pada keluarga tersebut.

Judul : Legenda Batu Belah Batu Betangkup

Tema :

Penyesalan anak durhaka pada kedua orang tua

Tokoh dan Perwatakan

  • Sulung : Nakal dan tidak patuh kepada orang tua
  • Ayah : Pekerja keras
  • Ibu : Pasrah
  • Bungsu
  • Tetangga

Naskah Drama

Suatu hari ketika musim kemarau, ladang kecil yang dimiliki petani tersebut sangat kering dan tidak membuahkan hasil.

Ayah :Bu, kita sudah tak ada uang. Ladang kering kerontang. Apa yang harus kita lakukan untuk menyambung hidup?

Ibu :Bagaimana kalau kambing yang kita ternak dijual saja Yah?

Ayah :Tapi kan kambing-kambing itu sangat kurus, tidak akan laku mahal di pasar, Bu.

Ibu :Nanti coba minta tolong Sulung untuk menggembala kambing ke padang rumput supaya cepat gemuk ya Yah.

Ayah :Iya Bu.

Ayah segera memanggil Sulung.

Ayah :Sulung, tolong kamu beri makan kambing-kambing kita di padang rumput ya. Persediaan uang sudah menipis, sedangkan ladang kita sedang sangat kering.

Sulung :Tidak mau!

Ibu :Kenapa, Sulung? Tolonglah bantu Ayah dan Ibu.

Ayah :Iya, nak. Rencananya kambing akan Ayah jual di pasar untuk pemasukan kebutuhan kita.

Tak lama kemudian Sulung mau menggembala dua ekor kambing yang dimikili Ayahnya. Namun tak sampai di padang rumput yang dituju, Sulung memutuskan untuk tidur di bawah sebuah pohon hingga sore. Dan ketika bangun, kambing yang dititipkan Ayahnya sudah raib entah ke mana. Tanpa rasa bersalah, Sulung tak menjelaskan kejadian sebenarnya.

Ayah :Kambing-kambing kita di mana, Sulung? Kok tidak ada?

Sulung :Tadi hanyut di sungai!

Ayah :Apa? Hanyut? Yaampun bagaimana ini? Kenapa bisa hanyut?

Ayah sangat kecewa pada Sulung yang tidak bisa diandalkan, padahal semua hal yang dimintanya adalah demi kepentingan hidup bersama-sama, yaitu demi kebutuhan pangan. Kesedihanpun dirasakan Ibu yang selalu bersedia untuk mencari tambahan penghasilan untuk keluarga. Tanpa pikir panjang, Ayah segera berangkat ke hutan untuk melihat perangkap yang sengaja dipasang untuk menjerat hewan yang ada di sekitar hutan.

Ayah :Wow ternyata aku dapat! Seekor anak babi hutan, pasti akan laku dijual di pasar. Lumayan untuk membeli kebutuhan makanan selama seminggu!

Dengan rasa gembira, Ayah melepas jeratan yang ada pada kaki hewan tersebut dan membawanya pulang. Namun hal tak terduga terjadi sebelum ia keluar dari hutan. Ia diserang dua ekor induk babi yang penuh amarah melihat anak mereka ditangkap. Serangan babi hutan tersebut tak kuasa tertahan sehingga Ayah sulung terkapar tak berdaya namun tetap mencoba melakukan serangan balik pada hewan liar tersebut. Tetapi usahanya tak membuahkan hasil, justru ia dikejar kawanan babi hutan hingga ke sungai. Sungguh naas nasibnya, ia tewas ketika melompati bebatuan karena terjatuh dan kepalanya membentur sebuah batu.

Sementara itu, Ibu sedang memarahi Sulung yang tega membuang beras terakhir yang tersedia di rumah dengan rasa sedih yang tidak terbendung.

Ibu :Sulung! Kamu ini apa-apaan? Selalu bikin susah orang tua! Seenaknya saja kamu buang beras untuk makan ke dalam sumur?!

Lelah memarahi Sulung, Ibupun meminta tolong agar Sulung mengambil periuk tanah liat di belakang untuk dijual ke pasar.

Ibu :Yasudah Sulung, tolong Ibu ambil periuk tanah di belakang. Akan Ibu jual ke pasar, tolong jaga adik karena Ayah belum pulang ke rumah.

Sulung :Untuk apa aku ambil periuk dan menjaga si Bungsu?!!! Aku jadi tidak bisa main! Mending aku pecahkan saja periuk ini!!!!

Tak disangka periuk hasil buatan Ibu dipecahkan begitu saja oleh anak nakal yang satu ini. Sungguh keterlaluan dan membuat hati Ibu hancur berkeping-keping layaknya periuk yang sudah pecah itu.

Ibu :Suluuuung….. Apa kamu tidak tahu, kita butuh makan. Kenapa kamu pecahkan periuk itu? Padahal itu adalah satu-satunya sisa harta yang kita punya. (sambil meneteskan air mata)

Sungguh terlalu, Sulung justru membentak Ibunya dengan nada tinggi yang tak terkira. sikap Sulung itu sangat keterlaluan pada Ibunya. Ia tak sadar bahwa suatu saat nanti penyesalan dan penderitaan pasti akan ia alami jika sang Ibu sudah tiada. Sementara itu, Bungsu yang baru satu tahun hanya bisa menyaksikan kesedihan mendalam pada Ibunya. Jika sudah sebesar Sulung, mungkin adiknya itu akan berinisiatif untuk menolong Ibunya. Tak lama kemudian, salah satu tetangga datang di tengah kekacauan dalam rumah itu.

Tetangga:Bu, saya ingin menyampaikan informasi bahwa suami Ibu ditemukan sudah tak bernyawa di tepi sungai. Saya beserta warga yang lain turut berduka cita sedalam-dalamnya atas kepergian Almarhum.

Ibu :Innalillahi wainailaihi rajiun… (semakin tersedu mendengar kabar buruk tersebut)

Namun tak nampak raut wajah kesedihan dari wajah Sulung. Ia justru berpikir bahwa tanpa Ayahnya, ia berarti bebas karena tidak ada yang menyuruh-nyuruhnya lagi.

Ibu :Sulung… Ibu tak sanggup lagi hidup di dunia ini. Ibu sangat sedih melihat perilaku kamu. Tolong jaga Bungsu, Ibu mau menyusul Ayahmu…

Ibu Sulung pergi menuju sebuah batu yang disebut Batu Belah tempat suaminya terjatuh dan meninggal. Kemudian iapun bersenandung sambil berjalan menuju batu tersebut…

“Batu belah batu bertangkup. Hatiku alangkah merana. Batu belah batu bertangkup. Bawalah aku serta.”

Angin sesaat bertiup kencang dan membuat Ibu Sulung terperangkap di Batu Belah yang tidak bisa terbuka kembali untuk selamanya. Menyadari Ibunya telah tiada, Sulungpun sangat menyesal.

Sulung :Ibuuuuu!!!! Maafkan aku!!! Ibu kembalilah, Buuu!!!! Aku menyesaaal!!! Ibuuuu!!!!

Sambil merintih dan terus menerus memohon Ibunya kembali, usaha Sulung tetap sia-sia. Batu Belah kini tertutup dan ia tak akan bisa bertemu Ibunya.

—- Selesai—-


Demikianlah pembahasan mengenai “Properti Dalam Teater” Pengertian & ( Unsur – Jenis ) semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂