Solidaritas adalah

Solidaritas – Pengertian Menurut Para Ahli, Jenis, Manfaat, Prinsip, Faktor, Hal, Ancaman & Contoh – Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai Solidaritas yang dimana dalam hal ini meliputi pengertian menurut para ahli, jenis, manfaat, prinsip, faktor, hal, ancaman dan contoh, untuk lebih memahami dan mengerti simak ulasan dibawah ini.

Solidaritas adalah

Pengertian Solidaritas

Secara etimologi arti solidaritas adalah kesetiakawanan atau kekompakkan. Dalam bahasa Arab berarti tadhamun (ketetapan dalam hubungan) atau takaful (saling menyempurnakan/melindungi). Pendapat lain mengemukakan bahwa Solidaritas adalah kombinasi atau persetujuan dari seluruh elemen atau individu sebagai sebuah kelompok.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa solidaritas diambil dari kata Solider yang berarti    mempunyai atau memperliatkan perasaan bersatu Dengan demikian, bila dikaitkan dengan kelompok sosial dapat disimpulkan bahwa Solidaritas adalah rasa kebersamaan dalam suatu kelompok tertentu yang menyangkut tentang kesetiakawanan dalam mencapai tujuan dan keinginan yang sama.


Di lingkungan kita dapat merasakan adanya rasa solidaritas yang tinggi atau kebersamaan banyak sekali kebersamaan yang akan tercipta kebersamaan dalam hal baik maupun hal buruk misalkan para pelajar yang terlibat tawuran mereka mengatakan bahwa mereka mempunyai rasa solidaritas yang tinngi jadi bila temannya ikut tawuran maka pelajar yang lain juga harus ikut tawuran inilah salah satu contoh sikap solidaritas yang sangat buruk yang banyak terjadi dan menimpa para pelajar di Indonesia, seharus nya rasa solidaritas di gunakan untuk hal-hal yang baik misalkan dalam hal belajar bersama ataupun berqurban.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Perubahan Sosial adalah


Jadi dapat disimpulkan bahwa solidaritas adalah rasa kebersamaan,rasa kesatuan kepentingan, rasa simpati, sebagai salah satu anggota dari kelas yang sama. atau bisa di artikan perasaan atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama.


Pengertian Solidaritas Menurut Para Ahli

Adapun pengertian Solidaritas Sosial menurut Emile Durkheim dan pendapat beberapa ahli, sebagai berikut :


  • Menurut Robbert M.Z Lawang (1985:262)

yaitu dasar pengertian solidaritas sosial tetap kita berpegang yakni kesatuan, persahabatan, saling percaya yang muncul dari tanggung jawab dan kepentingan bersama diantara para anggota.


  • Menurut Emile Durkheim yang di kutip oleh Robbert M.Z Lawang (1985:63)

Bahwa solidaritas sosial adalah keadaan saling percaya antar anggota kelompok atau komunitas.


Jika  orang saling percaya mereka akan menjadi satu atau menjadi sahabat, menjadi saling menghormati, menjadi saling bertanggung jawab untuk saling membantu dalam memenuhi kebutuhan antar sesama.


  • Menurut Soerjono Soekanto (1987:68-69)

Menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan kohesi yang ada  antara anggota suatu asosiasi, kelompok, kelas sosial, kasta, dan antara berbagai individu dan kelompok, maupun kelas-kelas membentuk masyarakat, dengan bagian-bagiannya.


Pentingnya Solidaritas dalam Kehidupan Manusia dan Kelompok

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang sangat membutuhkan orang lain disekitarnya. Multikulturalisme yang ada di Indonesia menyebutkan bahwa Indonesia mempunyai banyak keragaman dan kekayaan yang sangat membutuhkan solidaritas antar sesama umat manusia demi tercapainya kehidupan yang harmonis.


Mengacu pada negara Indonesia yang mempunyai budaya beraneka ragam, agama yang diakui dan suku yang bermacam-macam, berbicara tentang solidaritas antar umat manusia rasanya sudah biasa. Solidaritas yang pada umumnya adalah kata yang dipakai untuk mempersatukan dan menyamakan perbedaan disekeliling kita pun, sudah mulai pudar. Perpecahan diantara umat manusia semakin bertambah banyak jika tidak ada solidaritas yang dimulai dari dalam diri.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Pengertian ASEAN


Perasaan solidaritas, senasib seperjuangan, setia, sifat satu rasa yang solider diberbagai macam kalangan, sangat minim dan banyak dilupakan demi kepuasan diri sendiri atas kepentingan pribadi . Solidaritas itu penting karena sangat mempengaruhi perubahan sosial budaya. Perubahan sosial yang mencakup sikap setiap orang dan kondisi suatu lingkungan yang didominasi oleh perbedaan, dan perbedaan budaya yang menyebabkan solidaritas itu sendiri hilang seiring berjalannya waktu, dari generasi ke generasi karena tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ketika menghadapi perbedaan.


Menciptakan keadaan sosial yang teratur dan satu, merupakan tujuan dari solidaritas. Perbedaan yang ada disekitar kita bukan untuk ditertawakan dan diasingkan, namun disitulah peran penting solidaritas, yaitu menyamakan dan mempersatukan perasaan toleransi. Peran penting solidaritas dapat diukur keberhasilannya jika solidaritas dapat menciptakan kesatuan dan kesamaan perjuangan dalam masyarakat.


Hal-hal yang terjadi jika tidak ada solidaritas disekitar kita adalah timbulnya stereotype, prasangka, dan primordialisme. Mempertahankan apa yang menurutnya paling baik, tidak mau membuka diri dan selalu mencaci maki golongan lain, adalah contoh hal-hal yang berpotensi akan terjadi jika tidak dilandasi oleh solidaritas. Solidaritas antar manusia sudah harus diterapkan dari semenjak dini. Mengingat pentingnya solidaritas yang mengatasnamakan perbedaan dapat memperkaya relasi, budaya dan persatuan, maka solidaritas harus diusahakan dan dipertahankan.


Cara untuk membangun solidaritas dari yang paling sederhana adalah menghormati orang yang sedang beribadah, mengucapkan selamat kepada orang yang merayakan hari raya, dan tidak memilih-milih teman. Saling menghargai terhadap orang yang tidak sesuku, berbeda kepercayaan dan status, juga sangat ditekankan dalam hal solidaritas. Kesadaran dari dalam diri setiap manusia juga merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk menciptakan solidaritas.


Berbicara tentang solidaritas mungkin merupakan hal yang sangat mudah dilakukan oleh banyak orang, tetapi setelah kita mengerti betapa pentingnya solidaritas itu dikehidupan kita, sudah selayaknya kita mengusahakan agar solidaritas itu tetap ada dan tidak hilang. Faktor-faktor yang mendukung adanya solidaritas dari dalam diri hendaknya ditumbuh kembangkan menjadi suatu kebiasaan yang positif.


Solidaritas tidak hanya sebatas teori saja yang memiliki tujuan dan peranan penting dalam kehidupan setiap orang, melainkan juga suatu praktik yang bersifat rendah hati, tulus dari dalam diri dan terus-menerus. Hendaknya setiap orang yang mencintai perbedaan dan orang yang selalu menutup diri terhadap perbedaan, dapat mengaplikasikan solidaritas antar orang lain, sehingga tujuan dari solidaritas itu sendiri tercapai.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Pengertian Bela Negara


Jenis-Jenis Solidaritas

Jadi emile Durkheim membagi masyarakat berdasarkan bentuk dari solidaritas sosialnya, yaitu antara lain :


  1. Solidaritas Organik

adalah solidaritas yang didasarkan atas perbedaan-perbedaan, solidaritas ini muncul akibat timbulnya pembagian kerja yang makin besar, solidaritas ini didasarkan atas tingkat ketergantungan yang sangat tinggi.


Perbedaan pola relasi-relasi dapat membentuk ikatan sosial dan persatuan melalui pemikiran yang membutuhkan kebersamaan serta diikat dengan kaidah moral, norma, undang-undang, atau seperangkat nilai yang bersifat universal. Karena itu, ikatan solidaritas tidak lagi menyeluruh, melainkan terbatas pada kepentingan bersama yang bersifat parsial atau hubungan bagian dari keseluruhan.


Ketergantungan ini di akibatakan karena spesialisasi yang tinggi di antara keahlian individu. Spesialisasi ini juga sekaligus mengurangi kesadaran kolektif yang ada dalam masyarakat mekanis. Akibatnya, kesadaran dan homogenitas dalam kehidupan sosial tergeser.


Keahlian yang berbeda dan spesialisasi itu, munculah ketergantungan fungsional yang bertambah antara individu-idividu yang memiliki spesialisasi dan secara relatif lebih otonom sifatnya.


  1. Solidaritas Mekanik

adalah bahwa solidaritas ini didasarkan pada tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentiment dan sebagainya.


Model solidaritas seperti ini biasa di temukan dalam masyarakat primitif atau masyarakat tradisional yang masih sederhana. Dalam masyarakat seperti ini pembagian kerja hampir tidak terjadi. Seluruh kehidupan di pusatkan pada sosok kepala suku. Pengelolaan kepentingan kehidupan sosial bersifat personal. Keterikatan sosial terjadi karena kepatuhan terhadap nilai-nilai tradisional yang dianut oleh masyarakat. Demikian juga sistem kepemimpinan yang di laksanakan berjalan secara turun-temurun.


Solidaritas mekanis ini, terjadi dalam masyarakat yang memiliki ciri khas keseragaman pola-pola relasi sosial, memiliki latar belakang pekerjaan yang sama dan kedudukan semua anggota. Apabila nilai-nilai budaya yang melandasi relasi mereka, dapat menyatukan mereka secara menyeluruh. Maka akan memunculkan ikatan sosial yang kuat dan di tandai dengan munculnya identitas sosial yang kuat pula.


Individu menyatukan diri dalam kebersamaan, sehingga tidak ada aspek kehidupan yang tidak diseragamkan oleh relasi-relasi sosial yang sama. Individu melibatkan diri secara penuh dalam kebersamaan pada masyarakat. Karena itu, tidak terbayangkan bahwa hidup mereka masih dapat berlangsung apabila salah satu aspek kehidupan di pisahkan dari kebersamaan.


Solidaritas mekanis menunjukan berbagai komponen atau indikator penting. Contohnya yaitu, adanya kesadaran kolektif yang di dasarkan pada sifat ketergantungan individu yang memiliki kepercayaan dan pola  normatif yang sama. Individualitas tidak berkembang karena di hilangkan oleh tekanan aturan atau hukum yang bersifat represif (menekan). Sifat hukuman cenderung mencerminkan dan menyatakan kemarahan kolektif yang muncul atas penyimpangan atau pelanggaran kesadaran kolektif dalam kelompok sosialnya.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Pengertian Identitas Nasional


Manfaat Solidaritas

Manfaat yang bisa kita ambil dari rasa solidaritas adalah saling membantu antar sesama anggota kelompok dan rasa peduli untuk sesama anggota kelompok maupun antar anggota kelompok lain, biasanya sering terjadi konflik antara sesama anggota kelompok dimana kita bisa melihat ada atau tidak rasa solidaritas.


Banyak manfaat yang bisa kita ambil dari rasa solidaritas dan kepedulian terhadap orang lain berarti menunjukkan rasa penting nya solidaritas dalam kehidupan manusia di mana solidaritas dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga kekerabatan antar anggota kelompok, tetangga, teman atau keluarga sehingga cocok untuk menumbuhkan rasa solidaritas dalam diri kita sendiri dan menjaga yang tidak hilang kami juga harus mampu memanfaatkan arti sebenarnya dari solidaritas dengan kami. Berikut ini manfaat solidaritas di antaranya:

  1. Dapat menumbuhkan rasa tenggang rasa angtara sesama anggota kelompok
  2. Berkurangnya konflik antar sesama anggota kelompok
  3. Mengurangi rasa iri dan dengki antarsesama anggota kelompok
  4. Menumbuhkan keharmonisan kelompok

Prinsip Solidaritas

Berikut ini terdapat beberapa prinsip solidarita, terdiri atas:

  • Terjaganya rasa persaudaraan dan pertemanan terhadap sesama;
  • Timbulnya rasa kepedulian terhadap teman dan keluarga;
  • Lebih peka terhadap lingkungan sekitar;
  • Terjalinnya kekompakan terhadap teman.

Faktor Pengaruh Solidaritas

Berikut ini terdapat beberapa faktor pengaruh solidarita, terdiri atas:


1. Faktor Lingkungan

Lingkungan di sekitar kita dapat mempengaruhi adanya rasa solidaritas seperti bagaimana cara kita bergaul dan berteman di dalam lingkungan.


2. Faktor Keluarga

Pendidikan yang di berikan di dalam keluarga sejak kecil dapat memberikan dampak bagi positiv setelah kita dewasa jadi pendidikan yang di berikan bagi anak-anak kita sangat berguna bagi perkembangan nya di kehidupan yang akan datang.


Hal-Hal yang Terjadi Jika Tidak Ada Solidaritas

Terdiri atas:


1. Stereotype

Stereotype adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat. Namun, stereotipe dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif.


Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang. Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula stereotipe: psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik antarkelompok. Sosiolog menekankan pada hubungan di antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial.


Para humanis berorientasi psikoanalisis menekankan bahwa stereotipe secara definisi tidak pernah akurat, namun merupakan penonjolan ketakutan seseorang kepada orang lainnya, tanpa mempedulikan kenyataan yang sebenarnya. Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat, namun beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotipe sesuai dengan fakta terukur.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Lambang ASEAN dan Artinya


2. Prasangka

Prasangka adalah sikap yang negatif terhadap sesuatu tanpa ada alasan mendasar atas pribadi tersebut. Prasangka merupakan suatu tipe khusus dari sikap yang cenderung kearah negatif yang memiliki konsekuensi sebagai berikut:


  • Berfungsi sebagai skema

(kerangka fikir kognitif untuk mengorganisasi,menginterprestasi dan mengambil informasi) yang mempengaruhi cara memproses informasi.

  • Melibatkan keyakinan dan perasaan negatif terhadap orang yang menjadi anggota kelompok sasaran

  • Teori-Teori Prasangka

Terdiri atas:


  1. Teori kategorisasi sosial

Melalui kategorisasi kita membuat dunia yang tak terbatas ini menjadi lebih sederhana dan bisa dimengerti oleh siapa saja. Pembedaan kategorisasi bisa didasarkan pada persamaan atau perbedaan.


Pengkategorian cenderung mengkontraskan antara kedua belah pihak yang berbeda. Jika satu dinilai baik maka cenderung kelompok lain di nilai buruk.


  1. Teori konflik -realistis

Teori ini memandang bahwa terjadinya kompetisi dan konflik antar kelompok dapat meningkatkan kecenderungan untuk berprasangka dan mendiskriminasikan anggota out group.


  1. Teori perbandingan sosial

Prasangka terlahir ketika orang menilai adanya perbedaan yang mencolok. Artinya keadaan status yang tidak seimbang yang akan melahirkan prasangka.


  1. Teori identitas sosial

Berdasarkan teori ini prasangka biasanya terjadi disebabkan oleh in group dan favoritsm yaitu kecenderungan untuk mendiskriminasikan dalam perlakuan yang lebih baik atau menguntungkan in group diatas out group. Orang memakai identitas sosialnya sebagai sumber dari kebangggan diri dan harga diri. Semakin positif kelompok dinilai maka semakin kuat identitas kelompok yang dimiliki dan akan memperkuat harga diri.


  1. Teori Deprivasi Relatif

Deprivasi Relatif adalah keadaan psikologis dimana seseorang merasakan ketidakpuasan atas kesenjangan atau kekurangan subjektif yang dirasakannya pada saat keadaan diri dan kelompoknya dibandingkan dengan orang lain atau kelompok lain. Keadaan deprivasi bisa menimbulkan persepsi adanya suatu ketidakadilan sehingga menimbulkan terjadinya prasangka.


  1. Teori Frustrasi-Agresi

Menurut teori ini, prasangka merupakan manifestasi dari displaced aggrsion sebagai akibat dari frustrasi. Asumsi dasar dari teori ini adalah jika tujuan seseorang dirintangi atau dihalangi, maka individu tersebut akan mengalami frustrasi. Frustrasi yang dialami akan membawa individu tersebut pada perasaan bermusuhan terhadap sumber penyebab frustrasi. Hal itulah yang menyebabkan individu seringkali mengkambing hitamkan individu lain yang kurang memiliki kekuasaan.


  1. Teori Belajar Sosial

Menurut teori ini prasangka biasanya diperoleh anak-anak melalui proses sosialisasi. Anak- anak banyak yang menginternalisasikan norma norma mengenai stereotipe dan perilaku antar kelompok yang ditetapkan oleh orang tua dan teman sebaya. Selain dari orang tua dan teman sebaya, media massa juga menjadi sumber anak untuk mempelajari stereotipe dan prasangka.


3. Primordialisme

Pandangan atau paham yang menunjukansikap berpegang teguh pada hal-hal yang sejak semula melekat pada individu, seperti suku bangsa, ras danagama.


Primordialisme sebagai identitas suatu kelompok atau golongan sosial merupakan faktor penting dalam memperkuat ikatan golongan atau kelompok yang bersangkutan dalam menghadapi ancaman dari luar.


Primordialisme dapat terjadi karena faktor- faktor berikut:

  1. Adanya suatu yang dianggap istimewa oleh individu dalam kelompok atau suatu perkumpulan
  2. Adanya suatu sikap untuk mempertahankan keutuhan suatu kelompok atau kesatuan sosial dari ancaman luar.
  3. Adanya nilai-nilai yang berkaitan dengan sistem keyakinan, seperti nilai agama, dan pandangan hidup

4. Kehilangan rasa solidaritas terhadap sesama

Egoisme yang tak terbatas, terasingkan dalam kehidupan sosial dan


5. Kesulitan dalam bersosialisasi

Sikap dalam menghadapi individualis, kita tidak boleh melupakan kodrat kita sebagai makhluk sosial yang mungkin sewaktu-waktu kita pasti membutuhkan bantuan orang lain.Selain itu, individualis tidak sesuai dengan ideologi Negara Indonesia yaitu pancasila.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Pengertian Fungsi Dan Tujuan Wawasan Nusantara


Ancaman Terhadap Solidaritas Sosial

Dalam suatu masyarakat yang didasarkan pada solidaritas mekanik, solidaritas sosial dapat terancam oleh kemungkinan perpecahan kelompok-kelompok kecil yang secara fungsional bersifat otonom dan oleh jenis perilaku menyimpang apa saja yang merusak kesadaran kolektif yang kuat. Peralihan dari solidaritas mekanik ke organik tidak selalu merupakan proses yang lancar dan penuh keseimbangan tanpa ketegangan-ketegangan.


Karena ikatan sosial primodial yang lama dalam bidang agama, kekerabatan, dan omunikasi dirusak oleh meningkatnya pembagian kerja, mugkin ada ikatan-ikaan lainnya yang tidak berhasil menggantiannya. Akinatnya masyarakat menjadi terpecah dimana individu terputus ikatan-ikatan sosialnya, dan dimana kelompok-kelompok yang menjadi perantara individu dengan masyarakat luas tidak berkembang dengan baik.


  • Sumber-Sumber Ketegangan dalam Masyarakat Organik yang Kompleks

Satu ancaman yang lebih penting lagi terhadap solidaritas organik, berkembang dari heterogenitas dan individualitas yang semakin besar yang berhubungan dengan pembagian kerja yang tinggi. Dengan heterogenitas yang tinggi, ikatan bersama yang mempersatukan berbagai anggota masyarakat menjadi kendor. Individu mula mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang lebih terbatas yang terdapat dalam masyarakat itu, seperti kelompok pekerjaan.


Solidaritas dalam kelompok-kelompok kecil separti itu tentu saja bersifat mekanik. Kalau solidaritas dengan tingkat ini digabungkan dengan melemahnya identifikasi dengan masyarakat yang lebih luas, maka kemungkinan konflik itu ada, karena kelompok khusus itu mengejar kepentingannya sendiri dengan merugukan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.


Alasan yang terdapat dalam hukuman bagi perilaku yang menyimpang yang mengancam solidaritas organik berbeda dengan alasan untuk menghukumpenyimpangan yang mengancam solidaritas mekanik. Pada umumnya hukuman terhadap orang yang menyimpang dalam suatu masyarakat organik cenderung lebih bersifat rasional dan disesuaikan dengan besarnya pelanggaran itu. Solidaritas organik dapat jaga rusak karena tekanan yang terlampau berlebih-lebihan terhadap individualisme.


  • Integrasi Sosial dan Angka Bunuh Diri

Manifestasi utama yang dianalisis Durkheim secara intensif adalah perubahan dalam angka bunuh diri. Proporsi dasar yang digunakan dalam Suicide (penelitian klasik Durkheim) adalah bahwa angka bunuh diri berbeda-beda menurut tingkat integrasi sosial. Durkheim mengidentifikasikan tiga tipe bunuh diri, yaitu: egoistik, anomik, dan altruistik. Untuk kedua tipe yang pertama itu, angka bunuh diri berbeda-beda menurut tingkat integrasi sosial, artinya semakin rendah integrasi, semakin tiggi angka bunuh dir.


Bunuh diri egoistik merupakan hasil dari suatu tekanan yang berlebih-lebihan pada individualisme atau kurangnya ikatan sosial yang cukup dengan kelompok sosial. Bunuh diri egoistik dapat disebabkan oleh tekanan budaya pada individualisme maupun oleh kurangnya ikatan pribadi oleh kelompok primer.


Bunuh diri anomik muncul dari tidak adanya pengaturan bagi tujuan dan aspirasi individu. Kalau bunuh diri egoistik mencerminkan memudarnya integrasi sosial, maka bnuh diri altruistik merupakan hasil dari suatu tingkatan integrasi sosial yang terlampau kuat. Tingkat integrasi yang tinggi itu menekankan individualitas ke titik dimana individu dipandang tidak pantas atau tidak penting dalam kedudukannya sendiri.


Bunuh diri altruistik dapat disebabkan oleh dua sebab, yaitu (1) norma-norma kelompok mungkin penuntut pengorbanan kehidupan individu, (2) norma-norma kelompok itu menuntut pelaksanaan tugas-tugas yang begitu barat untuk dapat  dicapai sehingga individu itu mengalami kegagalan walaupun mereka sudah mereka sudah menunjukan usaha yang paling optimal.


  • Kemunculan dan Dukungan terhadap Solidaritas

Perhatian Durkheim terhadap landasan-landasan moral masyarakat merangsang perkembangan perspektif sosiologi klasiknya pada fungsi agama yang bersifat sosial. Abalisanya mengenai hubungan timbal balik yang erat antara agama dan masyarakat dapat dikembangkan panjang lebar dalam The Elementary Forms of The Religious Life. Corak utama dari agama apa saja dalam pandangan Durkheim adalah berhubungan dengan suatu dunia yang suci.


Durkheim memperbaiki dan menolak beberapa teori yang berlaku yang menjelaskan kepercayaan-kepercayaan akan suatu dunia yang suci sebagai khayalan belaka atau ilusi yang diperlukan oleh orang-orang dalam suatu abad prailmiah untuk menjelaskan gejala-gejala alam. Dia selanjutnya memperliatkan bahwa hubungan dengan kekuasaan ilahi yang bersifat supranatural yang dirasakan orang sama dengan hubungan mereka dengan masyarakat.


  • Hubungan antara Orientasi Agama dan Struktur Sosial

Pengalaman agama dan ide tentang yang suci adalah kehidupan kolektif, kepercayaan dan ritus agama juga memperkuat ikatan sosial dimana kehidupan kolektif itu bersandar. Dengan kata lain hubungan antara agama dan masyarakat memperlihatkan saling keterangan yang sangat erat. Pada intinya menurut Durkheim kepercayaan totemik memperlihatkan kenyataan masyarakat itu sendiri dalam bentuk simbolis. Hubungan antara ritus agama dan kepercayaan dan kehidupan kolektif tetap ada.


  • Agama dalam Masyarakat Modern

Durkheim mengakui bahwa bentuk-bentuk agama tradisional dimasa hidupnya tidak memperlihatkan kegairahan hidup yang merupakan sifat agama orang arunta di Australia. Dia juga merasa bahwa kurangnya gairah hidup dalam bentuk-bentuk agama di masa hidupnya merupakan gejala rendahnya tingkat solidaritas di dalam masyarakat. Teori Durkheim dapat dikecam karena terlalu sepihak menekankan solidaritas. Namun pasti bahwa model Durkheim tidak diharapkan untuk diterapkan dalam suatu masyarakat yang ditandai oleh perpecahan yang tajam dan ketidaksepakatan antarkelompok agama yang berbeda.


  • Asal-Usul Bentuk-Bentuk Pengetahuan dalam Masyarakat

Menjelang akhir buku The Elementary Forms, Durkheim memperluas pokok pikiran utamanya dengan mengemukakan bahwa tidak hanya pemikiran agama melainkan juga pengetahuan pada umumnya berlandaskan dari dasar sosialnya. Dalam melihat analisa tentang asal-usul pengetahuan dalam masyarakat, jelaslah bahwa pemikiran agama dan pemikiran ilmiah ditentukan oleh kondisi dan mencerminkan tipe struktur sosial di mana pemikiran itu muncul.


Meskipun Durkheim tidak mengembangkan perspektif ini dalam sosiologi pengetahuan secara lengkap, perpektif ini mencerminkan asumsi dasarnya yang berhubungan dengan prioritasnya pada masyarakat daripada individu, serta proporsinya yang fundamental yang mengatakan bahwa perkembangan kepribadian individu atau kehidupan subyektif seseorang itu mencerminkan pengaruh lingkungan sosial secara mendalam.


Contoh Solidaritas

Disebuah desa A di Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung Jawa timur, Ada seorang remaja 18 tahun yang masih duduk di bangku SMA sebut saja namanya Jojo. Jojo adalah seorang anak dari keluarga yang sederhana. Jojo seorang anak yang baik dan pandai namun akibat salah pergaulan, Jojo menjadi anak yang nakal,mabuk-mabukkan dan mengkonsumsi obat terlarang.


Suatu hari Jojo ingin meminta uang kepada orang tuanya untuk dibelikan sebuah motor, Namun karena orang tuanya hanya bekerja sebagai serabutan. Orang tua jojo pun tidak bisa menuruti apa kemauan anaknya itu.karena penolakan kedua orang tuanya itu Jojo pun merasa kesal dan marah.

Karena merasa kesal. Jojo pun pergi ke desa tetangga yaitu desa M bersama teman-temannya untuk melihat sebuah Orkes musik. Pada saat melewati desa tetangga tersebut Jojo melihat sebuah motor milik Pak Amin sedang berada didepan rumah. Pak Amin adalah warga desa M yang baru pulang dari luar negeri sebagai TKI berusia 38 tahun. Awalnya Jojo tidak ingin mencuri, Namun keinginan hatinya berubah,dia ingin mencuri motor tersebut.


Dengan melihat keadaan disekitarnya,Menurutnya keadaan sepi karena orang-orang pasti sedang melihat orkes musik di desa tersebut.Akhirnya Jojo pun membawa motor Pak Amin tersebut,belum sempat membawa motor tersebut jauh.anak Pak Amin yang bernama Ina keluar dari dalam rumah karena mengetahui Jojo sedang membawa motor milik ayahnya kemudian berteriak” maling”.Mendengar teriakan tersebut Para warga pun berdatangan dan memukuli Jojo .Salah satu warga pun menghubungi pihak Kepolisian,Polisi pun datang untuk menyelesaikan masalah dan menangkap tersangka untuk dibawa ke kantor Polisi.


Analisis Kasus :

Respon masyarakat terhadap kasus tersebut masyarakat memukuli tersangka dan melaporkannya ke pihak yang berwajib.


Menurut pandangan Emile durkheim, dalam kasus ini solidaritas masyarakat bersifat mekanis, karena masyarakat tersebut saling tolong menolong dan masyarakat bersifat homogen karena masyarakat mempunyai kesamaan yaitu sama-sama suka melihat acara di desa itu. Tindakan masyarakat bersifat represif karena apabila salah satu masyarakat tersaikiti maka yang lain akan merasakan dan mereka melampiaskan dendam tersebut dengan adanya tindak kekerasan agar pelaku mempunyai efek jera dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.


Demikian Pembahasan Tentang Solidaritas – Pengertian Menurut Para Ahli, Jenis, Manfaat, Prinsip, Faktor, Hal, Ancaman & Contoh Semoga Bermanfaat Buat Para Sahabat Setia Dosenpendidikan.Com … 😀