Perlawanan Rakyat Maluku

Perlawanan Rakyat Maluku

Perlawanan Rakyat Maluku -Sejarah, Latar Belakang, Portugis & VOC – DosenPendidikan.Com – Salah satu kisah perlawanan hebat melawan imperialisme dan kolonialisme barat lahir di Maluku. Abad ke-14, 15 dan 18 akan selalu diingat sebagai sejarah hebat perlawanan rakyat maluku terhadap Portugis dan VOC.  Dan anda beruntung sudah sampai di blog ini karena akan mendengar kisahnya.

Bagi saya, perlawanan Maluku ini adalah salah satu kisah terhebat di Indonesia. Disinilah tercipta persatuan Nusantara untuk melawan Barat.Kemenangan yang 100 persen melawan penjajah, dan darisini pula lahir pahlawan-pahlawanan seperti Tomas Matulessy dan Sultan Baabullah.


Nama terakhir tidaklah terkenal seperti nama pertama yang ada di lembaran 1000 rupiah anda. Tapi dialah sebetulnya yang membawa kisah yang begitu hebat dari Maluku, perjuangan yang begitu besar.Entah kenapa kisah ini tidak seterkenal Perang Diponegoro atau Majapahit. Karena itu, saya berniat menghidupkan kembali sejarah ini.Supaya Indonesia kembali mengingat era keemasannya. Mengingat lagi era yang akan menjadi inspirasi generasi muda.


Melawan Portugis

Di Maluku-lah terjadi peristiwa sejarah yang sangat penting. Yang menandakan kebesaran Nusantara yang mampu mengusir penjajah 100 persen. Yang terjadi pada abad ke-15 terhadap Portugis. Awal mulanya adalah ekspedisi bangsa Portugis ke Maluku yang mendarat di kerajaan Ternate pada tahun 1513.


Latar Belakang

Awalnya, gerak-gerik bangsa Portugis di Maluku hanya sebatas kerja sama di bidang perdagangan terutama rempah-rempah. Namun, lambat laun Portugis malah melanggar kerja sama itu dengan melakukan monopoli dagang. Hal tersebut membuat Sultan Ternate, Sultan Hairun, menyerukan perlawanan terhadap Portugis kepada seluruh Maluku, bahkan Jawa dan Irian.Hingga akhirnya meletuslah perang Ternate-Portugis yang pertama pada tahun 1559-1567. Sultan Hairun pun mengutus putra-putranya untuk menjadi panglima.

Perlawanan Rakyat Maluku


  • Jalannya Perlawanan dan Akhir Perlawanan

Kami-pun tidak mendapat banyak info mengenai jalannya perlawanan pada perang Ternate-Portugis yang pertama ini. Tapi di Ternate, sejak 1550 kadang-kadang terjadi pertempuran yang berkembang menjadi perang. Dan selama perang inilah mencuat juga tokoh perlawanan muda bernama Pangeran Baab, selanjutnya Sultan Baabullah, putra dari Sultan Hairun yang begitu cakap sebagai panglima.


Di perang ini pula terjadi sebuah peristiwa yang mestinya selalu diingat.Dimana 3 kerajaan Islam terbesar kala itu (Aceh, Demak, Ternate) masing-masing dari Barat, Tengah, dan Timur Nusantara membentuk suatu front persatuan melawan Portugis yang terus bertahan sampai abad ke-15. Disinilah, pasca era Majapahit tercipta lagi sebuah front persatuan Nusantara yang berandil besar dalam tindak-tanduk Barat selama seabad lamanya di bumi Nusantara.


Dan dengan front itu pula, perang dimenangkan Ternate. Wilayah Ambon direbut.Dan Portugis terpaksa memohon damai.Hal ini disambut dengan baik oleh Sultan Hairun.Portugis tetap diizinkan berdangan di Ternate dan bersaing dengan pedagang-pedagang lain secara bebas.Dan hak-hak istimewa mereka terkait monopoli dagang dicabut.


  • Perlawanan Kedua Dibawah Pimpinan Sultan Baabullah

*Gambar Sultan Baabullah tidak dapat saya temukan. Namun gambar dibawah ini sering dikatakan sebagai gambarnya, meski ada yang mengatakan sebagai gambar Sultan Mudaffar Syah II


Perlawanan Terhadap Portugis

Namun rupanya, permohonan damai Portugis hanyalah kedok untuk meruntuhkan Ternate.Mereka masih menginginkan segala kekayaan rempah-rempah di Maluku.Namun kekuatan yang belum cukup membuat mereka mengulur waktu selama masa damai. Dibalik layar, rupanya Portugis tengah mengatur rencana yang cerdik dan licik dengan sabar. Terbukti, pada 1570 Portugis melakukan sebuah langkah penjebakan yang begitu licik. Beralasan untuk merayakan hubungan Ternate-Portugis yang makin membaik, Sultan Hairun diundang ke benteng Sau Paulo pada 25 Februari 1570 oleh gubernur Portugis Lopez de Mesquita.


Sultan Hairun yang sudah percaya pada Portugis pun datang tanpa pengawal. Tak disangka, sesampainya disana ia langsung dibunuh dan mati dengan mengenaskan. Kematian Sultan Hairun ini dipercaya akan menjadi kehilangan besar bagi rakyat Maluku atas pemimpin yang hebat.


  • Maka pecahlah sudah kemarahan rakyat Maluku

Tapi tentu saja, dengan kematian Sultan Hairun akan ada posisi lowong pada kepemimpinan Maluku. Untuk menghimpun persatuan melawan Portugis, rakyat mesti memiliki pemimpin yang bisa mengatur rakyat. Maka Dewan Kerajaan atas dukungan dari rakyat pun memilih Pangeran Baabullah, anak Sultan Hairun yang selanjutnya bergelar Sultan Baabullah Datu Syah, sebagai pemimpin.


Tak tanggung-tanggung, ia bersumpah akan berjuang untuk menegakkan panji-panji Islam di bumi Maluku, menjadikan Kesultanan Ternate sebagai kerajaan yang besar, dan melakukan balasan untuk mengusir Portugis dari wilayahnya. Perang Jihad pun diumumkan diseluruh Nusantara Timur.Suku-suku yang berbeda akarnya dipersatukan.Kerjaaan-kerajaan di Indonesia Timur melupakan persaingan.Semata-mata demi persatuan dalam melawan Portugis.


Persatuan dengan Tidore diperkukuh dengan pernikahan antara Sultan Baabullah dengan adik dari Sultan Tidore. Panglima-panglima diangkat : Raja Jailolo Katarabumi, Gubernur Sula Kapita Kapalaya, Gubernur Ambon Kapita Kalakinka, dan Kapita Rubuhongi. Semuanya bersatu dibawah pimpinan Sultan Baabullah.Dan membuat suatu persatuan yang begitu hebat.Dengan 2000 kora-kora dan 120000 prajurit, pasukan Jihad menyerang Portugis.


Sementara di pihak Portugis, keadaan justru sedang buruk.Mereka tidak mampu mendapat bala bantuan dari luar karena daerah kekuasaan mereka, Malaka, sedang dikepung oleh Kesultanan Aceh. Dengan keadaan yang bertolak belakang ini, maka pasukan Jihad Sultan Baabullah mampu meraih keunggulan.Satu persatu benteng-benteng Portugis jatuh ke tangan Ternate.Hingga tinggal menyisakan satu benteng, yaitu Sau Paulo tempat kediaman gubernur Portugis Lopez de Mesquita.


Sebenarnya dia bisa saja langsung menguasai benteng tersebut dengan jalan kekerasan.Namun Sultan Baabullah tidak tega karena di benteng tersebut banyak terdapat rakyat Maluku yang menetap karena menikah dengan orang Portugis. Tapi selain itu, Sultan Baabullah sama sekali tidak berhenti melakukan penyerangan. Segala fasilitas Sultan Hairun pada Portugis dicabut. Perang Soya-Soya (pembebasan negeri) dikobarkan. Portugis digempur habis-habisan.Kekuasaannya makin menipis. Tahun 1571 pasukan dengan 30 juanga dan berkekuatan 3000 prajurit dibawah pimpinan Kapita Kalakinda berhasil menguasai Ambon. Pulau Buru pun berhasil direbut setelah 2 kali serangan. Meski ada sedikit halangan dari pasukan pribumi kristen.


Demikianlah sampai tahun 1575 seluruh kekuatan Portugis dan pendukungnya berhasil ditundukkan

Namun benteng Sau Paulo masih dalam pengepungan sejak 1570. Selama lima tahun lamanya orang-orang disana menderita karena terputusnya hubungan dengan dunia luar. Sebuah balasan atas penghianatan mereka. Namun pada 1575, Sultan Baabullah memberi ultimatum untuk meninggalkan Ternate dalam waktu 24 jam.Namun, mereka yang memiliki istri pribumi diperbolehkan tinggal asalkan menjadi kawula kerajaan.Akhirnya, tanggal 15 Juli 1575, Portugis pergi secara memalukan dari Ternate.Hebatnya, tak ada kekerasan dari pihak Ternate.Malah mereka diberi kesempatan untuk menetap di Ambon sampai 1576.


Selanjutnya, sebagian orang Portugis pergi ke Malaka dan sebagian lagi ke Timor. Sementara Ternate mengalami masa kejayaan bersama Sultan Baabullah dan tetap memelihara persatuan dan kerja sama dengan kerajaan Demak dan Aceh sebagai poros Nusantara untuk menolak kolonialisme Barat.


Demikianlah perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis yang berakhir dengan kemenangan besar. Hal ini membuktikan jika persatuan Nusantara akan mampu mengalahkan bangsa Barat. Dan juga sebagai teladan akan kebaikan hati para pemimpin yang tidak melakukan kekejaman pada musuh seberapapun kejamnya mereka sebelumnya.


Perlawanan Terhadap VOC dan Belanda

Setelah kemenangan besar melawan Portugis, bersama Sultan Baabullah Ternate pada khususnya dan Maluku pada umumnya mengalami masa keemasan. Tapi setelah wafatnya pada 1583 yang meninggalkan luka mendalam, tak ada lagi pemimpin sekaliber dia yang memimpin Maluku. Krisis pemimpin ini membuat Maluku pelan-pelan mengalami kemunduran.Maka tak heran jika kemudian datang lagi musuh lama, yaitu Portugis yang masih saja mencoba menguasai bumi Maluku.


  • Penyerangan Portugis-Spanyol dan Bantuan Menyesatkan Belanda

Seperti yang telah dijelaskan diatas, Portugis bersama Spanyol mencoba menguasai Maluku.Dan segala upaya mereka tak mampu dibendung oleh Kesultanan Ternate dan Maluku disekitarnya. Bahkan, Sultan Ternate dibuang.Hal ini, membuat Ternate mau-tidak-mau harus meminta bantuan dari luar. Dan Belanda dengan armada-nya pun bersedia menolong, tapi dengan bayaran mahal yang akan disesali.


Ya, armada Portugis berhasil ditumpas.Tapi disinilah awal monopoli Belanda (VOC) dimulai.Hal itu diawali dengan perjanjian kontrak monopoli dagang VOC atas imbalan bantuan mereka pada 1607. Setelah itu, lebih dari 300 tahun lamanya bangsa Belanda menguasai tanah Maluku.Semakin lama pengaruh Belanda makin kuat.Lewat perintah sultan Belanda/VOC dapat dengan leluasa membuat peraturan yang merugikan rakyat.


  • Pemberontakan-Pemberontakan Terhadap Belanda (VOC)

Hal itupun menimbul kekecewaan rakyat.Dan akhirnya terjadilah pemberontakan-pemberontakan sepanjang abad ke-15.Seperti pemberontakan Salahakan Hulu pada 1635 dan Sultan Sibori pada 1675. Tapi semua hal itu dapat ditumpas dan puncaknya, pada 1683 Sultan Sibori dengan terpaksa mengakhiri masa Kesultanan Ternate sebagai negara berdaulat, diganti dengan kerajaan independen Belanda.


Segala hal ini pun Maluku tak lagi berkutik. Memang ada pemberontakan, tapi dengan pengawasan Belanda hanya bisa dilakukan secara sembunyi-sembunyi dengan dampak yang tidak besar. Sampai Indonesia merdeka.

Perlawanan Rakyat Dibawah Pimpinan Kapitan Pattimura

  • Kapitan Pattimura alias Tomas Matulessy

Tapi perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC (Belanda) yang selalu diingat adalah perjuangan Kapitan Pattimura (Thomas Matulessi) yang sempat menyusahkan Belanda.


Pattimura berhasil menjadi pemimpin rakyat Maluku untuk melawan Belanda. Faktor perlawanan ini adalah kesengsaraan rakyat sudah begitu memuncak karena kebijakan-kebijakan Belanda : pemberlakuan kerja wajib, pemberlakuan uang kertas, dan pengangkatan pemuda Maluku menjadi serdadu Belanda. Pattimura pun mengajukan daftar keluhan rakyat atas kebijakan semena-mena tersebut.Namun tidak ditanggapi oleh pemerintah Belanda.


Akhirnya, pemberontakan dilakukan.Dengan mempersatukan rakyat, pasukan Pattimura mampu unggul.Ditandai dengan terbunuhnya Residen Belanda, Van Der Bergh.Tapi perlahan-lahan, kekuatan Belanda mulai pulih seiring bantuan dari Batavia. Pasukan Pattimura dipaksa untuk bergerilya dan akhirnya harus menyerah dan dihukum gantung di Ambon. Di depan benteng New Victoria pada tanggal 16 Desember 1817.


Disini juga lahir pahlawan-pahlawan lain seperti Anthonie Rhebok, Thomas Pattiweal, Lucas Latumahina, dan Johanes Matulessi.


Perlawanan Rakyat Maluku terhadap VOC

Pada tahun 1635 muncul perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC di bawah pimpinan Kakiali, Kapten Hitu. Perlawanan segera meluas ke berbagai daerah. Oleh karena kedudukan VOC terancam, maka Gubernur Jederal Van Diemen dari Batavia dua kali datang ke Maluku (1637 dan 1638) untuk menegakkan kekuasaan Kompeni. Untuk mematahkan perlawanan rakyat Maluku, Kompeni menjanjikan akan memberikan hadiah besar kepada siapa saja yang dapat membunuh Kakiali. Akhirnya seorang pengkhianat berhasil membunuh Kakiali.


Dengan gugurnya Kakiali, untuk sementara Belanda berhasil mematahkan perlawanan rakyat Maluku, sebab setelah itu muncul lagi perlawanan sengit dari orang-orang Hitu di bawah pimpinan Telukabesi. Perlawanan ini baru dapat dipadamkan pada tahun 1646. Pada tahun 1650 muncul perlawanan di Ambon yang dipimpin oleh Saidi. Perlawanan meluas ke daerah lain, seperti Seram, Maluku, dan Saparua. Pihak Belanda agak terdesak, kemudian minta bantuan ke Batavia. Pada bulan Juli 1655 bala bantuan datang di bawah pimpinan Vlaming van Oasthoom dan terjadilah pertempuran sengit di Howamohel. Pasukan rakyat terdesak, Saidi tertangkap dan dihukum mati, maka patahlah perlawanan rakyat Maluku.


Sampai akhir abad ke-17 tidak ada lagi perlawanan menentang VOC. Pada akhir abad ke-18, muncul lagi perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Jamaluddin, namun segera dapat ditangkap dan diasingkan ke Sailan (Sri Langka). Menjelang akhir abad ke-18 (1797) muncullah perlawanan besar rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Nuku dari Tidore. Sultan Nuku berhasil merebut kembali Tidore dari tangan VOC. Akan tetapi setelah Sultan Nuku meninggal (1805), VOC dapat menguasai kembali wilayah Tidore.


Tidakan sewenang-wenang yang dilakukan VOC di Maluku kembali dilanjutkan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda setelah berkuasa kembali pada tahun 1816 dengan berakhirnya pemerintah Inggris di Indonesia tahun 1811-1816. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda di bawah ini menyebabkan timbulnya perlawanan rakyat Maluku. Hal-hal tersebut adalah :


  1. Penduduk wajib kerja paksa untuk kepentingan Belanda misalnya di perkebunan-perkebunan dan membuat garam.
  2. Penyerahan wajib berupa ikan asin, dendeng dan kopi.
  3. Banyak guru dan pegawai pemerintah diberhentikan dan sekolah hanya dibuka di kota-kotabesar saja.
  4. Jumlah pendeta dikurangi sehingga kegaitan menjalankan ibadah menjadi terhalang.
  5. Secara khusus yang menyebabkan kemarahan rakyat adalah penolakan Residen Van den Berg terhadap tuntutan rakyat untuk membayar harga perahu yang dipisah sesuai dengan harga sebenarnya.

    Tahun 1817 rakyat Saparua mengadakan pertemuan dan menyepakati untuk memilih Thomas Matulessy (Kapitan Pattimura) untuk memimpin perlawanan. Keesokan harinya mereka berhasil merebut benteng Duurstede di Saparua sehingga residen Van den Berg tewas. Selain Pattimura tokoh lainnya adalah Paulus Tiahahu dan puterinya Christina Martha Tiahahu. Anthoni Reoak, Phillip Lattumahina, Said Perintah dan lain-lain. Perlawanan juga berkobar di pulau-pulau lain yaitu Hitu, Nusalaut dan Haruku penduduk berusaha merebut benteng Zeeeland.


Untuk merebut kembali benteng Duurstede, pasukan Belanda didatangkan dari Ambon dibawah pimpinan Mayor Beetjes namun pendaratannya digagalkan oleh penduduk dan mayor Beetjes tewas. Pada bulan Nopember 1817 Belanda mengerahkan tentara besar-besaran dan melakukan sergapan pada malam hari Pattimura dan kawan-kawannya tertangkap. Mereka menjalani hukuman gantung pada bulan Desember 1817 di Ambon. Paulus Tiahahu tertangkap dan menjalani hukuman gantung di Nusalaut. Christina Martha Tiahahu dibuang ke pulau Jawa. Selama perjalanan ia tutup mulut dan mogok makan yang menyebabkan sakit dan meninggal dunia dalam pelayaran pada awal Januari tahun 1818.


Perang ini disebabkan oleh Belanda yang sewenang-wenang terhadap Maluku

Perang ini berlangsung pada tahun 1817. Tokoh-tokohnya antara lain: Thomas Matulessy / Kapitan Pattimura, Christina Martha Tiahahu, Kapitan Paulus Tiahahu.


Perang ini Disertai dengan perebutan benteng Duurstde yang mengakibatkan kematian Jendral Van Den Berg. Karena adanya bantuan Inggris, Kapten Pattimura terdesak masuk hutan dan benteng-bentengnya direbut kembali pemerintah. Rakyat nusa laut menyerah tanggal 10 November 1817 setelah pimpinannya Kapiten Paulus Tiahahu serta putrinya Kristina Martha Tiahahu. Tanggal 12 November 1817 Kapitan Pattimura ditangkap dan bersama tiga penglimanya dijatuhi hukuman mati di Niuew Victoria di Ambon.


Demikian penjelasan artikel diatas tentang Perlawanan Rakyat Maluku -Sejarah, Latar Belakang, Portugis & VOC semoga dapat bermanfaat bagi pembaca setia Lahan.Co.Id