Pengertian Resensi

Untuk pembahasan kali ini kami akan memberikan ulasan mengenai resensi yang dimana dalam hal ini meliputi pengertian, fungsi, unsur, sistematika dan contoh, nah agar lebih dapat memahami dan mengerti simak ulasan selengkapnya dibawah ini.

Resensi

Pengertian Resensi

Resensi berasal dari bahasa Latin recensio, recensere atau juga revidere yang artinya mengulas kembali. Resensi adalah suatu penilaian terhadap sebuah karya  (Karya yang dinilai dapat berupa buku dan karya seni film dan drama).  Menulis resensi terdiri dari kelebihan, kekurangan dan informasi yang diperoleh dari buku dan disampaikan kepada masyarakat.

Baca Juga Artikel Terkait Tentang Materi: Drama – Pengertian, Unsur, Macam, Struktur dan Contohnya


Pengertian Resensi Menurut Para Ahli

Berikut ini terdapat beberapa pengertian resensi menurut para ahli, antara lain:


  • 1. Menurut Resensi Secara Etimologi

Secara etimologi, resensi adalah suatu yang mengulas kembali atau melihat kembali. Sedangkan dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah review.


  • 2. Menurut KBBI

Resensi merupakan sebagai pertimbangan atau  pembicaraan dan ulasan tentang buku.


  • 3. Menurut WJS. Poerwadarminta

Resensi merupakan sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah  buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku, kritikan, dan memberi dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli.


  • 4. Menurut Panuti Sudjiman

Resensi adalah hasil pembahasan dan penilaian yang pendek tentang suatu karya tulis. Konteks ini memberi arti penilaian, mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik buku.


  • 5. Menurut Euis Sulastri dkk

Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda, resentie, yang berarti kupasan atau pembahasan. Jadi,  pengertian resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah.


  • 6. Menurut Saryono

Resensi adalah sebuah tulisan berupa esai dan bukan merupakan bagian suatu ulasan yang lebih  besar mengenai sebuah buku.

Baca Juga Artikel Terkait Tentang Materi: “Esai” Pengertian & ( Ciri – Macam – Cara Membuat )


Fungsi Resensi

Berikut ini terdapat beberapa fungsi resensi, antara lain:

  1. Fungsi informatif, yakni menginformasikan keberadaan buku atau film tertentu sehingga pembaca merasa tertarik untuk mengetahuinya lebih lanjut.
  2. Fungsi komersial, yakni mempromosikan produk baru untuk kepentingan komersial.
  3. Fungsi akademik, yakni interaksi antara penulis atau pengarang buku, penerjemah, editor, dan peresensi dalam membentuk wacana keilmuan mengenai topik tertentu.

Unsur-Unsur Resensi

Berikut ini terdapat beberapa unsur-unsur resensi, antara lain:


Tips Membuat Judul Resensi

  • Judul resensi dibuat semenarik mungkin dan menjiwai seluruh inti tulisan, tidak harus menentukan dan menetapkan terlebih dahulu judul resensi.
  • Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.

Menyusun Data Buku

Data buku biasanya disusun sebagai berikut :

  • Judul buku (Jika buku yang dijadikan bahan resensi termasuk buku hasil terjemahan. Jika demikian, tuliskan judul aslinya).
  • Pengarang (Jika ada, penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku).
  • Penerbit.
  • Tahun terbit beserta cetakannya (Terbitan buku yang ke ?).
  • Tebal buku (Banyaknya Halaman).
  • Harga buku (jika diperlukan).

Membuat Kalimat Pembuka Sinopsis

Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini :

  • Memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh.
  • Membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain.
  • Memaparkan kekhasan atau sosok pengarang.
  • Memaparkan keunikan buku.
  • Merumuskan tema buku.
  • Mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku.
  • Mengungkapkan kesan terhadap buku.
  • Memperkenalkan penerbit.
  • Mengajukan pertanyaan.
  • Membuka dialog.

Tubuh atau isi pernyataan resensi buku

Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini :

  • Sinopsis menceritakan sebagian isi buku secara kronologis.
  • Mengulas singkat buku dengan kutipan kalimat secukupnya.
  • Keunggulan buku.
  • Kelemahan buku.
  • Rumusan kerangka buku.
  • Tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit).
  • Adanya kesalahan cetak.

Struktur Resensi

Berikut ini terdapat beberapa struktur resensi, antara lain:

  1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah hasil karya secara ringkas.
  2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan karya yang diresensi.
  3. Mengetahui latar belakang dan alasan sebuah karya dibuat.
  4. Menguji kualitas karya dan membandingkannya terhadap karya lainnnya.
  5. Memberi masukan kepada pembuat karya berupa kritik dan saran.
  6. Mengajak pembaca untuk mendiskusikan karya yang diresensi.
  7. Memberikan pemahaman serta informasi secara komprehensif kepada pembaca tentang karya yang diresensi.

Baca Juga Artikel Terkait Tentang Materi: Penjelasan Karya Sastra Melayu Klasik Beserta Ciri, Jenis, Nilai Dan Contohnya


Sistematika Resensi

Berikut ini terdapat beberapa sistematika resensi, antara lain:


  1. Judul Resensi

Judul resensi harus menggambarkan isi resensi. Penulisan judul resensi harus jelas, singkat, dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran. Judul resensi juga harus menarik sehingga menimbulkan minat membaca bagi calon pembaca.


Sebab awal keinginan membaca seseorang didahului dengan melihat judul tulisan. Jika judulnya menarik maka orang akan membaca tulisannya.


Sebaliknya, jika judul tidak menarik maka tidak akan dibaca namun perlu diingat bahwa judul yang menarik pun harus sesuai dengan isinya yang berarti jangan sampai hanya menulis judulnya saja yang menarik, sedangkan isi tulisannya tidak sesuai, maka tentu saja hal ini akan mengecewakan pembaca.


  1. Data Buku

Secara umum ada dua cara penulisan data buku yang biasa ditemukan dalam penulisan resensi di media cetak antara lain:

  • Judul buku, pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar), penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.
  • Pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar, penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.
  • Pendahuluan

Bagian pendahuluan dapat dimulai dengan memaparkan tentang pengarang buku, seperti namanya, atau prestasinya. Ada juga resensi novel yang pada bagian pendahuluan ini memperkenalkan secara garis besar apa isi buku novel tersebut dan dapat pula diberikan berupa sinopsis novel tersebut.

Baca Juga Artikel Terkait Tentang Materi: 100 Cara Menentukan Unsur Intrinsik Cerpen Dan Novel


  1. Tubuh Resensi

Pada bagian tubuh resensi ini penulis resensi (peresensi) boleh mengawali dengan sinopsis novel. Biasanya yang dikemukakan pokok isi novel secara ringkas. Tujuan penulisan sinopsis pada bagian ini adalah untuk memberi gambaran secara global tentang apa yang ingin disampaikan dalam tubuh resensi. Jika sinopsisnya telah diperkenalkan peresensi selanjutnya mengemukakan kelebihan dan kekurangan isi novel tersebut ditinjau dari berbagai sudut pandang, tergantung kepada kepekaan peresensi.


  1. Penutup

Bagian akhir resensi biasanya diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu. Berikan penjelasan juga apakah memang buku itu cocok dibaca oleh sasaran yang ingin dituju oleh pengarang atau tidak dan berikan pula alasan-alasan yang logis.


Jenis-Jenis Resensi

Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis resensi, antara lain:

  1. Deskriptif : menggambarkan dan menjelaskan tentang karya seseorang secara menyeluruh, baik dari segi isi, penulisannya, maupun penciptanya (creator). Resensi deskriptif ini tidak sampai pada penilaian kritik (bagus/tidak) si penulis terhadap karya yang dia resensi. Dia hanya menjelaskan secara singkat tentang isi, proses, dan pencipta sebuah karya.
  2. Deskriptif-evaluatif : resensi dengan karakter kedua ini melakukan penilaian terhadap sebuah karya lebih dalam dari yang pertama. Dia tidak hanya menggambarkan, tapi menilai sebuah karya secara keseluruhan dengan kritis dan argumentatif. Sehingga ada kesimpulan pada akhir resensi, apakah karya yang diresensi baik kualitasnya atau tidak.
  3. Deskriptif-komparatif : resensi yang ketiga ini lebih sulit lagi daripada macam resensi yang kedua. Resensi macam ketiga ini mencoba melakukan penilaian pada sebuah karya dengan cara membandingkan karya orang lain yang memiliki kesamaan atau keterkaitan secara isi dan materi. Disebut sulit, sebab selain membutuhkan analisa  mendalam dan kritis, resensi macam ketiga ini membutuhkan pengetahuan dan wawasan luas. Tidak hanya satu karya yang harus dia pahami, namun karya-karya lain yang berhubungan dengan karya yang dia resensi harus pula dia pahami.

Tujuan Resensi

Berikut ini terdapat beberapa tujuan resensi, antara lain:

  • Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (mendalam) tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
  • Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.
  • Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah buku itu pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.

Langkah-Langkah Menulis Resensi

Berikut ini terdapat beberapa langkah-langkah menulis resensi, antara lain:

  • Melakukan penjajakan atau pengenalan buku yang diresensi, meliputi:
  1. Tema buku yang diresensi, serta deskripsi buku.

  2. Siapa penerbit yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format hingga harga.

  3. Siapa pengarangnya: nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan presentasi buku atau karya apa saja yang ditulis sampai alasan mengapa ia menulis buku itu.

  4. Penggolongan/bidang kajian buku itu: ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa, sastra, atau lainnya.

  • Membaca buku yang akan diresensi secara menyeluruh, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu dipahami dengan tepat dan akurat.
  • Menandai bagian-bagian buku yang memerlukan perhatian khusus dan menentukan bagian-bagian yang akan dikutip sebagai data acuan.
  • Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.
  • Menentukan sikap atau penilaian terhadap hal-hal berikut ini:
  1. Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan antar bagian satu dengan lainnya, bagaimana sistematika, dan dinamikanya.

  2. Isi pernyataan; bagaimana bobot idenya, seberapa kuat analisanya, bagaimana kelengkapan penyajian datanya, dan bagaimana kreativitas pemikirannya.

  3. Bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, bagaimana penggunaan kalimat dan ketepatan pilihan kata di dalamnya, terutama untuk buku-buku ilmiah.

  4. Aspek teknis; bagaimana tata letak, bagaimana tata wajah, bagaimana kerapian dan kebersihan, dan kualitas cetakannya (apakah ada banyak salah cetak).

  5. Sebelum melakukan penilaian, alangkah baiknya jika terlebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline) dari resensi itu. Outline ini akan sangat membantu kita ketika menulis.

Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar- dasar dan kriteria-kriteria yang telah kita tentukan sebelumnya.


Teknik Pembuatan Resensi

Berikut ini terdapat beberapa teknik pembuatan resensi, antara lain:


  1. Teknik cutting and glueing

Secara harfiah, cutting berarti memotong dan glueing berarti merekatkan. Meresensi buku dengan ini berarti merekatkan potongan-potangan tulisan. Potongan tersebut berupa materi yang menarik perhatian, yang terdapat di dalam buku yang hendak kita resensi, serta mencerminkan gagasan-gagasan inti si penulis buku. Teknik ini merupakan teknik yang paling sederhana dan mendasar dalam berlatih menulis resensi.


  1. Teknik focusing

Teknik ini berkaitan dengan kegiatan “memusatkan perhatian” kepada satu aspek tertentu yang disajikan dalam objek resensi. Aspek-aspek itu bisa terletak pada tema, metode pembahasan yang digunakan penulis, sampul luar, sosok pengarang, gaya penyajian, atau latar belakang penerbitan buku. Pendek kata, apa saja yang dianggap menonjol atau paling menarik perhatian dapat diangkat dalam tulisan resensi.


  1. Teknik comparing

Teknik ini mengajak seorang peresensi untuk melakukan pembandingan-pembandingan atas hal-hal yang terdapat dalam objek resensi dengan sumber lain mengenai topik sejenis. Pembandingan itu dapat dilakukan atas dasar topik atau tema yang sama dari pengarang yang berbeda, atau pengarang yang sama mengenai topik-topik lain yang berbeda.


Manfaat Resensi

Berikut ini terdapat beberapa manfaat resensi, antara lain:

  • Bahan pertimbangan dan gambaran kepada para pembaca tentang suatu karya.
  • Resensi merupakan media untuk mempromosikan buku baru tersebut.
  • Untuk mengembangkan kreativitas menulis.

Contoh Resensi

Judul: Menggugat Ahmadiyah, Mengungkap Ayat-ayat Kontroversial dalam Tafsir Ahmadiyah

Penulis: Dr Muchlis M Hanafi

Penerbit: Lentera Hati, Jakarta

Tahun: Maret 2011

Tebal: 116 + xxii hlm

Harga: Rp. 20.800,-

Peresensi: Rafi’uddin*


Keberadaan Ahmadiyah khususnya di negeri ini selalu menimbulkan kontroversi, bahkan menimbulkan konflik yang berimplikasi pada tindak kekerasan. Perusakan-perusakan bangunan rumah, masjid, dan mushala. Penolakan umat Islam terhadap Ahmadiyah bermula sejak tahun 1930-an di berbagai daerah, antara lain, di Sumatera Timur (1953), Medan (1964), dan Kuningan (1969). Pada dewasa ini, persoalan Amadiyah tetap berlangsung, misalnya baru saja terjadi di Cikeusik, Pandeglang (6 Februari 2011).


Persoalan Ahmadiyah di Indonesia sudah sangat mengakar yang segera diselesaikan. Mengingat dari periode ke periode menjadi benih konflik yang berimplikasi pada kekerasan. Pertama, Ahmadiyah sebagai kelompok yang menyebabkan lahirnya pertentangan. Kedua, warga Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) menjadi korban dari kekerasan masyarakat yang menolak keberadaannya.


Sejak tahun 1914 Ahmadiyah pecah menjadi dua golongan, yaitu satu yang berpusat di Qadian di bawah pimpinan Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, putra dari almarhum Hazrat Mirza Ghulam Ahmad yang sekarang berpusat di Rabawah Pakistan. Serta yang satunya berpusat di Lahore Pakistan di bawah pimpinan maulana Muhammad Ali M.A., LL. B., sekretaris pendiri Ahmadiyh. Perpecahan tersebut disebabkan dengan timbulnya perbedaan pendapat yang prinsipil.


Misalnya golongan Ahmadiyah Qadian berpendapat bahwa Hadzrat Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang Nabi dan ia adalah Ahmad seperti yang terdapat dalam al-Qur’an. Juga mereka berpegangan pada Khalifah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Sementara golongan Lahore tidak mengakui atas kenabian Hadzrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi. Karena Muhammad sudah cukup sebagai nabi terakhir, dan sesudah beliau tidak ada nabi lagi. Ketika seseorang sudah mengucapkan syahadat, ia sudah dianggap muslim dan tidak kafir walaupun tidak berbaiat pada Mirza Ghulam Ahmad.


Namun dalam buku ini lebih khusus pada keberadaan Ahmadiyah Qadian yang ada di Indonesia, yang biasa disebut dengan Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) mengenai beberapa penafsirannya terhadap ayat-ayat Qur’an yang digunakan sebagai sebatas legitimasi terhadap produk penafsirannya.


Seperti yang diungkapkan dalam buku yang ditulis Dr. Muchlis M. Hanafi ini memberikan penegasan mengenai keberadaan JAI di Indonesia. JAI menganggap bahwa hasrat Mirza Ghulam Ahmad adalah sebagai nabi setelah nabi Mauhammad SAW. Kaum muslimin yang tidak berbaiat terhadap beliau dianggap kafir dan keluar dari Islam, walaupun belum pernah mendengar nama beliau. Misalnya dalam penafsiran kelompok Ahmadiyah terhadap al-Qur’an Surat al-Ahzab ayat 40 yang artinya “Muhammad bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.”


Dalam penafsiran jemaah Ahmadiyah ditemukan kekeliruan yang akan berimplikasi pada kesesatan umat Islam. Kalimat khatama tidak menunjukkan bahwa Muhammad adalah nabi terakhir dan tidak ada nabi lagi, melainkan masih ada nabi-nabi lain yaitu seseorang yang dianggap masih mau’ud (akan turun di akhir zaman) yaitu pendiri Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Beliau diyakini oleh pengikutnya sebagai nabi yang akan tampil setelah kerasulan Muhammad.


Nubuwatan menjadi sempurna dalam wujud Hadlrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai masih mau’ud. Bahkan para penerus dari Mirza Ghulam Ahmad juga dianggap sebagai khalifah al-Masih dan berkeyakinan pemimpin mereka  sebagai “rekan sejawat dan misal Nabi Isa,” bukan Nabi Isa as. sendiri (halaman 49). Juga kebangkitan Nabi di akhir zaman nanti tidak diakui oleh kalangan jemaah Ahmadiyah, melainkan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dan beserta para pengikutnya dianggap masih ada dan tampil di akhir zaman.


Buku ini sangat signifikan untuk memperdalam dan memahami teks agama agar keyakinan tambah semakin kuat. Karena mengenai Muhammad sebagai Nabi terakhir telah diakui kebenarannya oleh umat Islam pada umumnya yang disertai dengan mukjizat  sebagai bukti kerasulannya. Maka dari itu, keberadaan Mirza Ghulam Ahmad yang diakui sebagai nabi dan membawa ajaran baru, merupakan pemahaman yang sangat keliru dan tidak sesuai dengan meaning full  al-Qur’an dan Hadits-hadits shahih.


*Peresensi, Alumni Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimi dan melanjutkan studi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Tafsir dan Hadits fakultas Ushuluddin. Di Yogyakarta selain kuliah, dia juga aktif di beberapa Komunitas. Antara lain Lembaga Kajian Sinergi Yogyakarta (LKSY), Komunitas Punulis UIN Jogja (PuJog) dan sekarang sebagai Peneliti di Lembaga Studi Qur’an dan Hadits (LSQH) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.


Sumber:

Minto Rahayu. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo
Rafi’uddin. 2011. “Subyektivitas Tafsir Jemaah Ahmadiyah”. Diunduh dalam http://oase.kompas.com/read/2011/07/18/15544147/Subyektivitas.Tafsir.Jemaah.Ahmadiyah. [29 November 2011]
Slamet Soewandi. 1997. Dasar-dasar Meresensi Buku. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Sri Utami et.al. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia 1: untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Trimanto. 2011. “Kiat Menulis Resensi yang Baik”. Diunduh dalam http://www.menulisyuk.com/?p=931. [29 November 2011]

Demikian Pembahasan Tentang Resensi – Pengertian, Fungsi, Unsur, Sistematika dan Contoh Semoga Bermanfaat Buat Para Sahabat Setia Dosenpendidikan.Com … 😀