Persebaran Fauna Di Dunia

Persebaran Fauna

Wilayah persebaran fauna pertama kali diperkenalkan oleh Sclater (1858) dan kemudian dikembangkan oleh Huxley (1868) dan Wallace (1876). Ada beberapa faktor alam yang mempengaruhi persebaran fauna di dunia yang bersifat menghambat, yaitu faktor-faktor fisikyang berhubungan dengan keadaan di bumi, misalnya : Perairan (sungai, danau, laut), daratan (gunung, lembah, jurang, padang pasir dll), dan iklim (suhu, tekanan udara, kelembaban dll).

Alfred Russel Wallace mengelompokkan persebaran fauna di dunia menjadi 6 wilayah, yaitu :

Persebaran Fauna Di Dunia

Persebaran-Fauna-Di-Dunia

1. Paleartic

Kawasan persebaran fauna paleartik meliputi bagian utara benua Asia dan Eurasia, Himalaya, Afghanistan, Persia, Afrika, Inggris dan Jepang.Beberapa jenis fauna yang hidup jenis fauna yang hidup di wilayah Paleartik antara lain :

  1. Fauna khas seperti tikus, bison, landak dan menjangan kutub.

  2. Fauna yang terbatas penyebarannya seperti unta, rusa kutub dan beruang kutub.

  3. Beberapa jenis reptil yang berhubungan dengan fauna Ethiopian dan Oriental

  4. Fauna endemik yang hanya terdapat di daerah Cina, yaitu beruang Panda.

     

Beruang Panda

Beruang-Panda

Tikus

tikus

Rusa kutub

Rusa-Kutub

Bison

Bison

Beruang kutub

Beruang-kutub

Baca Juga: Letak Wilayah Indonesia

2. Neartic

Kawasan ini meliputi daerah Holartic, yaitu meliputi seluruh Amerika Utara, dataran tinggi Meksiko dan Greenland. Beberapa jenis fauna khas di wilayah Neartik antara lain :Antelop bertanduk cabang tiga, prairie dog sejenis tupai dari Amerika Utara, kolkum(kalkun), burung biru, salamander, bison, karibou, mockingbird dan muskox.

Kalkun

Kalkun

Antelop

Antelop

Burung Biru

Burung-Biru

Bison

Bison

Karibou

Karibou

Salamander Pseudotriton

Salamander-Pseudotriton

Tupai Amerika Utara

Tupai-Amerika-Utara

Baca Juga:Contoh Dataran Tinggi

3. Ethiopian

Persebaran fauna Etipian ini meliputi daerah Afrika sebelah selatan, gurun Sahara, Madagaskar dan wilayah Arabia bagian selatan.Wilayah Ethiopian memiliki kurang lebih 160 vertebrata darat, dan memiliki beberapa fauna khas.

  1. Fauna khas di wilayah daratan Afrika misalnya gajah, singa, cheetah, hyena, jerapah, zebra, unta dan badak afrika

  2. Fauna yang mirip dengan daerah Oriental adalah jenis kucing dan anjing, lemur, baboon, gorila dan simpanse.

  3. Fauna khas pulau Madagaskar misalnya kudanil kecil (Pygmyhippopotamus) dan beberapa burung endemik seperti burung gajah besar.

    Singa

Singa

Cheetah

Cheetah

Jerapah

Jerapah

Zebra

Zebra

Unta

Unta

Gajah Afrika

Gajah-Afrika

Burung Unta

Burung-Unta

Kuda Nil

Kuda-Nil

Gorilla

Gorilla

Simpanse

Simpanse

Baca Juga:Jenis Awan

4. Oriental

Wilayah persebaran fauna oriental meliputi seluruh Asia Tenggara dan selatan termasuk Indonesia bagian barat. Kondisi lingkungan fisik wilayah Oriental cukup bervariasi, sebagian besar beriklim tropis sehingga banyak terdapat hutan tropis yang kaya akan flora dan fauna. Beberapa fauna khas yang hidup di wilayah Oriental antara lain :

  • Harimau, gajah, gibbon, orang utan, bekantan, monyet, badak bercula satu, menjangan, antelop, tapir, babi rusa.

  • Terdapat beberapa fauna endemik yang hanya hidup di daerah tertentu, misalnya anoa di Sulawesi dan komodo yang hanya terdapat di pulau Komodo dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

    Badak Bercula Satu

Badak-Bercula-Satu

Gajah

Gajah

Bekantan

Bekantan

Gibbon

Gibbon

Orang Utan

Orang-Utan

Monyet

Monyet

Harimau

Harimau

Tapir

Tapir

Babi Rusa

Babi-Rusa

Anoa

Anoa

Komodo

Komodo

Baca Juga: Contoh Populasi

5. Australian

Daerah yang termasuk dalam wilayah persebaran fauna Australis adalah benua Australia, Selandia Baru, Papua, Maluku dan pulau-pulau kecil di sekitar samudera Pasifik.

Beberapa hewan khas wilayah fauna Australia antara lain :

Kiwi – Koala – Oposum Layang (pemanjat berkantung) – Kangguru Pohon

Kiwi – Koala – Oposum Layang (pemanjat berkantung) – Kangguru Pohon- Burung-Penghisap-Madu

Burung Penghisap Madu – Burung Emu – Kakaktua – Kasuari

Burung Penghisap Madu – Burung Emu – Kakaktua – Kasuari

Selain beberapa fauna di atas juga terdapat beberapa fauna endemik yang hanya terdapat di satu wilayah, yaitu Tuatara (sphenodon punctatus) sejenis amphibi purba yang hanya terdapat di Selandia Baru dan Tazmanian Devil yang terdapat di pulau Tasmania.

Tazmanian devil

Tazmanian-devil

Tuatara

Tuatara

Baca Juga:Aspek Geografi

Persebaran Fauna di Indonesia

Pola persebaran fauna di Indonesia sama dengan pola persebaran flora di Indonesia. Pola persebaran fauna di Indonesia terbagi atas tiga wilayah persebaran, yaitu :

  • Wilayah Persebaran Fauna Indonesia Barat

Dikawasan wilayah persebaran fauna Indonesia Barat, corak faunanya sebagian besar sama dengan corak fauna Asia.

Hal tersebut dikarenakan letak Indonesia barat dulunya bergabung dengan benua Asia sehingga banyak hewan dari Asia beralih ke wilayah Indonesia barat. Setelah hewan tersebut sampai di Indonesia berjuta-juta tahun yang lalu bumi mengalami pergeseran. Yang tadinya Indonesia barat bersatu dengan benua Asia sekarang menjadi terpisah. Hal tersebut menjadikan hewan yang tadinya dari benua Asia yang datang ke Indonesia barat tidak dapat kembali ke kawasan Asia.

Daerah persebaran fauna Indonesia barat meliputi pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali dan Pulau Kecil lainnya yang dikenal sebagai Paparan Sunda. Persebaran fauna Indonesia barat dibatasi oleh garis Wallace. Garis Wallace yaitu garis batas penyebaran fauna Asia di Indonesia.

Fauna khas dari Indonesia bagian Barat Adalah Gajah, Badak, Banteng, Harimau, Orang Utan, Beruang, Siamang, dan lain sebagainya.

  • Wilayah Persebaran Fauna Indonesia Tengah

Wilayah persebaran fauna Indonesia Tengah disebut juga wilayah fauna peralihan, karena fauna di kawasan Indonesia tengah merupakan fauna peralihan antara fauna tipe Asia dengan fauna tipe Australia.

Wilayah persebarasn fauna di Indonesia Tengah terletak di antara garis Wallace dibagian barat dan garis weber di bagian timur. Daerah persebarannya meliputi pulai Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Pulai kecilnya lainnya. Daerah kawasan ini dinamakan kawasan Wallace. Fauna khasnya yaitu Anoa, Babi Rusa dan Komodo.

  • Wilayah Persebaran Fauna di Indonesia Timur

Wilayah persebaran fauna di Indonesia Timur, hewan yang hidup di daerah tersebut mirip dengan hewan tipe Australia karena pada zaman dahulu wilayah Irian Jaya, menyatu dengan wilayah Australia sehingga banyak hewan yang dari Australia berpindah ke kawasan Indonesia Timur.

Setelah hal itu terjadi, kemudian beberapa juta tahun kemudian bumi mengalami pergeseran yang menyebabkan pulai Irian Jaya beserta pulau kecil lainnya yang menyatu dengan Australia menjadi terpisah. Dengan begitu hewan yang beralih dari Australia ke Indonesia Timur tidak dapat kembali ke Australia.

Persebaran fauna di kawasann Indonesia Timur dibatasi oleh garis weber. Garis weber yaitu garis batas penyebaran fauna Australia di Indonesia.

Fauna khas dari Indonesia Timur yaitu Kangguru, Kasuari, Musang berkantung, burung Cendrawasih, Kakatua dan burung Kasuari.

Baca Juga:Ilmu Alam

  • Garis Wallace

Garis Wallace adalah sebuah garis hipotetis yang memisahkan wilayah geografi hewanAsia dan Australasia. Bagian barat dari garis ini berhubungan dengan spesies Asia; di timur kebanyakan berhubungan dengan spesies Australia. Garis ini dinamakan atas Alfred Russel Wallace, yang menyadari perbedaan yang jelas pada saat dia berkunjung ke Hindia Timur pada abad ke-19. Garis ini melalui Kepulauan Melayu, antara Borneo dan Sulawesi; dan antara Bali (di barat) dan Lombok (di timur).

Adanya garis ini juga tercatat oleh Antonio Pigafetta tentang perbedaan biologis antara Filipina dan Kepulauan Maluku, tercatat dalam perjalanan Ferdinand Magellan pada 1521. Garis ini lalu diperbaiki dan digeser ke Timur (daratan pulau Sulawesi) oleh Weber. Batas penyebaran flora dan fauna Asia lalu ditentukan secara berbeda-beda, berdasarkan tipe-tipe flora dan fauna. Garis ini lalu dinamakan “Wallace-Weber”.

Ilmu Biogeografi adalah ilmu tentang bagaimana penyebaran spesies-spesies (hewan dan tumbuhan) di permukaan Bumi dan bagaimana penyebaran itu terjadi. Pondasi ilmu ini diletakkan oleh Alfred Russel Wallace ketika ia menerapkan Teori Evolusi untuk menginterpretasikan spesies yang sangat beranekaragam dan menjelaskan bagaimana sungai dan deretan pegunungan bisa membatasi penyebaran spesies tersebut.

Ketika ia melakukan perjalanan di Kepulauan Indonesia, ia menemukan perbedaan yang tajam jenis-jenis organisme antara bagian baratlaut dan tenggara, meskipun daerah tersebut memiliki kondisi iklim dan daratan yang sama. Lalu ia menarik garis di antara Filipina dan Maluku, Kalimantan dan Sulawesi, dan di antara Pulau Bali dan Lombok. Garis hipotetik itulah yang kemudian dikenal dengan Garis Wallace.

Berikut ini adalah kisah tentang hal itu sebagaimana dituturkan oleh Awang Harun Satyana dalam iagi-net. Dengan izin darinya, cerita itu dapat saya hadirkan di sini.

  • Garis Wallace

Tahun 1858, kepada Henry Bates, seorang naturalist Inggris kawan Wallace, datang sepucuk surat dari Wallace di Indonesia. Wallace berpendapat bahwa Kepulauan Indonesia dihuni oleh dua kelompok fauna yang berbeda, satu kelompok di timur satunya lagi di barat. Tahun 1859, Wallace mendefinisikan garis pembatas dua kelompok ini menggunakan penyebaran burung.

Garis pembatas ditariknya di antara Bali dan Lombok dan di antara Kalimantan dan Sulawesi. Wallace percaya bahwa Kalimantan, Jawa, dan Sumatra suatu saat pernah saling bersatu dengan Asia; dan Timor, Papua, Maluku, mungkin sebagian Sulawesi pernah bersatu dengan benua Australia-Pasifik.

Tetapi fauna Sulawesi begitu ganjilnya sehingga surat Wallace berikutnya pada tahun 1859 kepada Bates menyebutkan bahwa sebagian Sulawesi kelihatannya pernah bersatu dengan Asia, dan sebagian lagi pernah bersatu dengan Australia. Di suratnya itu, Wallace menekankan bahwa mesti telah terjadi sesuatu dengan permukaan Bumi di tempat ini sehingga fauna-faunanya ganjil.

Saat itu, penyelidikan geologi di Indonesia baru saja dimulai oleh Pemerintah Belanda dan tentu belum menyentuh sama-sekali Sulawesi. Jadi, ini pendapat menantang dari Wallace. Tahun 1863 dalam sebuah makalah berjudul “On the physical geography of the Malay Archipelago” – Journal of Royal Geographical Society no. 33, Wallace menarik garis pembatas fauna Indonesia Barat dan Indonesia Timur dari sebelah timur Filipina, masuk ke Selat Makassar lalu berakhir di sebelah selatan Selat Lombok. Garis itulah yang kemudian disebut para ahli “Garis Wallace”.

Baca Juga:Pengertian, Proses Terjadinya Dan Macam Jenis Hutan Di Indonesia

Tahun 1910, tiga tahun sebelum Wallace meninggal, dalam bukunya “The World of Life” (Chapman and Hall, London), Wallace menggeser garisnya di sektor Sulawesi lebih ke timur lagi sebab di Sulawesi Barat masih cukup dominan ditemukan fauna-fauna Asia. Dari penelitian-penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh ahli2 fauna dan flora ditemukan bahwa Garis Wallace ini tidak pernah tegas, tetapi dapat bergeser-geser ke timur atau barat di Sulawesi; tetapi jelas meyakinkan bahwa Sulawesi adalah wilayah pertemuan sekaligus perbatasan zone-zone biogeografi.

Konsep Garis Wallace ini mengesankan para ahli biogeografi sebab penyebaran flora pun mengikutinya. Flora-flora pegunungan di Sulawesi Barat mirip flora pegunungan di Kalimantan dan Jawa, sedangkan flora di tanah yang berasal dari lapukan batuan ultrabasik d Sulawesi bagian timur ternyata mirip flora Papua yang juga tumbuh di tanah hasil lapukan batuan ultrabasik. Ahli flora terkenal zaman Hindia Belanda, van Steenis pada tahun 1972 meneliti flora pegunungan Sulawesi dan membaginya sebagai flora asal lokal (autokton) dan flora asal luar (alokton).

  • Geologi Pulau Sulawesi

Kita para geologist tahu bahwa Sulawesi merupakan wilayah pertemuan sekaligus perbatasan antara provinsi-provinsi geologi. Seluruh Sulawesi bagian barat adalah milik Sundaland, bahkan sekarang di bawah Teluk Tomini pun – Cekungan Gorontalo- adalah berciri Sundaland. Mereka dulu bagian Sundaland yang saat ini berposisi di tengah Indonesia oleh pemisahan di Selat Makassar.

Bagian tengah Sulawesi yang disusun massa batuan metamorfik dan ofiolit adalah massa asli Sulawesi yang terjadi atau terangkat di situ oleh proses pertemuan provinsi-provinsi geologi. Sedangkan, bagian paling timur Sulawesi yaitu Sulawesi Tenggara-Buton dan Banggai Sula adalah segmen massa benua asal Australia yang berpindah ke tempatnya sekarang oleh percabangan Sesar Sula-Sorong.

Pemisahan oleh Selat Makassar terjadi pada Paleogen, sementara pertemuan dengan segmen-segmen massa benua Australia terjadi pada Neogen. Pemisahan dan pertemuan massa-massa kerak batuan ini tentu ada penumpangnya, yaitu flora dan fauna yang juga telah hadir sejak lama di atasnya, ikut berevolusi sampai ke bentuknya sekarang. Maka, kalau di Sulawesi bertemu berbagai provinsi geologi, maka di Sulawesi bertemu juga berbagai zone biogeografi flora dan fauna.

  • Ilmu Biogeografi

Wallace sejak tahun 1858 telah menyadari perubahan-perubahan geologi yang terjadi di wilayah Indonesia bagian tengah ini dan implikasinya kepada penyebaran fauna. Ilmu Biogeografi lahir di Indonesia, oleh Wallace, ketika ia menulis sebaris kalimat kepada Henry Bates, “I believe the western part to be a separaed portion of continental Asia, the eastern the fragmentay prolongation of a former Pacific continent.” (Alfred Russel Wallace, 1858).

Ketika jaman es, permukaan air tidak setinggi sekarang. Hal itu menyebabkan Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan merupakan bagian dari benua Asia, sedangkan Pulau Papua merupakan bagian dari benua Australia. Lihatlah gambar-gambar di bawah ini untuk melihat perbedaan antara jaman es dan jaman sekarang.

  • Peta Dunia pada jaman es berwarna coklat

Warna abu-abu merupakan keadaan ketika jaman es sedangkan warna putih merupakan keadaan sekarang. Jika kalian amati baik-baik pada gambar kedua, Pulau Sulawesi, Lombok, NTT dan pulau-pulau pecahan lain tidak ada pada jaman es. Bagian itulah yang disebut sebagai Wallacea.

Alfred Russel Wallace (8 Januari 1823 – 7 November 1913) adalah seorang naturalist ( ahli flora dan fauna), explorer, geographer, anthropologist dan biologist. Antara tahun 1854-1862, Wallace menjelajahi Malaysia dan Indonesia. Pada tahun tersebut, ia menemukan garis Wallace setelah ia menyadari adanya perbedaan antara fauna bagian barat dan timur. Selain menemukan garis Wallace, ia juga dikenal sebagai orang yang membantu Charles Darwin untuk mencetuskan teorinya.

Garis Weber dicetuskan oleh Max Carl Wilhelm Weber (5 Desember 1852 – 7 Februari 1937) atau juga dikenal sebagai Max Wilhelm Carl Weber. Ia merupakan orang asal Jerman yang berprofesi sebagai zoologist (ahli ilmu hewan) dan biogeographer (orang yang ahli dibidang biogeografi).

Richard Lydekker (25 Juli 1849 – 16 April 1915) adalah seorang naturalist (ahli flora dan fauna), geologiwan (ahli geologi), dan penulis buku ilmu pengetahuan alam yang lahir di kota London, (Inggris). Pada tahun 1895, ia menggambarkan garis pemisah biogeografi Australialis yang berada di bagian barat Indonesia dan Asialis yang berada di bagian kiri Indonesia.

Garis Wallace sering juga disebut sebagai Garis Wallace-Weber di luar negeri, garis imajiner yang memisahkan Daratan Indonesia Barat dengan daerah Wallacea (Indonesia Tengah). Tetapi, di Indonesia kita mendapati bahwa Garis Wallace dan Garis Weber itu dibedakan. Sehingga Garis Wallace bisa juga berarti garis imajiner yang memisahkan Daratan Indonesia Barat dengan daerah Wallacea. Kemudian Garis Weber, sama seperti Garis Lydekker tetapi hanya beda dalam pembatasannya, adalah garis imajiner yang memisahkan daerah Wallacea dengan daerah Indonesia Timur.

Garis Lydekker adalah garis imajiner yang memisahkan daerah Wallacea dengan daerah Indonesia Timur. Garis imajiner yang sering dipakai untuk memisahkan zona di Indonesia adalah garis Wallace dan Garis Weber. Karena itu, tidak banyak informasi tentang garis Lydekker yang bisa ditemui di website Indonesia.

Demikian penjelasan artikel diatas tentang Persebaran Fauna Di Dunia : Pengertian, Oriental, Paleartik semoga dapat bermanfaat bagi pembaca setia kami.