Dialog Interaktif

Dialog Interaktif

Dialog Interaktif – Pengertian, Contoh, Keseahtan & Kesimpulan – Dialog interaktif terdiri dari dua kata, yaitu dialog dan interaktif, dimana kata dialog berarti karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih, sementara pengertian interaktif adalah bersifat saling aksi. Apabila kedua kata ini digabungkan, maka akan berarti karya tulis yg disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih dan bersifat saling melakukan interaksi.

Dialog-interaktif

Pengertian Dialog Interaktif

Dialog interaktif adalah percakapan yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon. Adapun nara sumber yang dipilih adalah orang tahu persis tentang informasi yang ingin disampaikan. Kalian juga dapat memperoleh informasi dengan bertindak sebagai pihak yang fasip yaitu mendengarkan dengan sesama suatu.

Unsur Dialog Interaktif

Dalam dialog interaktif kita juga harus meningkatkan prinsip %W + 1H berikut ini :

  • What = apa yang didialogkan
  • Who = siapa yang didialogkan
  • When = kapan dialog dilakukan
  • Where = dimana dialog dilakukan
  • Why = mengapa dialog dilakukan
  • Why = mengapa dialog dilakukan
  • How = bagaimana hasil dialog tersebut

Baca Juga : Contoh Cerita Fantasi

Mengomentari pendapat narasumber dalam dialog interaktif pada tayangan televisi/siaran radio

  • Materi:

Cara mengomentari pendapat dalam dialog dan implementasinya

  • Indikator :
  1. Mendata pendapat tiap-tiap narasumber
  2. Mengomentari pendapat narasumber dengan alasan yang menyakinkan
  3. Menemukan keteladan dari narasumber
  • Kegiatan Pembelajaran :
  1. Mendengarkan rekaman atau tayangan/siaran dialog interaktif
  2. Mendata pendapat tiap-tiap narasumber
  3. Bertanya jawab mengenai pendapat para narasumber
  4. Mengomentari pendapat tiap-tiap narasumber dengan alasan yang meyakinkan
  5. Menemukan keteladanan dari narasumber
  6. Membuat refleksi entang nilai-nilai hidup dari keteladanan narasumber

Di bawah ini disajikan contoh hasil laporan siswa sesudah mendengarkan dialog interaktif. (ch. enung martina)

Laporan Dialog Interaktif

Nama acara : Kick Andy
Yang menayangkan : Metro TV
Pembawa acara : Andy F. Noya

Narasumber :

  • Karina de Vega (pemilik Panti Asuhan Eklesia)
  • Fredollin Djoebere (finalis Idola Cilik II, penghuni Panti Asuhan Eklesia)
  • Martin (penghuni Panti Asuhan Eklesia)
  • Maria Fransiska Bira (penghuni Panti Asuhan Eklesia)
  • M. Agus Gofurur Rochim (pemimpin Pondok Pesantren Madinnatunajah)
  • Ardian Malawat (murid di Madinnatunajah)
  • Yusuf (murid di Madinnatunajah)
  • Agustina / Stien (pendiri Panti Asuhan Pniel)
  • Emma Rachel (penghuni Panti Asuhan Pniel)
  • Jelvan (penghuni Panti Asuhan Pniel)
  • Arba (pengelola Panti Asuhan Al-Habibah)
  • Ichsan Malik (aktivis perdamaian)
  • Fitri Fausiah (psikolog lulusan UI)

Waktu penayangan : Jumat, 24 Juli 2009 Pukul 21.30 – 23.00

Topik : Anak – anak Korban Konflik di Ambon

Isi dialog :

Fredollin Djoebere, atau biasanya dipanggil Olin, menceritakan pengalaman hidupnya saat terjadi konflik besar di Ambon. Saat itu Olin masih kecil ketika konflik terjadi. Ia terpaksa kabur ke hutan dan tinggal di sana selama 2 bulan, tetapi akhirnya dipindahkan ke barak pengungsian. Perjuangan Olin tidak berhenti sampai di situ saja. Ia mengaku sering bernyanyi saat hujan deras di malam hari untuk mengabaikan rasa lapar. Ia berbuat seperti itu karena bila ia bernyanyi lantang untuk mengalahkan suara hujan, ia akan kelelahan dan tertidur, sehingga rasa lapar terlupakan.

Baca Juga : Wacana Adalah

Akhirnya Olin dan teman – temannya ditemukan oleh Ibu Karina de Vega, yang memang membangun panti asuhan untuk melindungi dan merawat anak-anak korban konflik di Ambon. Olin telah berjanji untuk tidak pernah menyerah dalam menggapai mimpinya dan ia pun meraih kesuksesan. Dengan usaha dan kemauan yang kuat, Olin telah berhasil mendapatkan peringkat 10 di acara Idola Cilik II, mengalahkan lebih dari 12.000 anak lainnya.

Selain Olin, Martin, yang juga merupakan anak asuh Ibu Karina, memiliki kenangan yang sangat buruk dalam peristiwa konflik di Ambon. Ia menyaksikan ibunya ditembak di depan matanya sendiri. Awalnya ia sempat merasakan dendam yang sangat mendalam, tetapi dengan bimbingan Ibu Karina ia percaya bahwa ia harus mengampuni orang lain. Martin mengatakan bahwa ia akan belajar keras agar menjadi orang sukses, lalu ia akan kembali ke Ambon untuk membangun tempat kelahirannya itu.

Ibu Karina juga ikut menceritakan pengalamannya bersama anak-anak asuhnya. Pada saat awal ia mulai merawat anak – anak korban konflik tersebut, ia menyadari banyak di antara mereka yang terluka secara fisik. Ada yang telinganya menjadi tuli dan banyak anak yang terkena serpihan bom. Ia menyatakan bahwa anak – anak yang terkena serpihan bom itu awalnya baik – baik saja, tetapi lama – kelamaan mulai mengeluh bahwa beberapa bagian tubuh mereka sakit. Untungnya ia segera membawa mereka ke dokter dan mereka semua bisa disembuhkan. Sampai sekarang ia masih merawat dan mendidik mereka agar kelak mereka dapat menjadi orang yang baik. Ia berpesan bahwa untuk berbuat baik kita tidak perlu menjadi orang kaya, yang penting kita tulus dan ihklas dalam membantu orang lain.

Menurut Bapak Ichsan Malik yang merupakan seorang aktivis perdamaian, pemicu konflik di Ambon saat itu adalah Indonesia yang sedang mengalami krisis ekonomi. Keadaan ekonomi sedang tidak stabil dan akhirnya muncul ricuh di mana – mana. Ia mengatakan bahwa untuk mencegah hal semacam itu terulang lagi, masyarakat harus belajar untuk menghargai perbedaan dan meningkatkan integrasi bersama.

Lalu ada juga cerita lain dari Ibu Agustina (biasanya dipanggil Ibu Stien).

Pertama kali ia mendirikan Panti Asuhan Pniel dengan tujuan menampung anak – anak korban konflik di Ambon. Namun begitu panti asuhan mulai berjalan, ia sempat merasa putus asa dan hampir menyerah karena anak – anak itu begitu sulit untuk diatur dan tidak berdisiplin. Padahal ia sudah berpengalaman dalam bidang tersebut karena ia juga memiliki panti jompo.

Tetapi akhirnya seiring dengan berjalannya waktu anak – anak itu sudah bersikap lebih baik. Mereka mengisi waktu luang mereka dengan bernyanyi dan bermain musik, dan kelompok paduan suara mereka pernah tampil dalam kampanye Megawati-Prabowo belum lama ini. Semua anak yang pernah menjadi korban konflik yang hadir di situ mendambakan perdamaian agar tak ada lagi yang memiliki pengalaman pahit seperti mereka.

Baca Juga : Puisi adalah

Kesimpulan :

  1. Acara : Acara Kick Andy selalu memberikan inspirasi bagi orang – orang yang menontonnya. Topiknya juga tidak membosankan dan disajikan dengan data yang jelas, lengkap dengan para narasumber dan pakar di bidang yang sedang dibahas. Saya mendapat banyak pengetahuan dari menonton acara ini, contohnya tentang kasus kematian David, seorang murid di sekolah NTU, Singapur. Juga mengenai derita yang dialami anak – anak yang mengalami korban konflik di Indonesia dan berbagai informasi lainnya.
  2. Pembawa acara : Menurut saya, Pak Andy itu berkarisma dan pintar bertanya pada para narasumbernya untuk mendapatkan informasi. Penontonnya menjadi mengerti akan masalah yang dibicarakan dan apa yang dialami para narasumber. Ia juga membawakan acara dengan santai seperti berbincang – bincang dengan teman, sehingga para narasumbernya tidak terlalu tegang dan gugup.
  3. Narasumber : Semua anak yang diundang dalam acara Kick Andy kali ini memiliki cita – cita dan mimpi yang mulia; mereka ingin membangun kembali Ambon dan mereka menginginkan perdamaian. Mereka tak mau melihat orang lain menderita seperti mereka karena mereka tahu bagaimana rasanya kehilangan keluarga dan tempat tinggal. Mereka telah membuktikan bahwa mereka pun mampu meraih prestasi gemilang dan menjadi pribadi yang utuh walau kehidupan tak selalu adil pada mereka.
  4. Isi : Secara keseluruhan, acara ini sangat baik untuk disaksikan menurut saya. Kick Andy ditampilkan dengan menarik dan dapat ‘membuka’ mata kita akan apa yang sebenarnya terjadi di sekitar kita. Acaranya juga tidak hanya wawancara terus, kadang diselingi lagu – lagu (seperti penampilan paduan suara dalam acara kali ini) sehingga penontonnya tidak bosan.

Nilai hidup :

  • Konflik dan perang hanya akan membawa penderitaan.
  • Jangan pernah menyerah walau pun keadaan dan lingkungan sangat tidak mendukung, sebab bila kita terus berusaha, kita bisa meraih kesuksesan kelak.

Contoh Dialog Interaktif Dan Kesimpulannya

Penyiar      : “selamat malam, jumpalagi dengan saya Anwar Saepudin dalam dialog interaktif rusaknya fuel pamp. Setelah hadir di studio saya akan perkenalkan duu nara sumber Ibu Nuraini.”

Ibu Nuraini : Selamat malam pak Anwar Sapeudin dan para pendengar di rumah

Penyiar      : “Selamat malam!” Bu bagaimana kesalahan saat ii sehingga banyak fuel pump yang rusak !

Ibu Nuraini : Mingkin ada bahan atau alat yang rusak

Penyiar      : Apa saat ini msih dicari tahu kesalahannya !

Ibu Nuraini : Yah masih !, pertama dari minyak, apa minyaknya tercampur dengan air atau alat yang lain ada yang putus.

Penyiar        : terima kasih pada pendengar acara ini cukup sampai disini saja. Selamat malam !

Baca Juga : Kata Sapaan

Kesimpulan

Setelah pelajaran ini dapat disimpulkan bahwa dialog interaktif adalah percakapan yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan para pendengar melalui telepon.

Bagi Anda seorang pelajar sekolah yang duduk di bangku SMP atau SMA juga akan berhadapan dengan pelajaran tentang dialog interaktif, umumnya pelajaran ini akan ditemukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Bagi teman-teman yang kebetulan sedang mendapatkan tugas dari sekolah untuk menyusun contoh dialog interaktif, maka untuk memudahkan teman-teman dalam menyelesaikan contoh dialog interaktif yang diminta oleh guru, maka berikut ini blog Karo Cyber akan mempublikasikan salah satu contohnya kepada kamu.

  • Contoh dialog interaktif yang diperoleh blog Karo Cyber dari situs Tempo

Berikut adalah contoh dialog interaktif yang diperoleh blog Karo Cyber dari situs Tempo, dimana dialog interaktif ini sendiri dilakukan kepada Ustad berpengaruh di New York dengan nama Muhammad Syamsi Ali.

Apa cita-cita masa kecil Anda?
Menjadi tentara. Menurut saya, tentara itu profesi paling hebat. Apalagi saya suka berkelahi.

Kenakalan paling fatal apa yang pernah Anda lakukan waktu kecil?
Saya pernah masuk tahanan polisi selama tujuh hari. Gara-garanya ada siswa pesantren yang menantang saya berkelahi. Merasa tertantang, ya, saya lawan. Hidung siswa itu patah dan harus masuk rumah sakit. Saya pun diadukan ke polisi.


Lalu, bagaimana Anda bisa menjadi imam di New York?
Itu karena undangan Duta Besar Republik Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat itu, Nugroho Wisnumurti. Saya bertemu Pak Nugroho di Jeddah, Arab Saudi. Kebetulan waktu itu saya tidak betah mengajar di Islamic Education Foundation Jeddah (yayasan pendidikan milik Amir Mamduh, adik Raja Fahd) karena adanya diskriminasi.

Dari Pakistan, Arab Saudi, lalu ke Amerika. Anda mengalami gegar budaya?
Pasti. Saya waktu itu senang, tapi juga waswas. Di kepala saya itu, semua gejolak di Afganistan dan Timur Tengah adalah desain Zionis Amerika. Tapi sopir taksi pertama yang saya tumpangi dari bandara ke Kantor Perwakilan Indonesia di PBB bernama Muhammad Fazil, orang Pakistan. Sepanjang perjalanan, kami bicara. Dari situ, pola pikir saya mulai berubah.

Setelah lama pergi, bagaimana Anda melihat perkembangan umat Islam di Indonesia?
Islam didominasi oleh kepentingan politik. Sebenarnya, mau memakai Islam sebagai kekuatan politik, silakan. Mau memakai Islam sebagai dasar politik, juga silakan. Tapi jangan dipolitisasi. Yang terjadi sekarang, banyak partai menjadikan Islam sebagai obyek politik.

Apa yang terpikir saat melihat intoleransi dan tekanan kepada kelompok minoritas di Indonesia?
Sedih. Ini mungkin proses pematangan demokrasi. Amerika juga tidak langsung matang. Kita tahu perjuangan warga kulit hitam di sana yang dipimpin Martin Luther King tidaklah gampang. Tapi pemerintah tetap harus tegas. Hukum harus ditegakkan, dan harus ada peran aktif ormas Islam, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Maksudnya?
Sebagai ormas besar, NU dan Muhammadiyah harus berinisiatif mempertemukan mereka yang sedang berkonflik. Harus ada kedewasaan. Sebagai mayoritas, yang kita bangun bukanlah rasa takut, tapi justru harus mengayomi. Itu dilakukan Rasul.

Lalu, bagaimana dengan kelompok garis keras yang terus menggunakan kekerasan, misalnya Front Pembela Islam (FPI)?
Ya hukum harus jelas. Teman-teman seperti di FPI ini harus introspeksi diri. Apa yang mereka lakukan belum tentu membawa dampak positif. Karena, ketika dengan alasan melakukan nahi munkar (mencegah perbuatan buruk), tapi dilakukan dengan kekerasan, kemungkaran justru bertambah. Orang semakin benci.

Apa perubahan terpenting bagi umat muslim Amerika pasca-tragedi 11 September?
Islam sekarang menjadi mainstream. Amerika, yang dulu dikenal sebagai bangsa Kristen-Yahudi, sekarang menjadi Kristen, Yahudi, Islam, Hindu, Buddha, dan semuanya. Dan yang pasti, pola komunikasi antar-agama berubah. Kami bahkan tak lagi menggunakan istilah dialog, melainkan kerja sama. Dialog identik dengan elite. Para pimpinan agamanya bertemu, tapi masyarakat tetap berkelahi. Karena itu kita ubah.

Kerja sama seperti apa?
Di New York, kita buat “Soup Kitchen for Homeless”. Jadi di dapur umum itu, masyarakat muslim, Yahudi, Kristen masak bersama untuk orang miskin. Ada juga “Midnight Run”. Kami keluar di tengah malam, membagikan sandwich dan minuman untuk orang di jalanan. Yang muslim memakai peci, yang Kristen memakai salib, dan Yahudi memakai peci yahudi. Para gelandangan heran melihat kami karena bisa bergandengan.

Bagaimana Anda memulai kerja sama dengan umat agama lain pasca-tragedi 11 September?
Saya mulai mengunjungi gereja yang dekat dengan masjid Indonesia di Manhattan. Saya juga berdialog dengan Rabi Marc Schneier, satu dari 50 rabi yang berpengaruh di Amerika. Saya kini justru dekat dengan dia. Bahkan konsep dialog lintas agama kami berdua dipelajari oleh rabi dan imam dari Eropa dan Amerika Latin yang datang ke New York. Gerakan itu jadi meluas sehingga menjadi gerakan internasional.

Anda mendapat serangan atau ancaman karena kedekatan Anda dengan rabi dan pendeta, juga sinagog dan gereja?
Tidak pernah ada ancaman. Di Amerika, ancaman adalah kriminal. Apalagi sampai memukul. Yang terjadi, saya dijelek-jelekkan. Lihat saja di Internet. Banyak sekali hujatan buat saya. Ada yang membuat website khusus yang ada foto saya dengan tulisan “A Liar”. Isinya wawancara saya yang diambil sepotong-sepotong dari berbagai media. Saya dituduh anti-syariah. Tapi saya tidak terlalu memikirkan.

Bagaimana peran pemerintah dalam melindungi kerukunan umat beragama?
Luar biasa. Ketika komunitas umat Islam diobok-obok, mereka justru mengayomi kami. Di bawah Michael Bloomberg (Wali Kota New York), kami diberi kebebasan. Islam, kalau diberi kebebasan, seperti ikan mendapatkan air. Sebanyak 10 persen dari penduduk New York—yang sekitar 8 juta itu—adalah muslim. Pernah ada kejadian menarik. Meski Bloomberg bukan muslim, dia pernah ikut salat Jumat. Ketika itu, dia datang untuk mengucapkan terima kasih atas dukungannya dalam pemilu. Dia pun mendengarkan khotbah saya tentang Islam dan pluralisme. Seusai khotbah, saya minta dia ke pojokan. Eh ternyata dia malah ikut salat di belakang. Tapi itu politik… ha-ha-ha….

Bagaimana dengan perkembangan pembangunan Islamic Center di dekat “ground zero” yang pernah menjadi perdebatan?
Sekarang ini tetap dipakai salat Jumat dan salat lima waktu. Ada kuliah rutin Al-Quran untuk anak-anak. Saya mengajar beberapa kali di sana. Tapi memang, untuk renovasi, butuh biaya besar. Di Islamic Center itu rencananya akan dibangun juga museum 11 September, lengkap dengan pusat kulinernya.

Apa rencana Anda ke depan?
Saya selalu ingin memperlihatkan bahwa Islam itu bersahabat, meski saya terus dituduh bekerja sama dengan Yahudi Zionis.

Itulah salah satu contoh dialog interaktif yang dapat kami publikasikan kepada teman-teman melalui kesempatan ini. Semoga informasi yang sudah kami publikasikan kiranya dapat berguna bagi teman-teman yang sudah membacanya.

Baca Juga : Apresiasi adalah

Contoh Dialog Interaktif : Memanusiakan Manusia Secara Keluarga

Moderator: “Apa kabar Pak Anand? Tetap segar bugar?”

Anand Krishna: Baik, Alhamdullilah.”

Moderator: “Beberapa waktu lalu kita membicarakan memanusiakan manusia secara macro. Kira-kira bisa digambarkan memanusiakan manusia dalam konteks keluarga?”

Anand Krishna: “Saya tadi mengucapkan Alhamdullilah ada maksudnya. Keluarga berasal dari dua kata, yaitu kula dan warga. Kula itu marga. Seperti di Batak ada pangabean dan panjaitan. Nah, marga ini kula yang berkaitan dengan warga saya yang barangkali agama maupun pekerjaannya sama. Ada satu garis keturunan. Tetapi, ketika kita berbicara warga, mungkin juga dapat berarti warga sedesa. Begitu kita berbicara warga, maka ada interaksi dengan orang-orang yang banyak perbedaannya.

Kalau kita berbicara dengan orang-orang di Indonesia, mayoritas mereka beragama islam dan kristen katholik. Kita berinteraksi dengan orang-orang yang ada perbedaan. Bagaimana kita mengharmoniskan seluruh interaksi ini? Ketika ada perkawinan, barangkali satu kula masuk ke kula yang lain, dan disitu ada perbedaan. Terjadi interaksi dalam bentuk take and give dan suatu cara untuk mengakomodir perbedaan. Kalau itu terjadi, maka akan ada suatu keharmonisan. Bayangkan seperti suami istri. Katakan di keluarga Hindu saja suami berasal dari Bali. Si istri berasal dari India atau nepal. Walaupun mereka berbeda dalam hal negara asal, tetapi mereka sama-sama hindu. Dan disitu, dibutuhkan pengertian dan penyesuaian.”

Moderator: “Dalam basis manusia keluarga, seolah-olah manusia yang terlibat sangat terbatas. Ada bapak, ibu, dan anak. Sehingga kategori dan relasi-relasi yang tertata sedemikian rumitnya, pak.”

Anand Krishna: “Sekarang lebih rumit sekali karena perubahan yang terjadi cepat sekali. Zaman saya tidak ada play station sehingga anak-anak harus berinteraksi sejak kecil dengan anak-anak yang status sosialnya berbeda, dan barangkali dari marga lain. Sudah terjadi interaksi sejak kecil. Dan sekarang sebatas jam sekolah dan saat mau masuk sekolah, sehingga dia tidak berinteraksi karena lebih sering masuk kamar dan otak-atik dengan komputer dan menonton TV. Jadi, tidak punya kesempatan melihat perbedaan sehingga penyesuaiannya tidak terjadi.”

Moderator: ”Ini menjadi menarik ketika peran media masuk dengan teknologi baru masuk dalam ruang keluarga sehingga merubah peran relasi antar generasi dalam keluarga itu sendiri apalagi dalam skala lebih luas. Kira -kira dimana orang tua memposisikan diri agar kemudian ia dapat membentuk generasi baru yang dapat mengatasi bahkan melampaui batas-batas itu.”

Anand Krishna: “Pertama-tama mari kita melihat secara holistik. Bagaimana orang tua membatasi nonton TV sehingga program-program yang kita tonton berguna bagi kita seleksi. Mata kita tidak bisa melihat TV selama 4 jam, sehingga mau tidak mau kita melihat TV, Video , DVD, harus selektif. Jangan hanya sekedar nonton saja dan itu harus diajarkan pada anak bahwa mata itu sangat berharga sekali. Jika anak-anak dibawa ke Tuna netra dan diajarkan sejak kecil, pasti tahu sendiri.”

Agus Gianyar: “Dari kacamata spiritual Bapak, Saat ini kita kedatangan tamu Presiden George Bush dan bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan kemanusiaan di Indonesia?”

Anand Krishna: “Dalam tradisi, kita memiliki pepatah nasehat upanishad. Atithidevo bava: Anggaplah tamumu adalah dewa. Maatrdevo bava/Acharyadevo bava: Kita menghormati tamu. Saya pribadi tidak setuju dengan foreign policy-nya Amerika, yang sejak perang dingin tidak berubah. Tetapi saya juga tidak setuju ketika Bush datang kesini dan kita dengan ganas membakar patung dia maupun bendera dia. Saya kira itu sangat tidak sopan. Bagaimana kalau ada orang tidak setuju dengan SBY dan membakar bendera kita di luar negeri? Saya kira darah saya akan mendidih dan saya akan meninggalkan ahimsa dan menampar dia. Bendera saya adalah bendera yang saya sakralkan. Bagaimana orang Amerika akan simpati kepada kita. Disini kita menangani berbagai hal tidak bisa. Menangani teroris tidak bisa, dan kita tidak bisa hidup tanpa bantuan Amerika dan besok-besok kita kena embargo?

Saya ingin mengajak para pemirsa dari berbagai latar belakang semua agama barangkali ya, kita bicara begitu banyak tentang Amerika. Yang namanya Palestina yang kita ingin dukung, kena embargo beberapa bulan saja sudah babak belur. Sekarang mereka harus mengganti pucuk pemerintahanya, sehingga mereka netral dan embargonya di leften. Bagaimana kita bisa berbuat sesuatu, yang berdasarkan arogansi saja itu, akan mempengaruhi anak-anak kita secara mau tidak mau layar itu masuk ke rumah tangga. Saya akan memohon pada televisi untuk tidak usah diberitakan. Kalau ada pembakaran bendera jangan diberitakan.”

Moderator: “Kalau Hindu memandang begitu penting dan strategisnya keluarga dalam kelangsungan peradaban suatu bangsa. Kalau keluarga, sudah rapuh ya. tinggal tunggu waktu peradaban akan hancur. Dan inti dalam peradaban adalah perempuan atau ibu. Kemudian kita harus memahami ibu dan anak dalam konteks memanusiakan manusia.”

Anand Krishna: “Dalam uphanisad sebelum Atithidevo bava adalah Maatrdevo bava yang maksudnya adalah anggaplah ibumu sebagai Tuhan karena kita mengenal dunia ini lewat ibu. Selama 9 bulan kita berada dalam kandungannya. Dan sekarang sudah terbukti dalam medis biologis pun sudah terbukti bahwa dalam DNA kita kromosom X itu adalah perempuan kita mewarisi dari ibu kita dan kromosom X yang memberi energi. Kalau kita tidak mempunyai kromosom X maka kita tidak akan bergerak.

Lalu, mati kita. Dalam tradisi hindu wanita disebut shakti, yaitu nama lain dari energi. Dan kalau wanita memiliki kedudukan yang begitu tinggi, saya kira kalau mau merubah situasi, pertama-tama bukan cuma cengeng ingin mendapatkan kursi DPR, tetapi mulai merubah dan memberdayakan diri. Bukan saja kursi di DPR begitu banyak yang bisa ditangani oleh perempuan. Ketika wanita sudah memberdayakan dirinya, Anak akan mewarisi energi dia. Energi spiritualitasnya yang telah memberdayakan dirinya. Sekarang banyak wanita masih menggunakan pepatah kodrat: “Saya sebagai wanita, bagaimanapun juga saya wanita”. Hal ini harus dihilangkan.”

Susila: “Dialog yang sangat menarik. Keluarga kecil interaksi antara suami istri tidak lepas dari ego masing-masing. Bagaimana untuk meredam ego, dll?”

Anand Krishna: “Seperti yang saya katakan bahwa lita harus mengakomodir perbedaan. Itu penting sekali. Tetapi, saya akan bertanya lebih jauh sedikit. Apakah keluarga itu hanya suami, istri, dan anak? Celakanya sekarang tidak demikian. Berapa jam anak kita bersama kita, pembantu, dan TV. Pengaruhnya luar biasa. Keluarga tidak bisa kita batasi dengan bapak dan ibu saja.”

Moderator: “Kadang bersama tapi tidak terjadi interaksi begitu Pak Anand, ya?”

Anand Krishna: “Saya kira disitu harus kembali ke konsep dasar keluarga besar. Sekarang ini kita mengikuti konsep barat. Dan keluarga kita semakin sempit. Malahan makin sempit, apalagi di Bali. Jangan sampai partement itu akan mengacaukan kita lagi. Saya mengambil contoh. Teman saya di Amerika bercerita bahwa orang tuanya ditaruh di panti jompo. Dia bayar ke sana kemudian anaknya dia taruh di panti anak.

Suatu saat, si anak membawa pulang orang tuanya. Orang tua itu digaji oleh panti anak untuk menjaga anak-anak. Padahal, itu bisa dilakukan di rumah. Bagaimana kita memanfaatkan grandmother-grandfather untuk menjaga cucu-cucunya dirumah. Sehingga, itu memberikan motivasi kepada mereka sehingga lebih bergairah menghadapi kehidupan ini. Juga, kita dapat mengembalikan konsep dasar. Sudah waktunya kita melihat jauh ke depan. Kalau kita meneruskan peradaban seperti ini, maka kita akan kehilangan kemanusiaan kita seperti mesin saja dan peradaban tidak akan bertahan lama.”

Gus Suteja: “Pandangan hidup orang Bali bahwa kebudayaan itu adalah pengetahuan manusia yang diselimuti nilai-nilai moral dan estetika. Adakah konsepsi keseimbangan pengembangan antara perasaan dan kesadaran lingkungan bagaimana memotivasi ke desa?”

 Anand Krishna: “Seluruh tradisi Hindu, sistem yoga, tidak bisa dipisahkan dari   lingkungan. Seluruhnya satu paket. Seperti di Bali berkembang Trihita Karana dan itu sudah satu paket dengan kehidupan itu sendiri yang tidak bisa hanya diupakarakan. Celakanya sekarang kita berhenti disitu. Padahal kita mengenal air itu dan menghormati jangan sampai air itu tercemar.

Berarti harusnya apa kita mengadakan upacara jangan mencemari laut kita. Kita disatu pihak ingin menghormati air tetapi kita mencemari air. Ini berarti beribadat kurang inteligen. Tidak nyambung. Kita menghormati energi agni hotra, banyak orang yang dari India dulunya tidak latah, tetapi sekarang kita mengenal no problem latah-latahan. Tetapi, intinya apa? Intinya adalah menghemat energi. Api itu adalah energi sehingga geothermal tidak jadi. Ini adalah Yajnya. Bukan dengan cuma upakara membakar minyak samin yang dimport dari Australia yang harganya mahal sekali, supaya Bali bisa swasembada dengan listrik. Kita tidak perlu geothermal. Kita tidak tahu apakah kontraktornya secerdas yang kita harapkan? Sudah ada kuala lumpur di Sidoardjo, jangan ditambah lagi.”

Moderator: “Dalam keluarga yang relasinya kecil tapi sesungguhnya perbedaan sudah sedemikian besar antar suami dengan istri dan anak dengan istri. Bagaimana?”

Anand Krishna: “Sepertinya kejadian ini sudah pernah terjadi. Sehingga diajarkan latihan dalam Yoga, atau tradisi dalam Bali ketika mengadakan Trisandya selalu ada sesi dimana mengucapkan pranayam. Walau praktisnya cuma diucapkan saja, barangkali lalu dilanjutkan dengan mantra-mantra lain. Kita lihat sekarang mungkin istri berasal dari Jawa suami barangkali dari Bali besarnya. Disitu, bagaimana kalau bisa membuat kepala kita membuat otak kita dingin dan memandang suatu keadaan dengan jernih sehingga tidak terjadi friksi.

Dalam Yoga, kita diajarkan untuk prananyam sebagai tradisi Bali sederhana. Sekali tarik nafas, buang nafas 10 menit sore dan sepuluh menit pagi, itu akan memberikan kekuatan bagi pikiran kita untuk bisa bertahan mengelola suatu informasi tidak langsung reaktif karena reaksi adalah suatu kualitas yang inheren yang kita warisi dari binatang. Melekat sekali. Tapi manusia punya wiweka dan budhi. Kamu serang, saya tidak mau serang kembali. Nah, bagaimana kita memperoleh kekuatan itu dari pikiran yang jernih dan pranayam sebagai suatu keharusan. Yang harus kita berikan pada anak-anak kita yaitu menjadi suatu model. Dengan senang hati saya akan membantu Pemda. Kalau bisa, anak-anak dari SD, mereka akan mencari kembali pengalaman itu.”

Moderator: “Sekarang perbedaan antara anak sendiri, bagaimana melatih anak-anak agar biasa dengan perbedaan?”

Anand Krishna: “Saya rasa itu peranan pendidikan, tetapi kita tidak usah menggan-tungkan pemerintah. Mari kita melakukan sebatas yang kita bisa. Bagaimana menciptakan suatu sekolah ini untuk tidak menjadi tempat yang ditakuti bagi anak, sehingga ketika bangun pagi tidak berpikir “Wah, sekolah lagi hari ini!” Kita harus secara cerdas berpikir saya bicara untuk beberapa tahun ke depan.”

Septena: “Saya pengagum Bapak Anand Krishna, saya ingin bertanya ada beberapa Sulinggih mengatakan orang yang cacat tidak bisa menjadi orang panutan dalam agama?”

Anand Krishna: “Ini berbahaya bagi saya untuk menjawab, tapi saya harus menjawab. Ada satu kitab suci dalam Hindu, Astavakra Gita. Ditulis oleh Mahatma, Sulinggih Besar, jauh dari seorang Brahmana barangkali, karena dia mengajarkan spiritualitas kepada raja Janak, dan raja Janak ini ingin belajar spiritualitas. Ajarkan saya instan pokok-pokok dari spiritualitas. Semua orang memberikan macam-macam, tetapi raja tidak puas. Kemudian ada anak yang bengkok tubuhnya. Ada 8 bengkokkan dalam tubuhnya dan disebut Astavakra. Dan anak ini bisa menjawab dan memuaskan raja. Dan nama ini diabadikan dalam Astavakra Gita.”

Moderator: “Di tingkat keluarga orang tua begitu bingung antara memanjakan dan mendidik dengan memberi uang. Saya sering melihat anak TK sering diberi uang berlebihan.”

Anand Krishna: “Ini kecelakaan akibat orang tua tidak cerdas dan memanjakan anak. Anak SD sudah punya Handphone. Ini masalah Psikologis. Ada semacam duty feeling karena orang tua sibuk di kantor. Tetapi mereka tidak tahu bagaimana mengatasi ini semua dan memberikan materi berlebihan kepada anak. Ini menjerumuskan si anak. Kesalahan yang besar. Saya melihat sumber alam kita luar biasa. Walau Bali sudah di Bom dua kali. Ada masalah, tetapi masih juga bisa survive karena sumber alam yang luar biasa. Kalau sumber alam ini mengalami kemerosotan atau terjadi kemarau panjang, maka anak-anak ini tidak punya drive untuk berkembang.”

Pak Made: “Hindu itu terbesar di dunia? Bagaimana menurut Bapak?”

Anand Krishna: “Saya tidak mengatakan terbesar, tetapi peradaban Hindu sudah ada di dunia. Orang-orang Hindu di Bali jangan merasa down atau bagaimana 1 miliar manusia beragama Hindu. Dari Albert Einstein hingga Steven Howky terpengaruh dengan peradaban Hindu dan ajaran-ajarannya. Hindu tidak minoritas dan relevansi peradaban Hindu berkembang hingga saat ini. Coba perhatikan dengan peradaban Mesir dan Romawi hilang. Yang ditinggalkan hanya stadion dan bangunan-bangunan lainnya. Tetapi, peradaban Hindu masih hidup dan mengalir hingga sekarang.”

Moderator: “Bagaimana cara orang tua agar bisa membagi waktu dan mengajar anak-anak dan mencari uang?”

Anand Krishna: “Kuncinya adalah harus kembali kepada ajaran Budha karena kuncinya keserakahan, keinginan yang bertubi-tubi. Mahatma Gandhi mengatakan bahwa kebutuhan bisa dipenuhi, tetapi keinginan dan kemauan tak bisa dipenuhi. Seandainya kita pahami dengan betul, maka seorang ayah ataupun ibu dapat bekerja dengan tidak terikat dengan pekerjaannya. Sehingga, masih punya waktu terhadap anaknya karena pengaruh ibu terhadap anak sangat besar.”

Made Sila: “Kalau kita berpikir di Bali Banyak sekte-sekte agama disatukan pada zaman dahulu hingga terbentuk Kahyangan tiga. Sekarang banyak dari India ada Sai Baba, Hare Krishna, dll. Apakah ini dari Hindu, atau apakah ini dari Hindu asli kemudian pindah ke aliran ini, dan apakah ini berbeda dengan Hindu di Bali atau di India?”

Anand Krishna: “Saya menolak mengindiakan Bali. Kalaupun ada sekte-sekte kalau teman-teman dari Sai Center masih ingat, 20-an tahun saya yang memberikan izin kepada mereka untuk memakai Tirtha. Karena Tirtha adalah tradisi Bali. Bahkan saya menyarankan kidung-kidung dari Hindi diterjemahkan dalam bahasa Bali. Cuma, itu belum terjadi. Dan banyak teman-teman dari India menentang. Sekarang saya agak marah mendengar pertanyaan seperti ini karena sekarang pertikaian di PHDI ini karena sekte dari India atau sekte dari Bali sendiri? Itu kan bukan karena pengaruh dari India, teapi kita tetap berantem. Ada sektarian di Bali sendiri.

Hindu mempunyai kepribadian sendiri. pemahaman Hindu adalah tempat manapun adalah suci. Adanya pelangkiran adalah bukti. Adanya mantra-mantra di Hindu, seperti: segelas air diangkat oleh pedande dan mengucapkan mantra untuk air thirtha ini adalah sapta shindu yang berasal dari manapun ini adalah sudah dari 7 sungai suci Shindu. Dimanapun suci, Tat Wam Asi dimana-mana saya melihat kesucian. Apabila ditanya tentang Hindu yang asli ini yang mana? Inilah kekuatan Hindu. Swami Vivekananda mengatakan kekuatan Hindu adalah karena tidak mengenal titik melainkan koma. Kehidupan berjalan terus dan mengalami pertumbuhan.”

Moderator: “Bagaimana kita membiasakan merayakan perbedaan di tingkat keluarga?”

Anand Krishna: “Mulai dengan hal-hal yang kecil. Makan bersama merupakan kegiatan yang kita lakukan bersama. Apakah anak-anak dalam satu minggu libur hanya diantar ke Mall saja? Ini cari jalan keluarnya tempat-tempat hiburan dicari jalan keluarnya. Itu peran media di lokal Bali sebagai pencipta komik-komik yang pop kisah Sutasoma, Gatotkaca dan hal-hal lain yang kita kembangkan.”

Moderator: “Bagaimana memunculkan antara modernitas dengan tradisi? Mana yang harus dipilih?”

Bu Astrid: “Kedatangan Bapak bisa membantu generasi muda menghilangkan hal-hal yang negatif. Ayah adalah kepala keluarga dan istri adalah kasih sayang. Seorang wanita diangkat di acara sangat luar biasa. ini yang perlu dibanggakan. Tetapi saat ini, wanita diangkat sangat agung, Tuhan Kedua dan bahsa yang indah. tapi saat ini wanita tidak diposisikan sebagaimana mestinya seperti dilecehkan dalam bentuk poligami, dll. Bagaimana pendapat Bapak terjadi diskriminiasi terhadap wanita.”

Anand Krishna: “Pemberdayaan diri jangan tunggu belas kasihan pria. Ubah idiom ”Kamu kan cewek!” Atau ”Kamu jangan menangis kayak cewek saja!”. Seorang wanita tidak kawin menyebut ini berat jodoh dan paradigma harus dirubah. Emangnya kenapa? Dan seorang pria yang kawin jangan menganggap istri sebagai pembantu yang dilegalisasi oleh akte perkawinan. Harus ada pembagian tugas dan kerjasama. Dalam era globalisasi, kemajuan teknologi tidak bisa dihindari. Bagaimana menggunakan teknologi unuk menyebarkan luaskan nilai-nilai budaya-budaya kita? Mari kita manfaatkan teknologi itu!

Baca Juga : Konjungsi adalah

Harus ada dana khusus oleh Pemda untuk menyebarkan budaya kita ini adalah bagian Yadnya kita dan komik ini adalah yadnya peradaban sehingga pemda membantu agar lebih murah. Dyan atau charity terbesar adalah menyumbangkan bagi Widya. Vyasa mengatakan charity terbesar adalah memberikan Widya ilmu pengetahuan. Dalam memberdayakan anaknya, sebagai manusia yang berguna bagi masyarakat, peran orang tua sangat penting. Untuk mencapai itu apakah orang tua bisa mencontohkan jejak dan memberikan peneladanan dan keteladanan. Kalau tidak, ya tidak bisa mengharapkan apa-apa.”

Wibisono: “Dari segala macam perbedaan tujuannya cuma satu, yaitu: keliang kubur, nirwana atau neraka. Kata orang bilang begitu ya pak? Saya ingin menjadi yang terbaik dalam segala hal. Apakah itu betul, pak?”

Anand Krishna: “Itulah tujuan kita memperbaiki diri, yaitu bagaimana kita berevolusi dengan berkesadaran. Bukan cuma maju saja dan tujuan kita yaitu pertumbuhan itu sendiri, bukan nirwananya atau apanya.”

Moderator: “Bagaimana orang tua agar berpikir sesungguhnya skala besar kalau bisa berbuat skala besar baik, tetapi skala kecil mendidik anak dengan baik menjadi berviveka berbudhi baik sudah menyetor saham bagi pembangunan peradaban dunia?”

Anand Krishna: “Saya kira perlu kerelaan dari yang kita muliakan para Sulinggih, Agamawan, Pedande untuk mensimplifikasikan upacara bukan menghilangkan dan menjelaskan ketika kamu menyumbang untuk membeli buku dan menyumbangkan buku itu bagi keponakannya dan anak-anak lain. Itu adalah bagian dari agama dan bagian dari Yadnya. Agama bukan cuma upacara mebhakti dan lain-lain. Itu butuh kerelaan. Kalau tadinya mendapat charity berapa dan bagian itu seharusnya untuk Widya.”

Moderator: “Bukankah apabila semua masyarakat cerdas maka peran Sulinggih sudah tercapai?”

Anand Krishna: “Itu yang dibutuhkan.”

Kesimpulan

Inti dari dialog interaktif diatas, yang kelompok kami buat, adalah bagaimana cara membuat suasana keluarga yang harmonis. Keluarga yang baik adalah keluarga yang harmonis, tentu saja harus terjalin interaksi yang baik. Untuk menciptakan interaksi yang baik, diperlukan adanya komunikasi antar keluarga.

Ternyata, sangat sulit untuk menciptakan suasana keluarga yang harmonis. Kadang-kadang suami istri (bapak dan ibu) bertengkar satu sama lain (broken home). Jika terjadi broken home, hal tersebut dapat mempengaruhi moral anak-anak. Pengaruh buruk kepada anak-anak akan mempengaruhi tingkah laku mereka. Hal ini juga dapat disebabkan oleh tontonan yang tidak baik, berteman dengan orang yang tidak baik, dll.

Dalam hal komunikasi, kadang-kadang dalam suatu keluarga jarang terjadi hal tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan zaman, kurangnya kesadaran untuk berkomunikasi, kurangnya waktu untuk berinteraksi dan bersosialisasi, dll. Sebagai contohnya, orang tua yang sibuk bekerja (duty feeling) sehingga tidak punya waktu untuk mengobrol kepada putra-putri mereka. Hal ini dapat menyebakan gangguan komunikasi antara orang tua dan anak secara psikologis dan emosional.

Masalah lainnya juga bersumber pada anak. Zaman sekarang, kebanyakan anak-anak lebih memilih bermain di dalam rumah (tentu saja bermain playstation,  game pada laptop/komputer, dsb) dibandingkan di luar rumah. Padahal, bermain di luar malahan lebih sehat. Jika bermain playstation terus di rumah, anak-anak akan menyibukkan diri mereka pada game terus menerus dibandingkan berinteraksi terhadap lingkungan sekitar yang terjadi pada saat bermain di luar. Hal ini akan mempengaruhi interaksi dan komunikasi mereka. Itulah mengapa sekolah itu penting. Hal ini dikarenakan anak-anak dapat belajar dan mengobrol/bergaul kepada teman-temannya.

Singkatnya, orang tua harus lebih menjalin interaksi terhadap anak-anak. Jangan sampai anak-anak bergaul kepada orang yang salah. Ajaklah seluruh anggota keluarga untuk saling berinteraksi satu sama lain demi keharmonisan keluarga.

Sekian penjelasan artikel diatas semoga dapat bermanfaat bagi pembaca setia kami.